MENGENAL BEBERAPA HAMA PERUSAK TANAMAN DAN
Resep Alami Pembasmi Hama
Oleh : Drs.Simon Arnold Julian Jacob
A. Pengertian Pertanian, adalah,
Kegiatan memproduksi oleh manusia,
yang didasarkan atas proses biologik tumbuhan dan hewan. Kegiatan itu merupakan
penerapan karya manusia kepada alam, yang sifatnya non-ekstratif, sehingga alam
itu dapat memberikan manfaat yang lebih besar kepada manusia.
Dalam kegiatan pertanian mencakup :
Usaha mendapatkan bagian atau
keseluruhan dari tanaman dan hewan (termasuk ikan), seperti biji, daun, getah,
kayu, telur, susu, dan daging;Usaha meningkatkan kegunaan ekonomi dari hasil
produksi tersebut melalui pengolahan, penyimpanan, dan lain-lain; Usaha
memelihara potensi produksi kelestarian
sumber alam melalui pengawetan tanah dan air serta perlindungan fauna dan
flora; Usaha mendayagunakan organisasi dan manajemen untuk manfaat keluarga
tani maupun masyarakat umum, dalam argibisnis dan usaha yang lainnya.(EI : 2687).
B. Program
Peningkatan Produksi Pangan
Kegiatan yang
dilakukan oleh “kontak tani dan “kelompok tani” dalam menunjang peningkatan
produksi pangan, antara lain melalui :
- Domosntrasi Plot (demplot) : ‘kontak tani’ bertindak
sebagai ‘demonstrator’, misalnya di atas petak seluas sekitar 1000 m2, kontak tani menerapkan
teknologi baru melalui paket Panca Usaha Pertanian, sehingga para petani
lain yakin akan teknologi baru tersebut dan akan mengikutinya. (Bagi orang/petani
di desa, perlu ada bukti dulu, baru mereka akan menirunya, bukan oleh
ceramah-ceramah ilmiah berapi-api di podium, tanpa contoh konkrit di
lapangan--penulis).
- ‘Demonstrasi Farm’ (demfarm); ‘kelompok tani’ menjadi
pelaksanannya. Di samping menerapkan tohnologi baru yang didapatkan dalam ‘demplot,
demfarm’ dimaksudkan untuk memantapkan kerja sama dalam kelompok. ‘Kegiatan bersama’ merupakan hal yang sangat dianjurkan dalam ‘demfarm’
ini. Sifat kerja sama masih informal.
Kelompok beranggotakan sekitar 20 orang, menggarap sekitar 10 ha sawah;
- ‘Demonstrasi Arca’ (demarca); beberapa kelompok tani
- ‘menggambungkan diri’ dalam memanfaatkan
usaha bersama. Sifat kegiatan agak formal. Jumlah kelompok yang tergabung
sekitar 5 – 10 kelompok. Tanah garapan meliputi sekitar 100 – 150 ha
sawah. Sifat usaha agar ‘komersial’. Kenaikan produksi secara total lebih
terjamin;
- ‘Demonstari Unit’ (demunit); sifat usaha
adalah ‘bisnis komersial’ berdasarkan ‘asas koperasi’. Kegiatan usaha
menyatu dengan Koperasi Unit Desa (KUD). Areal garap meliputi 600 – 1.000
ha sawah, sehingga kenaikan produksi secara keseluruhan sangat meningkat. (EI : 2776).
C. Hama Perusak Tanaman, Penyebab
Rendahnya Produktivitas Pertanian
Keberhasilan panen pangan sangat
ditentukan selain oleh keadaan iklim/cuaca, bencana alam seperti kebanjiran,
kebanyakan/kurang hujan, tetapi juga salah satu penyebab lainnya adalah masalah hama.
Oleh karena itu para petani perlu mengenal berbagai jenis hama perusak dan
ciri-cirinya dengan baik, termasuk cara pemberantasannya. Hama, sebutan untuk
berbagai jenis penyakit tumbuh-tumbuhan. Ada beberapa macam yang perlu
diketahui dan perlu diantisipasi dengan
berbagai cara untuk mengatasinya. Tentu hal ini dinas pertanian sebagai tempat
bertanya untuk mendapatkan obat-obatan atau cara-cara pemberantasannya, baik
dengan cara-cara tradisional maupun secara ilmu pertanian. Obat-obatan
pemberantas hama, seharusnya tersedia disentra-sentra pertanian rakyat,
sehingga dengan mudah diperoleh dengan harga terjangkau. Idialnya
obat-obatan tersebut direkomendasikan oleh Dinas Pertanian dan tersedia di
Koperasi Unit Desa. Bila hal ini
diabaikan maka, hama akan merajalela dan akibatnya memusnakan hasil pertanian
dan gagal panen, sehingga petani mengalami kerugian dan kekuarangan pangan
menyebabkan kemiskinan dan kelaparan, kurang gizi dan lain-lainnya.
Berikut ini disebutkan beberapa
jenis hama dan cara bekerjanya :
- Hama
bawang : penyakit padi, disebabkan sejenis nyamuk puru bernama Pachydiplosis oryzae (Lat.). Nyamuk
ini bertelur pada daun atau pelepah daun padi di pesemaian.
Jentik-jentiknya bersarang dalam lubang yang dikorek di puncak batang
padi. Daun padi yang paling muda menjadi putih dan bergulung sehingga
merupakan pipa panjang. Pucuk batang padi yang tertutup di dalamnya tidak dapat tumbuh lagi, sehingga
tanaman itu menjadi kuning warnanya dan akhirnya mati. Kadang-kadang 50%
dari bibit padi rusak karena penyakit ini. Penyakit semacam ini juga
terdapat pada beberapa jenis rumput; hama ini juga dikenal dengan ‘hama
ganjur’, ‘hama mendong’ atau ‘hama paku’.
2.
Hama
bodas : penyakit pada tanaman bawang, cabai, kentang, tomat, labu air, dan
bayam; disebabkan oleh Thripstabaci
(Lat.). Daun bawang yang dihinggapi penyakit ini menunjukkan bintik-bintak
warna putih; makin mendalam penyakit itu, makin besar bintik-bintiknya. Ujung
daun bawang kemudian kuning dan akhirnya mati. Di Indonesia penyakit ini tidak
terdapat pada tanaman tembakau. Penyakit ini juga dikenal dengan nama ‘hama
liur’, ‘hama gurem’ atau ‘hama gremet’; penyakit pada tanaman pecai dan jenis
kol lainnya; disebabkan oleh ‘ulat-ulat Plutella
maculipennis’ (Lat.). Ulat-ulat
ini mengikis bagian bawah daun kol sehingga hanya tinggal epirdemis bagian atas
saja sebagai selaput putih. Kikisan itu biasanya tidak lebih dari garis tengah 0,5
cm, tetapi lama-kelamaan menimbulkan lubang-lubang; penyakit pada tanaman kina
dan gambir, disebabkan oleh ‘ulat-ulat’ Margaronia
marginata (Lat.). Ulat-ulat
tersebut melipat daun-daun kina lalu memakannya. Mula-mula daun tersebut
berwarna muda, lama-kelamaan kelihatan layu, akhirnya gugur.Akibatnya pohon
kina tumbuh kurang subur. Pada tanaman
gambir ulat-ulat itu semula merusak bunga, kemudian daunnya. Akibatnya hasil
daun jadi berkurang. Ulat-ulat jenis ini juga terdapat pada pohon kaca piring.
3.
Hama
lodoh : (Jawa : kresek); penyakit
padi, disebabkan semacam ‘bakteri’ yang belum dikenal jenisnya. Bakteri
ini menembus ke dalam batang padi melalui daun. Dari batang padi keluar ‘lendir’
dan lama-kelamaan tanaman padi mati.
4.
Hama mentek : penyakit padi yang sangat terkenal, mungkin
sekali disebabkan oleh ‘cacing-cacing kecil’. Daun padi layu, akarnya tidak
sanggup lagi mengisap zat gizi dari tanah. Penyakit ini dapat menimbulkan
kerusakan sawah, besar-besaran. Juga dikenal dengan nama ‘hama abang’, ‘hama
merah’, ‘hama perkekeh’, ‘hama tepak’, ‘hama pondoh’, atau ‘hama gabung’.
5.
Hama
merah : penyakit ubi kayu; disebabkan tunggau merah Tetranychus bimaculatus (Lat.).
Tunggau-tunggau itu melekat di balik daun ubi
kayu. Lama-kelamaan daun menjadi kuning. Juga menyerang bagian-bagian
batang yang hijau. Akhirnya tanaman ubi tersebut tidak berdaun sama sekali. Tunggau ini juga
menyerang kedelai, pohon kapas, jarak, dan banyak tanaman lain.
6.
Hama
putih: penyakit padi; disebabkan ‘ulat
Nymphula depunctalis’ (Lat.). Ulat ini makan daging daun padi
sehingga hanya tinggal kulit ari bagian bawah saja yang kelihatan putih. Ulat
ini hanya hidup pada ‘daun padi’. Hama putih juga dapat disebabkan oleh ‘ulat Cnaphalorocis
medinalis’.
7.
Hama
sundek : penyakit padi yang disebabkan ‘ulat
Schoenobius bipunctfer(Lat.)’. Ulat-ulat itu makan padi sambil
mengorek batangnya. Tanaman yang terserang penyakit ini tidak bertambah besar,
sebaliknya merumpun berkali-kali. Penyakit ini juga menyerang tumbuhan padi
muda secara besar-besaran. Penyakit ini juga disebut juga ‘beluk’.
8.
Hama
werang/wereng : penyakit padi disebabkan sejenis ‘serangga padi’;
· serangga padi berwarna
coklat Liburnia sordescens (Lat.);
· serangga padi putih Tettigoniella spectra (Lat.);
· serangga padi hijau Nephottettix-apicalis (Lat). Tanaman padi yang terserang
penyakit ini berubah warna menjadi coklat dan tetap kecil. Serangga ini juga
hidup pada tumbuhan rumput lain.
9.
Hama
wedang : penyakit yang antara lain terdapat pada tembakau dan kacang tanah;
disebabkan oleh ‘bakteri Pseudomonas
solanacearum’ (Lat.). Tanaman
yang dihinggapi penyakit ini kelihatan seperti tertimpa air panas. Merupakan
salah satu penyakit paling berbahaya pada perkebunan tembakau di Deli, Sumatera
Utara).
10. Hama kepompong : Serangga ‘kupu-kupu,
belalang’, dan sejenisnya, biasanya bertelur di atas daun tanaman jeruk, atau
di pohon-bunga, kemudian menjadi kepompong yang akan memakan daun dimana ia
hinggap hingga tinggal tulang daunnya saja.
11. Hama belalang :
sasarannya ialah memakan daun padi atau
daun-daun pohon lainnya, sehingga tinggal tulang daunnya.
12. Hama kumbang/penggerek : biasanya bersarang pada pohon kelapa, dan
memakan baik daunnya maupun buah mudanya.
13. Hama keong mas : hama ini
memakan batang padi, sehingga mati
14. Hama tikus : binatang ini
memakan batang padi atau bagian lain dari padi.
15. Hama ulat
: hama ini memakan berbagai bagian dari batang padi.
16. Burung pipit : dapat
disamakan pula sebagai hama juga, yang memakan butir-butir padi yang telah
bernas. Untuk mencegahnya, biasanya para petani menggantungkan berbagai
plastik, kertas, kain-kain sobek atau dengan membuat orang-orangan,
kaleng-kalrng susu bekas yang beriasi batu-batu krikil, dan semuanya ini dirangkai
pada seutas tali yang panjang, diikat
pada dua atau lebih tiang, lalu di tarik-tarik atau digoyang-goyang , sehingga
semua yang tergantung pada utas tali tersebut bergoyang-goyang,
melambai-lambai, dan menghasilkan bunyi
untuk mengusir burung yang ada disawah atau ladang tersebut yang ingin memakan
buah padi. Ada juga yang memakai bambu belahan dua yang jika diayun
menghasilkanm bunyi menakuti burung-burung pipit dan cara-cara tradisional
lainnya.
17. Hama-hama lainnya yang
tidak disebutkan di sini.
Semua ‘hama-hama’ ini penyebab kurang
atau gagal panen, menyebabkan kerugian bagi petani. Tetapi gagal panen juga
disebabkan karena kekeringan, dan tidak mendapatkan aliran air dari irigasi,
atau juga karena akibat banjir karena kelebihan curah hujan. Atau juga
karena tidak diterapkan “Panca Usaha Tani”. Karena itu penting sekali upaya
penyuluhan dari Dinas Pertanian kepada petani-petani tradisional yang kurang
mengenal berbagai jenis obat-obatan anti hama maupun teknik pemberantasannya. Demikianlah
pengenalan berbagai jenis hama untuk diperhatikan oleh para petani, dan
cara–cara pencegahannya dapat mempergunakan berbagai obat-an pembasmi hama yang dianjurkan, maupun dengan cara-cara
tradisional yang dikenal dalam budaya setempat.
‘Hama’ adalah salah satu penyebab
rendahnya produktivitas pertanian, dan gagal panen, selain penyebab lainnya. Karena
itu para petani diharapkan memperhatikan berbagai gejala penyakit tanaman yang
muncul dan segera mengatasinya secara dini, sebelum berkembang atau meluas
keseluruh tanaman padi atau tanaman
lainnya. Faktor-faktor tersebut di atas adalah awal kemiskinan di
pedesaan karena akibat gagal panen. Sejauh mana perhatian pemerintah terhadap
para petani dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian,
perlu dipertanyakan.
Resep Macam –
macam Pestisida Nabati/Alami
Selain
pemakaian obat pembasmi hama buatan pabrik, maka dapat juga mempergunakan
bahan-bahan alami yang dibuat sendiri oleh petani seperti berikut ini :
1. Pestisida Nabati “Daun
Pepaya”
Daun pepaya mengandung bahan
aktif “Papain”, sehingga efektif untuk mengendalikan “ulat dan hama
penghisap”.
Cara Pembuatannya:
- 1 kg daun pepaya segar di
rajang
- Hasil rajangan di
rendam dalam 10 liter air, 2 sendok makan
minyak tanah, 30 gr detergen, diamkan
semalam.
- Saring larutan hasil
perendaman dengan kain halus.
- Semprotkan larutan hasil
saringan ke tanaman.
2. Pestisida Nabati
“Biji Jarak”
Biji Jarak mengandung “Reisin
dan Alkaloit” , efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap
(dalam bentuk larutan ), Juga efektif untuk mengendalikan nematoda/cacing
(dalam bentuk serbuk).
Cara Pembuatannya:
- Tumbuk 1 biji jarak dan
panaskan selama 10 menit dalam air 2 liter, tambahkan 2 sendok makan minyak
tanah dan 50 gr deterjen lalu diaduk.
- Saring larutan hasil
perendaman, tambahkan air kembali 10 liter.
- Siap dipergunakan dengan cara
di semprot kan ke tanaman.
3. Pestisida Nabati ” Daun
Sirsak “
Daun sirsak mengandung bahan
aktif “Annonain dan Resin “. Efektif untuk mengendalikan hama ”
Trip “
Cara Pembuatan :
- Tumbuk halus 50 – 100 lembar
daun sirsak.
- Rendam dalam 5 liter air, +
15 gr detergen, aduk rata dan diamkan semalam.
- Saring dengan kain halus
- Dicairkan kembali 1 liter
larutan pestisida dengan 10 – 15 liter air
- Siap disemprotkan ke
tanaman.
4. Pestisida Nabati ”
Daun Sirsak dan Jeringau “
Rimpang jeringau mengandung ”
Arosone, Kalomenol, Kalomen, Kalomeone, Metil eugenol, Eugenol “
Efektif untuk mengendalikan ”
hama wereng coklat “.
Cara Pembuatan:
- Tumbuk halus segenggam
daun sirsak , segenggam rimpang jeringau, 20 siung bawang putih.
- Rendam dalam air sebanyak 20
liter, di + 20 gr sabun colek, aduk rata dan di biarkan semalam.
- Saring dengan kain halus.
- Encer kan 1liter pestisida
dengan 50 -60 liter air
- siap di semprotkan ke
tanaman.
5. Pestisida Nabati ”
Pacar Cina “
Pacar Cina mengandung minyak
atsiri, alkaloid, saponin, flavonoin, dan tanin. Efektif untuk
mengendalikan ” Hama ulat “.
Cara Pembuatan:
- Tumbuk 50 -100 gr ranting
atau kulit batang pacar cina, tambah 1 liter air, tambah 1 gr detergen
kemudian direbus selama 45-75 menit dan diaduk agar menjadi larutan.
- saring dengan kain halus.
- siap disemprotkan ke tanaman.
6. Pestisida Nabati ”
Rendaman Daun Tembakau “
Daun tembakau mengandung
nikotin. Efektif untuk mengendalikan hama penghisap.
Cara Pembuatan :
- Rajang 250 gr ( sekitar 4
daun ) tembakau dan direndam dalam 8 liter air selama semalam.
- Tambahkan 2 sendok detergen,
aduk merata kemudian disaring.
- Siap disemprotkan ke
tanaman.
7. Pestisida Nabati ”
Daun Sirih Hutan “
Daun sirih hutan mengandung ”
fenol dan kavokol “. Efektif untuk hama penghisap.
Cara Pembuatan:
- Tumbuk halus 1 kg daun sirih
hutan segar, 3 siung bawang merah, 5 batang serai.
- Tambahkan air 8 – 10 liter
air, 50 gr deterjen dan diaduk rata.
- Saring dengan kain halus
- Siap disemprotkan ke tanaman.
8. Pestisida Nabati ”
Umbi Gadung “
Umbi gadung mengandung
diosgenin, steroid saponin, alkohol dan fenol. Efektif untuk
mengendalikan ulat dan hama penghisap.
Cara Pembuatan :
- Tumbuk halus 500 gr umbi
gadung dan peras dengan batuan katong kain halus.
- Tambahkan 10 liter air , aduk
rata dan siap di semprotkan ke tanaman.
9. Pestisida Nabati ”
Daun Mimba “
Daun mimba mengandung
Azadirachtin, salanin, nimbinen dan meliantriol. Efektif
mengendalikan ulat, hama penghisap, jamur, bakteri, nematoda dll.
Cara pembuatan
a. Dengan ” Biji Mimba “
- Tumbuk halus 200 -300 gr biji
mimba
- rendam dalam 10 liter air
semalam
- Aduk rata dan saring, siap
disemprotkan ketanaman.
b. Dengan ” Daun Mimba “
- Tumbuk halus 1 kg daun mimba
kering bisa juga dengan daun segar.
- Rendam dalam 10 liter air
semalam, aduk rata , saring dan siap untuk disemprotkan ke tanaman.
c. Untuk mengendalikan ” nematoda
puru akar ” pada tanaman tembakau lakukan 15 -30 gr daun mimba kering atau 5
-10 gr biji mimba ditumbuk halus, kemudian diberikan untuk setiap lubang
tanaman tembakau.
d. Untuk mengendalikan ” Jamur
Fusarium dan Sclerotium “. sebanyak 2 -6 gr biji mimba ditumbuk lalu rendam
selama 3 hari dengan air 1 liter. Lalu disaring dan siap di semprotkan ke
tanaman.
10. Pestisida Nabati ”
Srikaya dan Nona Seberang “
Srikaya dan nona seberang
mengandung annonain dan resin. Efektif untuk mengendalikan ulat dan
hama pengisap.
Cara Pembuatan
- Tumbuk hingga halus 15 -25 gr
biji srikaya/nona seberang
- Rendam dalam 1 liter air, 1gr
deterjen , aduk rata dan biarkan 1 malam, kemudian saring dan siap disemprotkan
ketanaman.
11. Pestisida Nabati
“ Daun Gamal “
Daun gamal mengandung
Tanin. Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap. Daun gamal
bila ditambah dengan minyak tanah dan detergen akan dapat dipakai sebagai
insektisida. Penggunaan nya harus hati2 karena dengan adanya minyak tanah
mengakibatkan tanaman terbakar dan bau bila mendekati panen.
12. Pestisida
Nabati ” Daun Mimba dan Umbi Gadung “.
Efektif untuk mengendalikan
ulat dan hama penghisap.
Cara Pembuatan
- Tumbuk halus 1kg daun mimba
dan 2 buah umbi gadung racun, ditambah 20 liter air, 10 gr detergen dan aduk
rata kemudian diamkan semalam, saring dan siap untuk di semprotkan ke
tanaman.
13. Pestisida Nabati
“Serbuk Bunga Piretrum “
Serbuk bunga piretrum
mengandung bahan “Piretrin “. Efektif untuk mengendalikan ulat.
Cara Pembuatan
- Rendan serbuk bunga piretrum
sebanyak 25 gr dalam 10 liter air
- tambah 10 gr detergen, aduk
rata dan biarkan semalam kemudian disaring dan siap disemprotkan ke tanaman.
14.Daun Tembakau
Tembakau
100gr
Kenikir
100gr
Pandan
100gr
Kemangi
100gr
Cabe
rawit 100gr
Kunyit
100 gr
Bawang
Putih 100gr
Aquadestilata
1 lt
Decomposer
BSA (mikro organisme pengurai) 1-2 cc
Gula
pasir 2 sendok makan.
Cara Pembuatan :
Semua
bahan di blender dan di tambah 1lt air suling
Masukkan
ke dalam botol yang steril
Tambahkan
gula pasir 2 sdm
Tambahkan
Decomposer BSA 1-2 cc
Tutup
dan biarkan 1 minggu supaya terjadi fermentasi
Kemudian
di saring.
Siap
dipergunakan
Pengaplikasian /dosis
pemakaian:
60
cc untuk 1 lt air
Disemprotkan
ke tanaman yang terkena hama pada daun dan batangnya
1
minggu 1 kali
Pencairan
1lt harus habis 1kali pemakaian.
Untuk tanaman padi, hama yang
terkenal menyerang tanaman padi
adalah HAMAKRESEK, HAMA PENGGEREK BATANG, HAMA
WERENG. Masyarakat
Paguyuban Petani Organik Purwakarta untuk mengatasi ini mereka membuat
bakteri CORYNE
BACTERIUM dengan cara merebus AIR KENTANG sebanyak 20
liter ditambah GULA dan DECOMPOSER BSA. Bakteri “ Coryne bacterium” dapat
melawan“Xanthomonas campestris
pv oryzae “ (bakteri penyebab penyakit kresek).
Bakteri
Coryne ini mempunyai sifat “Pathogen”,
dapat menekan serangan , dan mengurangi kerusakan lebih dari 80%. Untuk
menumpas hama penggerek batang yang diperlukan adalah bakteri Tryclogramma spp(agen
hayati parasitoid). Dan untuk jamur tumbuhan di pakai bakteri Trychoderma sp. Sedangkan
untuk menekan populasi hama wereng batang coklat laba-laba dan kumbang
dibiarkan hidup untuk menjaga keseimbangan ekosistem.
Nah, itu tadi contoh Masyarakat
Paguyuban Petani Organik Purwakarta dalam menangani masalah hama dan penyakit
tanaman pada tanaman padi dengan menggunakan insektida alami ataupun pestisida
nabati.
Mereka memperoleh keuntungan
dari musim tanam ke musim tanam berikutnya :
Produksi
padi yang terus meningkat bisa mencapai 7-8 ton /ha
Ongkos
produksi yang menurun sekitar Rp1juta-Rp 2 juta/ha dibandingkan dengan
pertanian anorganik yang mencapai Rp 3 juta – Rp 4 juta/ha.
Dapat
tetap menjaga kualitas tanah , air dan lingkungan, karena mereka dapat menggantikan
pupuk kimia dengan organik sebagai contoh: Urea, SP 36 dan NPK dapat diganti
dengan jerami, pohon pisang , serbuk gergaji, sekam dan kotoran hewan. Untuk
dosisnya tergantung dari kondisi tanahnya karena di dalamnya sudah ada
kandungan Na, K, P dan S.
Tahan terhadap hama dan
penyakit
Nah selamat mencoba ……
!!! semoga bermanfaat …….!!!
Penulis: Drs.Simon Arnold Julian
Jacob
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.