Pengolahan Hasil Perikanan
(Pengawetan Ikan sacara tradisional tanpa formalin)
(Pengawetan Ikan sacara tradisional tanpa formalin)
Oleh : Drs.Simon Arnold Julian Jacob
Pengawetan Ikan. Perbuatan mengawet
ikan agar dapat tahan lama disimpan. Ikan mengalamai pengerjaan dan pengolahan
dulu, baru mengalami proses pengawetan. Secara tradisional pengawetan ikan
dilakukan dengan :
1. Pengeringan;
2. Pengasinan;
3. Pengasapan,
4. Penyalaian Ikan
5. Pembuatan trasi;
6. Pemindangan ikan.
a).
Pengeringan Ikan: Cara mengawet ikan dengan jalan pengeringan
(mengeringkan), baik dengan penjemuran maupun pengiringan dengan mesin, untuk
mengurangi kadar air dalam daging ikan sampai batas tertentu, sehingga bakteri
pembusukan terhenti kegiatannya atau setidak-tidaknya dihambat. Dapat dilakukan tawar
tanpa bumbu, dapat juga didendeng dengan pemberian bumbu. Pekerjaan tawar
dilakukan dengan ikan berukuran kecil, atau jenis yang karena tidak enak
rasanya, tidak akan dijadikan ikan konsumsi secara langsung, melainkan masih
perlu diolah sebelum dimakan, atau digiling menjadi tepung ikan untuk makanan
ternak. Ikan kecil ( sekitar 10 cm) yang sudah dicuci cukup disayat membujur
atau miring; ikan besar 20 cm atau lebih harus dibantai supaya tidak berbau busuk. Bau busuk timbul,
kalau proses pengeringan kurang cepat. Penjemuran dilakukan di atas para-para
yang dibangun miring 15 derajat dan mudah diatur agar menghadap ke arah
asal anging. Lama penjemuran paling sedikit 3 hari, dengan 8 jam setiap hari. Ikan besar dan enak
seperti mujair, nila dan belut. Lazimnya tidak dikeringkan tawar tetapi
didendeng. Sebelum dijemur, ikan disiangi dan dibasuh; sekali lagi direndam
dalam larutan asam garam bercampur kunyit dan ketumbar yang sudah dihaluskan
selama sekitar l jam. Dendeng mujair dan dendeng belut banyak dibuat di
daerah yang pada suatu saat kelebihan panen ikan.
Pengerjaan
Ikan.
Pekerjaan pendahuluan pada pengawetan ikan berupa pembersihan dari kotoran dan
lendir, penyiangan (membuang bagian yang tak berguna, termasuk insang;
kadang-kadang juga kepala, sisik, dan sirip), pembantaian (mengiris daging pada
sebelah salah satu sisi lalu membelahnya keatas), pembasuhan dan penirisan agar
kering air. Tujuan menghilangkan bagian yang dapat mendorong proses pembusukan
oleh bakteri pada saat sebelum pengaruh pengawetan atau bahan pengawet bekerja.
Cara tradisional : ----Ikan yang dikeringkan : Teri, cumi-cumi,
Petek.
Proses : Ikan dicuci
dengan air sampai bersih. Kemudian ditaburkan di atas para-para atau di atas
permukaan tanah yang telah dilapisi waring plastik yang langsung kena panas
cahaya matahari. Setiap hari ikannya dibalik-balikan sampai akhirnya kering
betul dengan perbandingan 3 : 2. Faktor-faktor yang mempercepat kerusakan pengeringan : musim hujan (panas
matahari tidak ada).
b). Pengasinan Ikan. Disebut juga
penggaraman ikan. Cara pengawetan ikan dengan pengeringan, dibantu oleh
garam yang bersifat menarik air dan menumpas bakteri pembusukan. Karena
hasilnya terasa asin, disebut pengasingan. Dilakukan dengan 2 cara :
pengasingan kering, yaitu dengan menggarami dan menjemurnya di sinar matahari;
dan pengasingan dengan perebusan, yang dikenal sebagai pemindangan. Untuk
memperoleh mutu ikan asin yang bagus, bahan mentah harus masih segar (tidak
lebih dari 6 jam sejak saat penangkapan). Ikan kecil (sampai 20
cm) biasanya hanya diiris sebelah (potong satu), kepala dibiarkan, sedang ikan
besar (20 cm atau lebih) diiris pada kedua belah sisinya (potong dua)
dengan kepala dipotong juga. Setelah dibasuh lagi dan ditiriskan sampai kering air, ikan digosok
serbuk garam kasar sampai masuk ke dalam irisan; kemudian ditimbun dalam periuk tanah, keranjang rotan,
tong kayu, atau bak semen, yang dasarnya diberi garam setebal 2 cm.
Ikan ditimbun tengkurap berlapis-lapis,
diselingi lapisan garam tipis di antaranya. Jumlah garam seluruhnya tidak lebih
dari 20% dari bobot total seluruh ikan. Dibiarkan selama 15 jam
di tempat teduh, untuk meresapkan garam
ke dalam jaringan dagingnya. Agar hablur garam hilang, ikan dicuci dengan
air bersih, sebelum dijemur di sinar matahari. Karena dijemur, rasa dan warna
ikan asin berubah. Dengan digarami sebanyak 20%, kadar air dalam daging
ikan rurun dari 70% menjadi 30%, setelah dijemur. Penjemuran
dihentikan kalau helaian daging ikan tidak retak atau patah jika dilipat.
Dalam versi tradisional sebagai berikut :
----Ikan yang
diolah : Ekor Kuning, Sunu/Kerapu, Kakap, Kembung, Selar, Tembang dan
lain-lain.
Proses : Jenis-jenis ikan yang besar dibelah lebih dahulu kemudian dikeluarkan isi
perutnya lalu dicuci sampai bersih. Kemudian diberi garam lalu dijemur. Dan
setelah 1 hari 1 malam diberi garam secukupnya kemudian dijemur pada panas
matahari sampai kering. Bagi jenis-jenis ikan kecil sesudah dicuci bersih
disusun dalam keranjang atau peti sebagai berikut : Dasar keranjang/peti ditaburi garam secukupnya lalu disusunkan ikan,
kemudian ditaburi lagi garam secukupnya. Selanjutnya disusun ikan lagi dan
seterusnya hingga penuh tempat penyimpanannya. Jadi susunannya : garam-ikan, garam-ikan, garam-ikan, dan selanjutnya
hingga selesai.
Setelah l hari
l malam dikeluarkan dari dalam
keranjang/peti lalu dijemur pada panas matahari di atas para-para. Faktor-faktor yang
mempercepat kerusakan pengasinan adalah : kekurangan garam dan kurangnya panas
matahari.
c). Pengasapan
-- Pengasapan Bandeng
Pengasapan
yang biasa dilakukan di daerah tambak air payau, untuk ikan bandeng yang sudah
berukuran 30 cm atau lebih. Setelah
disiangi isi perut dan ingsangnya, ikan dicuci bersih sampai sisiknya pun
terbuang. Direndam dalam air garam pencuci 10%
(10% berat garam dari berat Ikannya)
selama 1 jam, dan setelah dibasuh
ditiriskan sampai kering kulitnya. Rongga perut yang sudah kosong kemudian
ditaburi campuran garam serbuk dan sendawa (dengan perbandingan 5 : l). Belahan perut diikat agar garam
dan sendawa tidak berserakan, sebelum
ikan digantung dalam ruangan pengasapan. Asap harus tipis, agar menimpa daging
ikan sedikit demi sedikit, agar tidak timbul buih hasil persabunan lemak bandeng dengan asam tanin
dari asap kayu. Masa pengasapan tipis dilakukan selama 8 jam. Daya tahan hasil pengasapan hanya sekitar 3 hari, hingga pada hari ke-4 harus diasap lagi.
---Pengasapan Dingin (Ing.: cold smoking).
Pengasapan ikan dengan api sumber asap terletak jauh dari ikan, hingga api
hanya memberi panas sekitar 40
derajat celsius. Ikan yang sebelumnya direndam dalam larutan garam 10% selama 1 jam untuk menghilangkan darah dan lendir, kemudian diikuti
perendaman dalam larutan garam 25%
selama 7 jam, ditiriskan sampai
kering lunak, mula-mula diasap tipis selama 5 jam dan di akhiri dengan asap tebal selama 6 hari (tiap hari hanya 5
jam).
----Pengasapan Ikan. Pengawetan ikan dengan
yang mengunakan asap yang bersifat pengawet, karena kandungan formaldehida, kreosot, dan asam
cuka, pada pembakaran kayu yang tak sempurna (api tidak besar dan hanya menghasilkan
asap). Selain mengawet zat-zat itu juga
memperkeras daging ikan.
Pengasapan biasanya dibantu dengan penggaraman atau pemindangan (sebelumnya)
dan pengeringan atau pendinginan (sesudahnya) Penggaraman (dengan mencelupkan ikan dalam larutan garam) atau pemindangan (dengan merebus ikan yang
sudah digarami), mencegah bekerjanya bakteri pembusuk pada saat sebelum asap
berpengaruh, serta banyak mengurangi kadar air.
---Pengasapan ikan bercuka. Pengasapan
ikan yang dijadikan filet dulu yang direndam dalam air cuka berbumbu selama 3 hari, sebelum dijemur sampai kering.
Diasap dingin dengan asap tipis selama 9
hari (tiap hari 5 jam). Tahan awet
disimpan sampai 4 bulan.
---Pengasapan Ikan Bergaram. Pengasapan
ikan dilakukan untuk ikan kakap dan belanak. Selain disiangi juga dibuang
tulang punggungnya. Ikan yang besar ditoreh atau diiris menjadi filet. Setelah
bersih dan direndam dalam air garam 20%
selama 1 hari dan dijemur selama 2 hari (tiap hari 5 jam), ikan baru diasap dingin dengan asap tipis selama 2 minggu. Hasil pengasapan masih harus
dijemur lagi di matahari penuh 5 jam
sebelum dibungkus kertas minyak. Tahan disimpan selama 3 bulan karena lebih pekat. Disimpan dalam kaleng yang dipatri
malah dapat tahan awet sempai 9
bulan untuk keperluan ekspor.
---Pengasapan Panas .(Ing.:hot smoking).
Pengasapan ikan dengan api sumber asap terletak sangat dekat dengan ikan, hingga menerima panas
antara 65 sampai 80
derajat C. Sekaligus juga
dipanggang sampai masak. Ikan yang sebelumnya sudah digarami dengan larutan
garam 25% selama 3 jam itu, mula-mula menerima asap
tipis selama 7 – 12 jam dalam ruang
pengasapan. Lalu diakhiri dengan pemberian asap tebal selama 1 jam.
d). Penyalaian Ikan, Cara mengawet ikan
dengan pengeringan, tetapi tidak memakai sinar matahari melainkan panas api.
Dilakukan oleh para nelayan rawa pada musin penangkapan. Ikan rawa seperti ikan
baung, tapa, gabus, lais, dikerjakan pada waktu siang dan disalai pada waktu
malam. Api diusahakan menyala sepanjang malam. Perbedaan dengan pengasapan;
penyalaian tidak dilakukan dalam ruangan tertutup, melainkan di ruangan yang
terbuka. Ikan ditaruh di atas para-para yang jarang anyamannya, setinggi 1,5 meter dengan belahan-belahan daging
menghadap ke bawah. Untuk kayu bakar digunakan kayu keras yang tidak
menghasilkan asap pahit atau beracun. Sesekali-sekali ikan dibalik agar rata
masaknya, dan tidak hangus sebelah. Api diperkecil setelah lapisan permukaan
daging ikan masak. Ikan ditutup karung atau tikar yang dilembabkan, agar lebih
lanjut mengering dengan api kecil yang berasap banyak. Ikan yang disalai akan
masak perlahan-lahan, sedang permukaannnya menerima zat pengawet dari asap.
Sesudah beberapa jam api dimatikan nyalanya, tetapi dipertahankan baranya.
Penyelaian dihentikan setelah bagian belahan ikan berwarna cokelat. Rata-rata 16 jam. Ikan kecil atau tipis, seperti
sepat dan nilam, tidak diiris; cukup dibuang isi perutnya, kemudian ditusuk
bilah bambu di dekat kepalanya, (satu tusuk 3 – 6 ekor) agar mudah dibalik-balik bila perlu.
e).
. Pembuatan terasi
Ø Jenis yang dibuat :
udang (rebon)
Ø Bahan-bahan : Tepung
kanji, gula jawa dan zat pewarna (kesumba).
Proses : Udang/Rebon dicuci
kemudian disimpan dalam suatu tempat/peti selama 2 – 3 hari.
Sesudah
itu digumpal-gumpal lalu dijemur pada panas matahari di atas para-para.
Sesudah
kering, diremas dan ditumbuk dalam lesung yang telah dicampur tepung kanji dan
kesumba (zat pewarna) secukupnya kemudian dibentuk sesuai yang dikehendakai dan dibungkus lalu
dimasukkan dalam peti dan siap dijual. Proses
ini kalau menghendaki terasi campuran (bukan asli). Proses pembuatan terasi asli
yaitu udang/rebon tanpa campuran di atas. Faktor-faktor yang mempercepat
kerusakan pembuatan terasi : penumbukan yang
tidak sempurna dan penyimpanan yang kurang baik.
f). Pemindangan Ikan;
Pengawetan ikan dengan
penggaraman dan perebusan. Di Indonesia, hasil pemindangan sudah dianggap
sebagai produk akhir yang dapat langsung diperdagangkan untuk dimakan. Di
negeri yang industri pengawetannya sudah maju, proses penggaraman dan perebusan baru merupakan langlah
persiapan untuk pengolahan lebih lanjut; yaitu pengalengan. Dilakukan dengan
pelbagai variasi. Pada Pemindangan bandeng cara di Tuban, digunakan periuk
tanah sebagai tempat penggaraman sekaligus perebusan . Pada cara Taman,
digunakan bakul (keranjang bambu kecil
yang pipih dasarnya yang direbus bersama
ikan yang telah disusun rapi di dalamnya , dalam wajan berisi air garam
pekat yang sudah mendidih. Pada pemindangan gaya baru, ikan disusun berlapis-lapis dalam besek anyaman bambu,
diselingi lapisan garam yang jumlah seluruhnya hanya 20% dari bobot total ikan seluruhnya. Sertelah didiamkan 3 jam untuk meresapkan garam ke dalam daging ikan agar
tetap kenyal/kaku sekalipun direbus, besek berisi ikan direbus selama 45 menit dalam panci besar berisi
air garam yang sudah mendidih.
g). Peda, Ikan (Ikan Peda);
Ikan asin hasil pengawetan dengan cara
penggaraman yang tidak disusul dengan
pengeringan. Dibiarkan setengah basah agar mengalami proses fermentasi
lebih lanjut oleh bakteri peda dalam rongga
perut ikan, dan oleh autolisa (pembongkaran sendiri) akibat kegiatan
enzima pencernaan yang terbawa oleh ikan dalam ususnya. Pembuatan peda
kadang-kadang juga di masukkan kedalam golongan pengawetan ikan dengan
penggaraman. Dan hasilnya pun disebut ikan asin basah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.