PARA
PERINTIS PRA-KEMERDEKAAN RI
ASAL NUSA TENGGARA TIMUR & Organisasi Politik &
Nasip Perantaunya
Oleh : Drs.Simon Arnold
Julian Jacob
(7.1). Sejarah Berdirinya Partai-Partai Politik Di Zaman Belanda
Pra Kemerdekaan RI, di Nusa Tenggara Timur
Partisipasi tokoh-tokoh asal pulau Rote terhadap
pergerakan kebangsaan pra- kemerdekaan Republik
Indonesia maupun sesudahnya, nampak sangat menonjol dalam kalangan pemuda, kaum
yang telah berpendidikan, maupun pejabat-pajabat di pemerintahan daerah.
Organisasi mereka adalah antara lain sebagai berikut:
1.Timorsch
Verbond Perkumpulan Timorsch Verbond didirikan atas inisiatif D.S.G.Pella, seorang guru asal
pulau Rote, di Makassar pada tahun l922. Organisasi ini dipimpin
oleh J.W.Amalo sebagai
pengurus besar dan berkedudukan di Makassar. Timorsch Verbond dalam anggaran dasarnya, sebenarnya bertujuan
memajukan derajad rohani dan jasmani dari para anggotanya khusus kaum Timor.
Dari tujuan ini jelaslah bahwa perkumpulan ini adalah organisasi sosial. Namun
dalam perkembangannya, Timorsch Verbond ini berubah tindakan dan keyakinannya
menjadi sebuah partai politik. (Monografi NTT I, l975, hal.56). Dalam perjuangan partai ini
mengakibatkan kegoncangan-kegoncangan di kalangan pemerintahan Belanda di Timor. Di samping itu
gerakan ini telah membangkitkan rakyat Timor
dan menyadarkan atas karya dirinya selaku manusia meskipun dalam
masyarakat kolonial. Pada tahun l925 di Makssar diadakan kongres yang
pertama, dalam kongres ini dikunjungi oleh beratus-ratus cabang dari seluruh
Hindia Belanda dan dihadiri berbagai
utusan partai poletik dari daerah-daerah lain. Perkumpulan ini
mempunyai mass-media bernama “Suluh Timor”. Dalam ‘Suluh Timor’ inilah banyak
dikupas soal penjajahan.
Dua kejadian besar
yang sangat menarik di masa itu, ialah ketika Conroleur Dannenberger di Karuni (Sumba) dan Gazeghebber Isral di Sabu diseret ke pengadilan Justisi di Makassar,
karena dituduh menganiaya beratus-ratus rakyat. Kekejaman perbuatan kedua
Pamongpraja Kolonial itu telah dibongkar oleh keberanian yang tidak terhingga
dari Ketua Cabang Timorsch Verbond, C.Piry
di Karuni Sumba dan S.W.Tanya
di Sabu. Kedua Pamongpraja Kolonial itu oleh Justisi Makassar
dijatuhi hukuman :dipecat dari jabatannya. Pada tahun l930 atas usaha J.J.Baker dan J.W.Amalo, Timorsch Verbond
bangkit lagi. Tapi kali ini bukan berpusat di Makssar tetapi di Surabaya.
Sementara itu terjadi “Della
Affaire” di mana kontrolur Enkelar menganiaya
3l8 (tiga ratus delapan
belas) rakyat Della (Rote). Mereka dihukum dengan cara
mereka direndam didalam air laut dipantai dan hanya leher dan
kepala mereka saja dipermukaan laut
berjam-jam lamanya serta siksaan-siksaan lainnya. Siksaan-siksaan oleh
Belanda kepada rakyat Della, oleh
karena mereka menolak membayar pajak dan kerja rodi. Atas perintah Pengurus
Besar Timorsch Verbond cabang Makasar yang dipimpin E.R.Herewila maka diajukan ke Officier van Justitie di
Makasar. Kepala Yustitie, Mr.Jonkman, Pengurus Timorsch Verbond mendesak agar secara
pribadi mengunjungi Rote untuk menyelesaikan perkara tersebut. Pada tahun l932 diadakan kongres kedua di
Kupang. Dengan datangnya Mr.Jonkman ke Rote maka Soleman Hange,
pemuka rakyat Della yang
telah dihukum dan dibuang ke pulau Sumbawa dibebaskan dan kembali ke Rote.
Timorsch Verbond juga membongkar soal penganiyaan rakyat Adonara tahun l937 oleh Kontrolur Gobius dan Gezaghebber Bosch. Untuk
menangani perkara ini, Mr.Yonkman
berangkat ke Larantuka. Atas keberanian hati Piet Samara,
Kapitan Kwangona yang disokong Bestuur-Asisten Y.S.Amalo, maka terbongkarlah tindakan tersebut. Gerbius dan
Bosch diadili
di Yustitie Makasar dan dipecat serta dihukum.
Oleh ancaman-ancaman
dari pihak berkuasa dan dengan jalan menakutkan, juga oleh
pertentangan-pertentangan di dalam pengurus sendiri. Partai Timorsch Verbond sehabis kongres yang pertama ini telah benar-benar dilumpuhkan. Dengan
lumpuhnya Timorsch Verbond partai-partai lainnya pun tidak beraksi. M.H. Pello, Ayah dari pejuang Tom Pello terkenal, telah
mengorbankan pangkatnya sebagai Pendeta Protestan, demi melanjutkan pimpinan
Timorsch Verbond yang sangat dilumpuhkan itu. Namun segala usaha dan
pengorbanan tetap sia-sia, sebab rakyat sudah sukar dikuatkan kembali tubuh dan
rohnya. Keadaan mati tidak hidup pun tidak, ini berlangsung sampai akhir tahun l930. Berkat kehangatan suasana politik
se Indonesia, terutama yang mengenai diri Bung
Karno cs pada akhir tahun l930,
maka J.J.Bakker, seorang
pimpinan periode lampau yang telah kembali dari penuntutan ilmu di Singapura
dan kemudian menjadi salah satu tokoh termuka dari Tentara Sunda Kecil di Yogyakarta di zaman RI
bersama J.W.Amalo Ketua
Pengurus Besar Timorsch Verbond,
membangun kembali partai Timorsch Verbond di Kota Surabaya.
Oleh karena
suasana politik yang dirasakan di seluruh Hindia Belanda, di Timor pun tidak
terkecuali, juga oleh keganasan dan kekejaman Pamongpraja Kolonial, seruan Bakker-Amalo cs untuk memperkokoh kembali barisan dalam Partai Timorsch Verbond
mendapat sambutan hangat dari semua pihak. Kongres ke II berlangsung pada
tanggal 18-22 Juni l932, di
Surabaya, dihadiri oleh Makassar,
Sumbawa, Flores, dan Sumba dan Kupang. Bung Karno juga diundang tetapi karena
berhalangan, maka diwakili oleh Soedjono,
promoter PBI (Persatuan Bangsa Indonesia) dari Bangil sebagai wakil P3KI.
Pemuda dan pemudi bangun serentak membantu panitia kongres yang sangat aktif di
bawah pimpinan S.Poroe, B.Naoesaf cs dan telah mendapat backing
yang kuat dari orang-orang terkemuka dan berpengaruh, seperti A.Koroh, H.A.Koroh, Raja Kerajaan
Amarasi.
Dalam Kongres itu
di putuskan bahwa “Timorsch Verbond menjadi anggota P3KI, suatu hal yang
menambah partai ini lebih dimusuhi lagi oleh
Pemerintah Hindia Belanda di Timor beserta antek-anteknya. Tetapi
sungguh disayangkan : masa beredar, sejarah berulang terhadap jalan hidupnya
partai Timorsch Verbond. Sebagaimana halnya pada tahun l925, sesudah kongres I, maka sesudah kongres ke-II oleh tekanan
yang hebat dari luar, tetapi juga oleh perpecahan dari dalam sendiri, partai
mengalami pula masa ‘down’ yang hebat, Usaha J.J.Bakker dan S.J.
LauwoE sebagai Pengurus Besar di Surabaya untuk menggiatkan kembali
partai tersebut, sia-sia belaka. Seluruh cabang, kecuali cabang Surabaya,
Makassar, dan Majelis Pertimbangan di Kupang, bungkam seribu bahasa. Berdasarkan usulan dari berbagai cabang
antara lain dari : Kupang, Camlong, SoE, Atambua, Sabu, Makassar, dan Tanjung Priok,
pengurus Besar akhirnya dipindahkan ke Makassar pada akhir l933 di bawah pimpinan E.R.Here
Wila. Pengurus yang baru ini belum dapat berbuat banyak, oleh karena
pada tahun l934 telah dikeluarkan
oleh Pemerintah Hindia Belanda undang-undang “Vergader Verbond” (larangan berapat)
yang melumpuhkan seluruh kegiatan pergerakan poletik di kota sampai ke
desa-desa.
2.Pada tahun l925 berdirilah “Perserikatan
Timor” oleh C.Frans
sebagai reaksi terhadap partai Timorsch Verbond. Partai Perserikatan Timor yang
mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Hindia Belanda, telah terus menerus
menghalang-halangi perkembangan dan aktivitas daripada Timorsch Verbond.
Melalui trompetnya, yang juga bernama “Perserikatan Timor”, yang dibiayai
sepenuhnya oleh Pemerintah Hindia Belanda tak henti-hentinya menghantam dan
menyerang setiap aksi dan usaha Timorsch Verbond. Misalnya HIS, satu-satunya
sekolah Belanda untuk anak-anak Bumiputra yang ada di Kupang, di samping ELS
yang hanya diuntukkan bagi anak-anak Belanda, terpaksa ditutup pada tahun l925, oleh karena sekolah tersebut
didirikan sebagai hasil perjuangan Partai Timorsch Verbond. Sebagai
penggantinya Partai Perserikatan Timor memperjuangkan pembukaan sebuah Schakelschool pada tahun l925.
3.Kerapatan
Timor Evalutie; Kerapatan Timor Evalutie didirikan tahun l924 oleh J.W.Toepoe
bersama Christian Pandie.
4.“Partai Serikat Timor”. Christian Pandie kemudian memisahkan diri dari Partai Kerapatan
Timor Evalutie, dan bersama-sama beberapa kawannya yaitu : Haji Datuk Batuah dan Natar Zainuddin, yaitu 2 orarang pejuang Aceh yang dibuang ke
Timor, M.B.MaE dan M.Amtiran mendirikan sebuah
partai baru “Serikat Timor” dengan asas Sosialis. Partai ini segera merobah
namanya menjadi “Partai Serikat
Rakyat” dan dalam terompetnya yang bernama “API ia mulai mengadakan kampanye
terhadap Raja Amarasi H.A,Koroh. Berhubung pemberontakan
PKI dalam tagun l926 dan
aksi-aksi yang dianggap berbahaya, Chr.Pandie
dipenjarakan lalu diiternir ke Sawaluntu, sedang M.B.MaE dipenjarakan di Cipinang (Betawi-Jakarta sekarang)
dan M.Amtiran dibuang ke
Bima (Pulau Sumbawa).
5.Partai
Pelita Neraca; Kemudian J.W. Toepoe
sendiri mendirikan partai baru yaitu Partai “Pelita Neraca” tetapi tidak berumur lama.
6.Partai
Timor Damba” . Oleh saudara-saudara berasal dari pulau-pulau Selatan Daya, didirikan partai “Timor Damba” di bawah pimpinan B.Selkioma; juga partai berumur setahun jagung.
7.Timorsch Jongeren; Di samping organisasi politik, gerakan-gerakan pemuda pun tidak
ketinggalan. Berdirilah Jong Java, Jong Ambon, Jong Sumatera-Bond, Jong
Islamieten-Bond, Jong Batak dan sebagainya, yang kemudian bergabung menjadi
satu di bawah panji “Indonesia Muda” dengan dipolopori antara lain oleh Moh Yamin.
Dalam Kongres “Indonesia Muda” (IM) yang ke II pada tanggal 28 Oktober l928 di
Jakarta lahirlah Sumpah Pemuda yang terkenal : “Saru Tanah Air, Tanah Air
Indonesia, Satu Bangsa, Bangsa Indonesia, Satu Bahasa, Bahasa Indonesia”. Pada
hari itu juga disahkan Lagu “Indonesia Raya” sebagai lagu kebangsaan, hasil
karya penggubah muda dari Surabaya, bernama Rudolf Supratman. Pemuda-pemuda NTT
pada awalnya memasuki organisasi-organisasi pemuda di Jawa, namun dalam tahun
l933 dalam asrama HIK Bandung lahirlah organisasi Pemuda Timor, “De Timorsche
Jongeren” yang dipimpin oleh H.Johannes,
seorang mahasiswa THS Bandung
(Prof.Dr.Ir.H.Johannes). Ia dibantu oleh S.K.Tibuludji, Chr.Ndaumanu, I.H.Doko dan I.H.A.Toelle, mereka murid Hollands
Inlandse Kweekschool (HIK) Bandung. Organisasi ini bertujuan untuk mempersatukan
seluruh pelajar yang berasal dari Keresidenan Timor yang sedang belajar
menuntut ilmu di kota-kota besar di Indonesia (Sumatera, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi, dan Maluku). Melalui alat penghubungnya berupa majalah “De Timorsch
Jongeren”, seluruh pemuda Timor bersatu dan menampakkan diri dalam gerakan di
mana-mana.
8.Perserikatan Kebangsaan Timor (PKT) Perserikatan Kebangsaan Timor ini didirikan tahun l937 di Kupang sebagai kelanjutan “De Timorsch Jongeren” dan dipimpin oleh I.H.Doko
sebagai Ketua dan Chr.F.Ndaumanu
sebagai Sekretaris. Tujuan utama dalam anggaran dasar
adalah: mempertinggi derajat kaum dan bangsa. Dalam praktek, partai ini turut
aktif dalam berurusan politik pemerintahan. Kemudian dirubah namanya menjadi
Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di tahun l937
yang dipimpin oleh I.H.Doko sebagai ketua, Tom Pello sebagai wakil dan Chr.F.Ndaumanu sebagai penasehat. PDI Sumba Barat dipimpin
oleh H.Malada dan.N.D.Dilak. (yang putranya Christian Nehemia Dilak,SH, sebagai Bupati Kabupaten
Tk.II Rote-Ndao yang pertama Oktober 2002).
Perjuangan PKT
ini antara lain adalah aksi Indonesia berparlemen, aksi mendapatkan keanggotaan
Volksraad untuk seorang kaum Timor yang dikenal sebagai seorang tokoh
perjuangan, dengan mencalonkan terlebih dahulu A.Koroh yang telah diturunkan oleh Pemerintah Hindia Belanda
dari kedudukannya sebagai Raja Amarasi, karena dianggap “berkepala batu”,
kemudian Dr.W.Z.Johannes,
maka PKT dianggap “merah.” Polisi Adoe, dengan semangat yang berkobar-kobar naik ke
atas podium rapat-aksi dalam Bioskop “Sun Lie” di Kupang untuk menyatakan
dukungannya atas aksi tersebut, pada keesokan harinya dipanggil menghadap kepalanya dan beberapa hari kemudian dipindahkan secara paksa ke Bima (Sumbawa) dalam rangka
hukuman jabatan. Juga sesudah PKT
dipentaskan suatu sandiwara “Koko Sonbai” yang mengisahkan perjuangan yang
dilakukan oleh suku Timor yang gagah berani, serta perlakuan yang tidak adil
dan kekejaman dari pihak Belanda, maka mulailah PKT dicurigai dan oleh
karenanya terus diawasi dan dimata-matai. Makin hari makin tampak perjuangan
PKT diarahkan untuk menghadapi kekuatan Kolonial Belanda. Sebagai guru Sekolah
Belanda yang baru diangkat, I.H.Doko mendapat peringatan keras dari School Commissie dan
Commisaris Polisi R.Soleman.
Akhirnya diancam dengan tindakan ke Polisian dan pemecatan sebagai pegawai
negeri. Pada malam antara tanggal 10
dan 20 Pebruari l942 Jepang mendaratkan
tentaranya di Batulesa (Pantai Selatan Pulau Timor) dan menyusup masuk ke
Kupang. Tidak ada perlawanan sedikit pun. Tentara Kolonial Belanda lari
tunggang-langgang.
Pada tanggal 20 Pebuari l942 tampak pasukan udara Jepang menurunkan tentara payungnya di
Penfui, Babau, O’Esao. Wilayah ini dipertahankan oleh tentara Australia yang benar-benar
bertempur mati-matian. Orang-orang yang menyaksikan pertempuran ini
menceritakan bahwa sesudah tentara
Australia kehabisan peluru, perkelahian terjadi ‘man to man” (seorang lawan
seorang). Oleh karena pasukan Jepang
yang di turunkan bagai daun-daun kering
yang gugur dimasa rontok, sehingga sesudah bertahan beberapa jam, tentara Australia
yang gagah berani itu terpaksa
mengungsikan diri ke arah pegunungan Camplong.
Pimpinan
Pemerintahan dan Angkatan bersenjata Belanda
melarikan diri ke pedalaman pulau
Timor dan Hoofd
Van Plaatselijk Bestuur (Kepala Pemerintahan Setempat), seorang
Contoleur Belanda yang ditugaskan untuk membayar gaji-gaji pegawai pada tanggal
20 Pebruari l942, ini lari terbirit-birit bersama uang-uang gaji
pegawai-pegawai itu ke Amarasi, justru ke tengah-tengah sarang tentara Jepang. Kemana perginya; hanya
Jepanglah yang tahu. Selain itu dalam posisi pemerintahan diawal
kemerdekaan pada tanggal l4 Agustus l945 ditetapkan Dewan
Pemerintah Daerah Timor yakni: R.Lubis,
Th.Mesakh, G.Manek, dan St.Ndun, H.A.Koroh tetap sebagai Kepala Daerah, tetapi kemudian karena H.A.Koroh menolak , J.S.Amalo dan C.D.Johanes dicalonkan sebagai
pengganti. Pada Mei l951 Menteri
Dalam Negeri NIT mengangkat J.S.Amalo
menjadi Kepala Daerah Timor dan kepulauannya menggantikan H.A.Koroh yang wafat tanggal 30
Maret l951.(Sejarah Daerah NTT,
l978, hal.93-96, 122,l27).
2). Perjuangan Para Pejuang NTT
dalam Revolusi Fisik Kemerdekaan RI Di Jawa.
1.Bidang pemerintahan : Di dalam
perjuangan revolusi fisik bantuan di bidang pemerintahan sebagai symbolik
Kesatuan Bangsa dari daerah Sunda Kecil (Sekarang Nusa Tenggara) diujudkan
dalam bentuk suatu badan Komisariat Daerah dengan nama “Komisariat Sunda Kecil” di bawah pimpinan seorang Komisaris Daerah yaitu sdr.A.S.Pello, sekretaris sdr.
Dikky Tara Panjang, sedang pejabat
bidang lainnya antara lain di bidang sosial ialah Ibu J.B.Tari Gah (Istri Gubernur ke II, Propinsi NTT).Ia turut bekerja
sebagai intelegen Pelajar, menjadi pimpinan kurcaci dan kepanduan KBI DI
Purwirejo, memimpin Taman Kanak-kanak dan bekerja di Departemen Dalam Negeri,
RI. Pada waktu Clash ke I dan II membantu di dapur mengawetkan makanan untuk
dikirim ke garis depan bersama pakaian, obat-obatan, peluru dan surat-surat
kabar. Juga mengisi siaran seberang di Studio RRI Nusantara Yogyakarta. Di
bidang usaha dan sosial beliau turut membangun onderneming “ulat-sutra” di
Lawang mendirikan asrama sosial untuk menampung janda dan piatu asal Sunda
Kecil di Batu (Malang) dan sewaktu bekerja di pabrik gelas Ngunut di Kediri,
turut berusaha menampung dan mempekerjakan
penganggur-penganggur dari Sunda Kecil. Adapun Badan Komisariat itu khusus
berkecimpung di bidang pemerintahan dan berkedudukan di Ibu Kota RI Yogyakarta.
Sebagai Gubernur I dari Propinsi
Sunda Kecil (Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, Timor dan kepulauannya)
adalah Mr.I Gusti Ktut Pudja (dari Bali).
2.Di Bidang Politik; Perjuangan rakyat Indonesia Sunda Kecil di bidang politik juga dipusatkan dan berkedudukan di Ibu Kota perjuangan Yogyakarta dengan nama “GRISK” (Gerakan Rakyat Indonesia Sunda Kecil). Badan ini dipimpim oleh sdr.Prof DR.Ir. H.Johannes dan I.R.Lobo, Sekretaris sdr.Abdul Madjid (dari Sumbawa). Cabang-cabangnya terdapat hampir di seluruh wilayah de facto RI dan kota-kota besar di Jawa.
Di Bidang Kelaskaran/ Angkatan Bersenjata;
Barisan bersenjata/badan kelasykaran Sunda Kecil (Lasykar Sunda Kecil)
pada mulanya berada di bawah pimpinan J.J. Bakker,
Nanumasa, David Bella
dan kawan-kawan lain. Setelah Badan-badan
Kelasykaran diharuskan melebur diri kedalam perjuangan
bersenjata RI ialah TNI pada tahun l947,
maka Lasykar Sunda Kecil menjelma menjadi “Batalyon Pradja” dibawah Komando Brigade
XVI/Brigade Seberang, di bawah pimpinan Letnan Kolonel A.G.Lembong.
Tokoh-tokoh
pimpinan Batalion “Pradja” (NTT) antaran lain :
1.
Sdr.Mayor Daud Kellah
2.
Sdr.Kapten Kodiowa
3.
Letnan I.M.Laurenz Say
4.
Letnan I, M.Hukigah
5.
Letnan I, M.A.Amos Pah
6.
Letnan I, Frans Seda
7.
Letnan I, Dion Lamuri
8.
Letnan I, Paulus Wangge
9.
Letnan I, J.Moyhia
10.
Letnan I, El Tari ( di Angkatan Laut RI di Tegal, bersama
11.
Is Tibuludji, dan
12. CHR.J.Mooy)
13.
Letnan II, J.Djady
14.
Letnan
II, Hans Kapitan
15.
Letnan II, Alosius Riberu
16.
Letnan II, Silvester Fernandez
17.
Letnan II, M.Gilipa,
18. Kapten Faah
19.
Kapten Meka berasal dari Ringgou Rote Timur
(Instruktur AD, di Purworejo-Jawa Tengah) dan meninggal di Surabaya di saat
Pasukan Inggris memasuki Surabaya (Peristiwa 10 Nopember Surabaya).
Banyak
lagi lainnya yang nama-namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, bahkan
banyak lagi yang tersebar di Jawa dan Sumatra seperti :
- Julius Henuhili,
- Umbu Remu Samapati,
- J,Fangfidae,
- Soleman Bessie,
- H.Laban dll.
Beberapa
orang putra terbaik pejuang Sunda Kecil yang telah gugur di medan laga, ialah :
1.
Herman
Fernandez,
2.
Sersan
I/Komando Regu Jermias
Henuhili (kakak kandung dari Let-Jen. Julius Henuhili) dan
3.
Letnan
Hendrik Rade dan lai-lain.
Sedang para pejuang di Sumatra antara lain adalah :
- Soleman Besie,
- Jusuf FanggidaE,
- Jacob Frans dan lain-lain di daerah Kota Cane (Aceh Tenggara) sudah diangkat
sebagai “Heiho” oleh Jepang dari Birma.
Dengan menyerahnya
tentara Jepang dan berkumandangnya Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal l7 Agustus l945, maka serentak pada
saat itu pula bangkitlah pemuda-pemuda Indonesia bekas KNIL/Heiho yang berasal
dari Nusa Tenggara Timur lalu menggabungkan diri dalam barisan dan lasykar-lasykar, sebagai pembela Tanah
Air yaitu pada Barisan Keamanan Rakyat (BKR), yang kemudian berubah menjadi
TKR, kemudian berbah lagi menjadi TRI dan akhirnya TNI yang mengambil bagian
secara aktif dalam perjuangan fisik sejak proklamasi, melalui aksi militer I
dan II hingga saat penyerahan kedaulatan. Disamping itu bersama H.Laban yang kemudian
purnawirawan Mayor TNI AD, Anggota DPRD Propinsi NTT, bersama-sama sebagai
pelatih para pemuda untuk berperang, juga mengobarkan semangat patriotik guna menghalau pasukan Inggris yang
mau menguasai daerah dingin Brastagi, serta pula merampas senjata dari tangan Jepang. Pasukan
TNI yang terdiri dari putra-purta Nusa Tenggara Timur menguasai daerah Medan
Barat, sambil bermarkas di perkebunan Tuntongan. Pertempuran dari hari ke hari
silih berganti dengan percaturan politik, dan di susul dengan aksi militer
pertama, yang membawa korban harta-benda dan korban jiwa yang cukup besar.
Salah seorang putra Nusa Tenggara Timur, yaitu Nurdin, kopral TRI berasal dari Adonara (Flores Timur) gugur
dalam salah satu pertempuran itu.
3).Partai
Demokrasi Indonesia (PDI) Dan
Perjuangan
Kemerdekaan Masyarakat Di Timor
Partai
PDI segera mengadakan konsolidasai ke dalam. Di tiap Kantor Pemerintah
ditunjuklah seorang yang ditugaskan untuk mengumpulkan berita-berita yang
sangkut pautnya dengan perjuangan bangsa.
PDI Kupang di bentuk
oleh A.Nisnoni, Raja
Kerajaan Kupang sebagai Ketua dan Titus
Uly sebagai Wakil Ketua. Raja dan rakyat bersatu padu menentang
Belanda. Kaum buruh dipersatukan di bawah pimpinan yang radikal dari Saduk Nausaf O’Ematan, bekas anak didik Bung Karno di Ende (Flores). Para
pemuda diorganisir di bawah pimpinan Max Rihi,
seorang pemuda pejuang yang telah turut bertempur pada 10 Nopember di Surabaya.
Di Rote, Sabu, Sumba, Flores
dan Sumbawa PDI mendapat sambutan hangat dari masyarakat dan terbentuklah
cabang-cabang PDI.
Tom
Pello, D.Bessie dan I.H.Doko
mengunjungi sendiri Sumba, membebaskan para pegawai bangsa Indonesia yang masih
meringkuk di dalam penjara NICA di Waingapu, antara lain J.S.Amalo (Best.Assisten), Sarongsong,
Latuperisa, U.Tangga Tiul dan lain-lain, karena dituduh sebagai
Kolaborator. Juga di Flores, antara lain Hermanus Silalahi, seorang tokoh PDI di
Bajawa, dikeluarkan segera dari Penjara NICA.
Cabang PDI di bentuk di
sana, diketuai oleh Rehatta, opzicter pada Dinas Pekerjaan Umum. Demikian pula di
Sumba Barat, Waikabubak yang dipimpin oleh H.Malada dan N.D.Dilak.
Pada sekitar bulan Maret l946 tibalah di Kupang Komisi
Parlemen Belanda yang terdiri dari anggota-anggota Parlemen Schermerhorn, Van
Poll, dan Welter.
Mereka pun mengadakan
pertemuan dengan tokoh-tokoh PDI antara lain dengan H.A.Koroh, I.H.Doko, Tom Pello, Chr.F.Ndaumanu
dan A.Nisnoni.
Terjadilah suatu dialog yang cukup menarik antara anggota Komisi dengan PDI.
v *** Apakah yang sebenarnya yang dikehendaki oleh tuan-tuan!
v -----Kami ingin bangsa Indonesia menjadi “baas in eigen huis (tuan dalam rumah sendiri).”
v *** Bagaimana kalau bangsa Timor dijajah oleh bangsa Jawa!
v ---- Kami tidak kenal bangsa Timor dan bangsa Jawa, yang kami kenal hanya
“bangsa Indonesia” dan sebagai bangsa yang satu dan yang sama, tidak mungkin terjadi penjajahan atas
bangsa sendiri. Penjajahan hanya dijalankan oleh suatu bangsa terhadap bangsa
yang lain, misalnya seperti yang kita telah alami : Bangsa Belanda dan bangsa
Jepang telah menjajah bangsa Indonesia selama 3,5 abad dan 3,5 tahun.
v *** Apakah tuan-tuan membenci bangsa Belanda seperti bangsa-bangsa Jawa di
wilayah Republik membenci kami?
v --- Kami yakin, bahwa kami bangsa Indonesia, termasuk saudara-saudara kami
di Jawa di seluruh wilayah Repubrik tidak mungkin membenci bangsa Belanda.
Sejarah 3,5 abad telah meninggalkan ikatan-ikatan bathin yang kuat antara
bangsa Indonesia dan bangsa Belanda. Yang kami tidak setujui dan pasti
menolaknya secara mati-matian adalah keinginan Belanda untuk kembali
menjalankan sistem penjajahannya atas bangsa Indonesia. Sekiranya Belanda
dengan “loyal gebaar” mengakui
“hak menentukan diri sendiri”
bangsa Indonesia dan kelak menjadi tuan dalam
rumah Indonesia sendiri, orang-orang Belanda pasti akan dipandang
sebagai tamu-tamu yang sangat terhormat dan sangat ‘welkom’.
v *** Apakah tuan-tuan menganggap bahwa tuan-tuan sebagai bangsa bisa merdeka dan dapat berdiri
sendiri?
v --- Kami yakin sudah! Bangsa
Indonesia sungguh tidak kalah dari beberapa bangsa lain di dunia ini yang juga
sudah menjadi bangsa dan negara yang merdeka dan berdaulat. Dan bila kami
katakan “tidak kalah dari beberapa bangsa lain” maka ini
berarti suatu kehormatan dan penghargaan
yang diberikan oleh kami kepada bangsa Belanda, yang sebagai penjajah
telah dapat mendidik dan memberikan
kemajuan kepada bangsa Indonesia mencapai tingkat yang sekarang ia
meliki.
v *** Bangsa dan Pemerintah Belanda pun sebenarnya juga suka melihat Indonesia
sebagai negara dan bangsa merdeka, tetapi tidak melalui cara seperti
yang sekarang dijalankan oleh kaum extremisten di Republik.
v --- Selama tuan-tuan menganggap pejuang-pejuang kami di Jawa sebagai extremisten, sebagai pembunuh dan
perampok, pasti kita tidak dapat bertemu
satu dengan yang lain. Tuan-tuan kan baru saja juga mengalami pendudukan Nazi
Jerman. Dan tuan-tuan juga merasa bangga terhadap aksi-aksi ‘ondergronds’ Belanda yang membunuh
dan merampok orang-orang Jerman. Pemerintah Belanda seharusnya dapat melihat
tindakan penjuang kita di Jawa itu dalam kerangka yang sama pula, sehingga
menjalankan kebijaksanaan politik yang
lebih serasi. Politik Pemerintah Belanda
yang dijalankan sekarang ini masih tetap bersifat “kruideniers politik”, yang mau terus
menerus tawar-menawar dan tidak berani melakukan sesuatu “royal gebaar,” agar apa yang
tuan-tuan sajikan kepada bangsa Indonesia itu dapat diterima dengan suka rela
dan dengan perasaan kepuasan.
v *** Tuan-tuan harus ingat, bahwa
bangsa Belanda mempunyai suatu ‘mission-scare’
terhadap rakyat-rakyat di kepulauan Hindia Belanda ini, dan berdasarkan
kewajiban suci itulah, Pemerintah Belanda tidak bisa membiarkannya saja mereka
“aan hun lot overgelate”.
v --- Mission Scare Belanda terhadap bangsa Indonesia
yang telah tuan-tuan jalankan selama 350 tahun kami kira berakhir sejak Pemerintah Belanda menyerahkan kami tanpa
sesuatu persiapan kepada kekejaman tentara Jepang dan sejak itu atas kekuatan
sendiri pemimpin-pemimpin Indonesia atas nama seluruh rakyat Indonesia
memproklamirkan kemerdekaan Negara dan Bangsa Indonesia pada tanggal 17-8-l945.
Pertemuan diakhiri
dengan ucapan Komisi yang mengharapkan, agar keamanan dan ketertiban umum tetap
terpelihara di daerah ini, dan dari pihak PDI berjanji akan berusaha menjamin
hal ini, asal saja Pemerintah NICA juga dapat menahan diri dan tidak bertindak
sewenang-wenang, sehingga menyakiti hati rakyat.
Sementara itu atas usaha
dan bantuan NICA, dapat digerakkan dan ditarik segolongan kecil rakyat, terdiri
dari beberapa orang pegawai, dibantu oleh anggota KNIL untuk mendirikan lima
buah organisasi memihak Belanda dan guna menentang partai nasional PDI, yaitu :
1.Partai Persatuan Timur
Besar yang berpusat di Ambon.
2.Indo-Europees Verbond
berpusat di Jakarta,
3.Democratische Bond van
Indonesia berpusat di Jakarta,
4.Persatuan Kaum Maluku
(orang-orang Ambon yang berada di Kupang).
5.Persatuan Selatan Daya
(orang-orang Kisar dan lain-lain dari pulau-pulau Selatan Daya), lalu kelimanya
mengadakan gabungan dengan nama “Lima Serangkai”.
Dengan adanya “Lima
Serangkai “ yang bebas bergerak dan bebas menjalankan rapat-rapat umum di
mana-mana, maka PDI pun dapat bebas bergerak, masuk kampung ke luar kampung,
dengan dibantu oleh raja-raja guna memperkuat barisan rakyat menentang
penjajahan dan menyatakan keinginan dan kehendak untuk merdeka bersama Republik
Indonesia yang telah diproklamirkan pada tangga 17-8-l945 oleh Bung Karno dan
Bung Hatta.
Aktivitas PDI sungguh memusingkan Belanda.
Anggota-anggota PDI yang
tadinya dituduh sebagai “Kaliboratori” sekarang dicap dengan nama : “Republikelnen,
Sukarnisten” atau Extremisten.
Direncanakan
untuk membasmi-hanguskan seluruh NICA-Kamp, tempat-tempat kediaman pamongpraja
Belanda dengan kantor-kantor, jawatan-jawatan dan gudang-gudang makanan dan
pakaian dari NICA di Kupang. Saat itu seluruh rencana telah disusun secara
mantap oleh Max
Rihi di bawah pimpinan Tom Pello.
Pemuda-pemuda
revolusioner PDI, seperti Jos Sine,
Adi Pello, M.Saba,
M.M.FoEH,
Arif Kiah, A.Johannes, Asua Salean, dan lain-lainnya telah siap sedia
untuk menyerbu dan menghadapi segala kemungkinan. Kaleng-kaleng dan botol-botol
yang berisi bensin telah disiapkan oleh mereka dan sekarang hanya menunggu
komando. Tetapi komando dari PDI tidak pernah dikeluarkan. Semalam sebelum aksi
ini hendak dilaksanakan oleh Tom Pello dan Max Rihi dilaporkan kepada pimpinan PDI akan rencana dan maksud mereka.
Doko menolak dan tidak
menyetujui cara perjuangan demikian dengan alasan-alasan :
Dengan membakar habis
NICA Kamp dengan persediaan makanan dan bahan pakaian yang ada, yang sangat
dibutuhkan oleh penduduk kota Kupang dan rakyat
sekitarnya, justru akan menimbulkan akibat dan reaksi yang sangat buruk
bagi perjuangan kita :
- .Belanda akan mendapatkan alasan yang kuat untuk
menangkap para pimpinan perjuangan dan membubarkan parta PDI,
- Belanda dengan segala kelihaiannya akan menghasud
penduduk kota yang kehilangan ‘rantsoemnya’ untuk menentang PDI,
- Pemuda-pemuda dan seluruh anggota PDI tidak
mempunyai sesuatu persiapan untuk menghadapi pasukan Belanda yang
bersenjata lengkap yang berada di Kupang. Korban jiwa pemuda pasti akan
terjadi, serta kemungkinan hancur leburnya perjuangan kita merupakan hal
yang terlalu mahal dibanding dengan hasil politis yang akan diperoleh dari
pembakaran itu.
Aksi-aksi
Anti Merdeka
Sekembalinya
utusan-utusan Timor dari Denpasar yang sekaligus sudah diangkat menjadi anggota
Parlemen Negara Indonesia Timur dengan Sukawati menjadi Presiden, Mr Tajudin Noor
sebagai Ketua Parlemen dan Najamudin Daeng Malewa sebagai Kabinet Formateur, maka makin hebat “Partai Lima Serangkai” yang disebutkan
diatas dengan bantuan Pemerintah NICA dan dengan kekuasaan senjata kolonialnya
beraksi memperjuangkan Negara Indonesia Timur Merdeka dalam ikatan Kerajaan
(Rijksverband) dengan Kerajaan Belanda. Pada tanggal 23 Maret l947 oleh Partai Lima Serangkai ini mengadakan suatu rapat
raksasa yang dipimpin langsung oleh anggota-anggota KNIL dan Pamongpraja
Belanda bertempat di lapangan Airnona jam l0.00 pagi.
Dari beberapa spanduknya
bertuliskan dan semboyan yang berbunyi sebagai berikut :
- Negara Indonesia Timur Merdeka dengan Kerajaan
Belanda!
- Wij willen Nederland houden! (Kita mempertahankan
dan tetap setia kepada Nederland)!
- Ontneemt ons niet het vertrouwen op de rots waarop
wij bouwen! (Jangan mendesak kami Batu Karang yang kokoh (yaitu Nederland)
atas nama kami membangun dan menaruh kepercayaan kami sepenuhnya).
- Pembicara dalam rapat raksasa itu terdiri dari
beberapa pria dan seorang guru wanita. Dalam pidatonya, mereka mencaci
maki dan mengejek-ngejek pimpinan-pimpinan golongan nasional (PDI) yaitu :
Doko, Koroh, Nisnoni, Mesakh, Rotti, Sahetapy Engel, Ndaumanu,
juga orang-orang Belanda yang bersimpati dengan perjuangan Nasional
seperti Pendeta Ds.Durkstra, Louet Fisscher dan lain-lain.
Kata pembicara , “Mau Merdeka?” Paku dan korek api saja pun belum bisa bikin.
Kok mau Merdeka?” demikian antara lain bunyi ejekan mereka.
Pada tanggal 30 Maret l947 PDI membuat “tegen-aksi”,
(kontra aksi), dengan membuat rapat raksasa di tempat yang sama. Kali ini
terdiri dari raja-raja dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Timor. Beberapa
controleur hadir dan anggota KNIL dan MP-nya itu. Namun rakyat tidak gentar,
mereka membanjiri lapangan Airnona, sedang para pemuda dan para bekas Heiho
dari Jawa yang berjumlah sekitar 250
orang di tampung di Kupang dan diurus oleh I.H.Doko, siap dan waspada
menghadapi setiap kemungkinan. Semua pembicara pada akhir pidatonya, menanyakan
kepada ribuan rakyat yang berkumpul itu antara lain, “Apakah saudara-saudara
mau dicap penghianat bangsa?” Dengan gemuruh dijawab “tidak”. “Apakah saudara-saudara
mau merdeka seperti
saudara-saudara kita di
Republik?” “Mau”. “Apakah saudara-saudara menghendaki Timor dipisahkan dari
Republik?” “Tidak”. “Apakah saudara saudara rasa bahwa Indonesia sudah bisa
meredeka?” “Pasti bisa”.
Dalam surat kabar RVD
setempat yang keluar pada keesokan harinya diberitakan rapat PDI itu sebagai
rapat raksasa yang menggemparkan dan dalam berita sudutnya ditulis, “Macare
(Pimpinan Lima Serangkai) “loopt weg met de kain omhoog en met de staart tussen
de benen”, (Macare lari terbirit-birit dengan tidak tahu diri lagi).”
Demikian sekilas
partai-partai politik di Kupang, (pra-Kemerdekaan RI maupun Pasca
Kemeredekaan). Dapat kita ketahui pula betapa banyak sekali para pejuang
kemerdekaan yang berasal dari Nusa Tenggara Timur. Pada intinya satu partai (PDI) mendukung
untuk bersatu dengan Republik Indonesia, sedangkan Partai “Lima Serangkai”,
ingin tetap bergabung dengan Kerajaan Belanda dengan membentuk Negara Indonesia
Timur Merdeka. Partai Lima Serangkai ini umumnya anggotanya berasal dari
Maluku. Sedangkan Anggota PDI kebanyakan adalah Raja-raja dan tokoh-tokoh
masyarakat NTT. (I.H.Doko, l973, hal.133-135).
Guna
lebih mengenal berbagai hal tentang Nusa Tenggara Timur di masa lalu dianjurkan
kepada para pembaca untuk memcaca kepustakaan dari beberapa penulis Barat dan
Orang NTT, antara lain :
1. Bosch, J.J.Resident : “Memorie van
den Resident van Timor en Oderhorigheden,
l938.”
2. Boxer, Prof.C.R. : “Fidalgos in
the far East” l550-l770.
3. Gaalen, G.A.M. van : “ Memori van
Overgave van den fd.Controleur van Alor l945.
4. ---------------- : “Malino Maakt Historie.”
5. ---------------- : “Denpasar bouwt een huis”.
6. Gijzen H.J. Controleur :
Mededelingen omtrent Belu of Centraal Timor,” Tijdschrift van Bataviaasche
Genotschap, l904.”
7.
Haga, Let.Kol. : “De Mardijkers van Timor” Tijdschriften
voor Indische Taal, Land, en Volkenkunde”.
8. Middelkoop.P. : “Migrations of Timorese groups and the
question og the Kase Metan or overseas Black Foreigners.”
9. Ormeling DR.F.J. “The
Timor---Problem”
10. Veth Prof.P.J. : “Het eilend
Timor” (Gids).
11. Wielenga D.K : “De Zending op
Sumba.” Dan penulis orang NTT,
12. Doko.I.H : Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Di Nusa Tenggara Timur, l973.
13. Here Wila E.R. : “Daerah Timor dahulu sampai sekarang” tahun
l953.
14. Parera.A.D.M. : Sejarah Poletik Pemerintahan Asli di Timor.
15. Toto I : Beberapa catatan-catatan mengenai sejarah Timor.
(7.3). Para Sesepu
Asal Pulau Rote
Di Tingkat Nasional
Selain
nama-nama Tokoh tersebut diatas terdapat beberapa penjuang dan nama-nama
Tokoh bertingkat nasional maupun
internasiaonal yang berasal dari pulau
Rote anatara lain seperti :
Prof.Dr.Ir. H.Johannes Rektor
Universitas Gajah Mada Yogyakarta), Prof.Dr.W.Z.Johannes (Presiden Universitas Indonesia di Jakarta), Laks.Madya
Laut, Samuel Moeda (Peristiwa
Macan Tutul, Irian Barat dimana tewasnya Yos Sudarso), Drs.Alex Sereh (ex.Direktur BI), Prof.DR.Adrianus Mooy (ex.Gubernur
BI), Let.Jen.Julius Henuhili
(ex.Gubernur Akabri), Drs.E.C.W.Neloe
(Presiden Direktur Dan CEO PT.Bank Mandiri) Gerson Poyk
(Budayawan/Sastrawan/ Wartawan Sinar Harapan, kini ganti nama Suara
Pembaruan) Ries Therik (Penulis
Sastra) dan dibidang tarik suara dan pencipta lagu yang cukup populer dengan lagu-lagunya seperti “Hati Yang
Luka”,”Rote-Ndao” dll ialah OBI Mesakh dan lain-lain, yang
tidak dapat disebutkan satu persatu disini.
Gerson Poyk sebagai sastrawan ia
menulis sebanyak lebih dari 20 puisi
di tahun l950-an yang dimuat
diberbagai majalah sastra waktu itu.
Menurut para pakar Luar
Negeri, Gerson Poyk
adalah penyair
besar di Indonesia bagian timur, dan Pasifik Selatan. Ia berasal dari
E’ahun di Kerajaan Ringgou, Kecamatan Rote Timur, Pulau Rote, NTT, dan pernah
menjadi guru SMP di Bima, pulau Sumbawa NTB. Cerpen-cerpennya diakui oleh luar
negeri dan di terjemahkan dalam bahasa Jerman.
Cerpennya yang sangat manusiawi
itu biasa ditemukan dalam liku-liku
kehidupan. Cerpen Gerson Poyk adalah
surealistik, namun menyentuh. Dalam hal
menulis cerpen (cerita pendek), nampak Gerson pintar meramu seakan-akan suatu
peristiwa yang realistis. Ia banyak menulis tentang pengalamannya dalam
penggembaraannya dari satu tempat ke tempat lain; dan terkadang cerpennya hanya
imajinasi.
Pada tahun l989 Gerson menerima penghargaan tingkat
Asean. Dari pengalaman sebagai penulis
lebih dari 40 tahun itu, nama
Gerson termasuk karyanya, cukup dikenal
diberbagai mancanegara. Ini dibuktikan dengan dari hasil terjemahan
cerpen-cerpennya yang sudah beredar dalam bahasa Jepang, Jerman, Belanda, dan
Inggris.
Disamping itu cerpen Gerson
dijadikan bahan studi oleh peneliti muda dari Jerman, Thomas Zschocke, dan sebagai
tesis bagi mahasiswa untuk menempuh ujian S-3.
Agaknya “ilmu” yang
dimiliki Gerson ini ingin diwariskan kepada generasi muda melalui sebuah
sekolah mengarang dan seni drama di sanggarnya di bilangan Depok, Bogor. Ia
menjelaskan, salah satu persyaratan siswanya, adalah mereka yang nantinya mau
bermukim di daerah transmigrasi untuk jadi pengarang di sana. (Suara Karya/Susiana, Jakarta,
l9-l0-l981).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.