SEJARAH KERAJAAN-KERAJAAN DI NTT
Oleh : Drs.Simon Arnold Julian
Jacob
.
Sejarah Kerajaan-kerajaan di Nusa Tenggara Timur,
merupakan suatu lembaga pusat
pemerintahan tradisional tempo doeloe, pusat timbulnya kebudayaan dalam bentuk
berbagai aturan-aturan hukum tak tertulis, norma-norma, adat istiadat, sumber
kekuasaan maupun pelestariannya. Semua itu ditujukan untuk menciptakan
keamanan, ketertiban, dan kesejahteraan masyarakat umum. Munculnya
kerajaan-kerajaan pada awal sejarahnya adalah mula-mula dari sekumpulan
orang-orang seketurunan, sedarah, sekekerabatan, mendiami suatu wilayah
tertentu.
1.
Pendahuluan
Lama kelamaan warga mereka
bertambah banyak sehingga wilayah yang dihuni pun makin bertambah luas. Karena
untuk menjamin ketertiban dan kerukunan diantara mereka maupun kemungkinan
mempertahankan diri dari serangan pihak luar,
maka dibutuhkan suatu organisasi kemasyarakatan dan aturan-aturan, norma-norma
yang dapat menjamin kesejahteraan mereka.
Kemudian kepala-kepala suku/Maneleo (Rote) masyarakat
adat tradisional mulai membentuk suatu organisasi sederhana diantara mereka,
lalu memilih seorang atau beberapa orang diantara mereka sebagai pemimpin
mereka.
Maka
terpilih seorang tokoh yang penuh wibawa, pemberani, terpandang, serta kaya
sebagai pemimpin mereka. Dialah yang diangkat menjadi penguasa tunggal yang
disebut raja (Rote = Manek=jantan). Raja ini
tentu masih saudara, sedarah, seketurunan,
sekekerabatan mereka juga.
Ia
yang menguasai sebuah wilayah suku-suku dan anak-anak suku yang jelas batas-batasnya yang disebut ” Tanah Hak Ulayat atau Tanah Adat
Suku”. Istilah Ulayat adalah sama dengan pengertian Wilayah. Jadi Tanah Hak Ulayat sama artinya dengan Tanah Hak
Wilayah. Tetapi bahasa hukumnya dalam pertanahan umumnya memakai istilah Ulayat.
Mereka ini kemudian
disebut penguasa pemerintahan tradisional.
Pengangkatan
raja-raja di Nusa Tenggara Timur ada dua macam, yaitu :
pertama : pengangkatan
melalui pemilihan, contohnya di pulau Roti dan,
kedua,
pengangkatan raja berdasarkan keturunan turun termurun seperti di Timor dan
daerah lainnya di NTT.
Kerajaan yang ada
umumnya otonom dan berdiri sendiri, layaknya sebuah negara kecil dalam sebuah
wilayah. Wilayah kerajaan dibagi-bagi habis dalam beberapa wilayah pemerintahan
yang lebih kecil dan diperintah oleh pemerintah yang lebih rendah tingkatannya,
dengan tugas dan tanggung jawab yang jelas.
Setelah itu dibuatlah
aturan-aturan, norma-norma, yang kemudian di-adatkan dan diberlakukan kepada
semua warga, yang harus dilakasanakan, ditaati, demi ketertiban serta
kesejahteraan mereka bersama. Tanah-tanah dibagi kepada warganya sebagai sumber
kehidupannya, mengatur pembagian air, mengatur keamanan, memperkuat diri dari
serangan luar dan lain-lainnya.
Demikianlah
gambaran umum terbentuknya pemerintahan tradisional pada awal sejarahnya yang
disebut kerajaan dan dipimpin oleh seorang raja, sebagai kepala pemerintahan
tradisional di Nusa Tenggara Timur.
2.
Keadaan Kerajaan-Kerajaan Di NTT Pada Periode l800-an
Pertumbuhan
kerajaan di Nusa Tenggara Pada Awal sejarahnya.
Pengetahuan
tentang kerajaan-kerajaan di Nusa Tenggara Timur sangat terbatas. Hal ini
disebabkan langkanya sumber yang dapat dipergunakan untuk mengungkapkan hal
ini. Sumber-sumber tertulis tentang hal itu di wilayah Nusa Tenggara Timur
sampai dengan kedatangan bangsa Barat hampir tidak ada.
Hal ini disebabkan karena wilayah Nusa Tenggara Timur yang terdiri dari
berbagai suku bangsa tidak mengenal budaya tulisan daerah.
Sedangkan pengaruh Hindu di wilayah ini hampir tidak tampak. Itulah
sebabnya prasasti juga tak
dikenal di daerah ini, sehingga sumber-sumber sejarah, tergantung dari cerita-cerita rakyat secara
turun-temurun, tradisi sastera lisan
dan sumber dari luar.
Berita tertulis tertua mengenai daerah di Nusa Tenggara Timur adalah berita
Cina yaitu dari suku Cu-Fan-Ahih karya Can-yu-kua, dalam berita ini disebutkan
Tiwu (Timor) yang sangat kaya akan kayu
cendana telah mengadakan hubungan dengan Kerajaan Kediri (Groeneveldt, 1960).
Walau pun pemberitaan ini kurang
tepat, sebab pada tahun 1225
Kerajaan Kediri sudah runtuh,
namun berita ini mempunyai arti penting.
Nusa
Tenggara Timur di zaman kuno mempunyai arti penting sebagai produsen kayu cendana yang banyak
dibutuhkan dalam dunia perdagangan. Daerah Nusa Tenggara Timur banyak
dikunjungi oleh pedagang dari luar, dalam rangka perdagangan kayu cendana, kayu
kuning untuk bahan batik di Jawa, asam jawa, lilin lebah, serta hasil bimi
lainnya.
Oleh
karena itu pertumbuhan kerajaan-kerajaan kuno, erat hubungannya dengan adanya
kegiatan perdagangan kayu cendana dan hasil bumi lainnya.
Tempat-tempat yang strategis di pinggir pantai, muara sungai, teluk yang
mempunyai kedudukan strategis menjadi pusat-pusat perkembangan.
Daerah-daerah
yang letaknya strategis banyak
dikunjungi pedagang dan berkembang sebagai kerajaan-kerajaan kecil.
Di antara tempat-tempat strategis tersebut adalah daerah pulau Solor (Flores) dan sekitarnya, daerah sekitar Selat
Sape di Flores Barat, dua daerah ini merupakan pintu barat, masuk ke wilayah
NTT.
Di samping itu daerah Belu Selatan (Timor) juga merupakan tempat muara
sungai besar yakni sungai Benain.
Di daerah
inilah muncul semacam kerajaan tertua, walaupun sebenarnya kerajaan dalam
pengertian seperti di wilayah Indonesia bagian Barat tidak dikenal. Hampir
semua raja di Timor mengatakan bahwa nenek moyang mereka berasal dari Belu
Selatan atau mempunyai hubungan dengan Belu Selatan.
Sejak kapan timbulnya kerajaan-kerajaan di NTT, sulit diketahui karena
terbatasnya sumber yang ada. Kerjaan-kerajaan yang ada dan tersebar luas di
beberapa daerah sulit pula diketahui, mulai tumbuh dan perkembangannya.
Di Pulau
Timor di kenal kerajaan Wewiku Wehali yang berpusat di Belu Selatan. Kerjaan
ini menurut sumber cerita rakyat didirikan oleh pendatang dari luar. Nenek
moyang pertama adalah Sina Mutin
Malaka.
Adapun
kerajaan-kerajaan kecil lainnya yang ada di pulau Timor adalah al :
1. Sonbai,
2. Miomafo,
3. Biboki,
4. Insana,
5. Amanuban,
6. Amanatun,
7. Ambenu,
8. Amfoang,
9. Amabi,
10. Amarasi,
11. Molo dan
12. Helong.
Pada umumnya kerajaan tersebut adalah kerajaan-kerajaan kecil yang
berkembang dari kersatuan-kesatuan genealogis dan mempunyai orientasi serta
menyatakan berasal dari Belu Selatan
Mengingat
timbulnya kerajaan-kerajaan kuno erat hubungannya dengan perdagangan cendana,
maka perkembangan kerajaan-kerajaan ini adalah tidak jauh waktunya dengan
perkembangan/perdagangan cendana.
O.W.Wolters
mengemukakan bahwa pada abad ke-3 M, banyak perahu pedagang Indonesia yang
membeli cendana langsung di Sumba atau Timor untuk diangkut ke pelabuahn
transito di Indonesia sebelah Barat/Sriwijaya dan selanjutnya diteruskan ke India.
Sedangkan
perdagangan cendana dengan Cina baru terjadi pada tahun-tahun sesudah abad ke–3.
(O.W.Wolters, hal.3).
Tentu
timbulnya kerajaan-kerajaan tertua, tidaklah jauh dari waktu-waktu sesudah abad
ke- 3 M. Pada tahun 1436 M, Fa Hsin dalam bukunya Hsing
Cang Sheng Lan memberitakan bahwa Kehri Timor yang terletak di Sebelah
Timur Tiongkalo, gunung-gunungnya ditumbuhi kayu cendana.
Ada 12 pelabuhan yang masing-masing di bawah seorang kepala. (Groenoveldt, hal.116)
Sedangkan
kerajaan-kerajaan di daerah lain pada masa kuno adalah Kerajaan
1. Abui,
2. Bunga Bali dan Kui di pulau Alor,
3. Memaseli, Pandai Belanga dan Baranusa di
Pantar,
4. Hendak dan Lamak di Rote.
Catatan penulis :
- Hendak adalah
kerajaan-kerajaan di bagian Barat pulau Rote, sedang
- Lamak adalah kerajaan-kerajaan di bagian Timur pulau Rote.
Hendak dan Lamak adalah nama gelaran kerajaan tempo doeloe, dapat di baca
pada gelaran-gelaran kerajaan di Rote dibawah nanti.
3. Perkembangan
Seperti
telah dikemukakan bahwa kerajaan-kerajaan yang ada di NTT tumbuh dan berkembang
dari kesatuan-kesatuan wilayah kecil.
Sebenarnya
istilah kerajaan sendiri kurang tepat untuk menyatakan kesatuan ini. Sebab agak
berbeda dengan pengertian kerajaan yang ada di wilayah Indonesia bagian Barat.
Kesatuan-kesatuan ini di Dawan (Timor) dikenal dengan sebutan Keamafan yang dikepalai
oleh seorang Amaf seperti ,
- Amanuban,
- Amanatun,
- Amarasi,
- Amabi,
- Ambenu,
- Amfoang.
Dari beberapa yang amaf kecil,
sehingga timbul tingkatan yang lebih tinggi yang
dikepalai
Usif.
·
Di daerah
Tetun di Belu
dikenal istilah Keloroan yang
dikepalai seorang Loro. Seperti
Loro Banko, Lamaknen, Samrin, Likusaen dan sebagainya. Dari beberapa Loro ini akhirnya ada yang lebih menonjol dan menguasai Loro-loro yang lain sehingga menjadi Keliurainan
yang dikepalai oleh Liu rai-liu rai.
·
Di Manggarai
dikenal Kedaluah yang dikepalai
kraeng adak (Kuntjaraninggrat,
hal.195).
·
Sedang di
Rote dikenal
Kenisakon atau Nusak yang dikepalai oleh Manek (yang Jantan) dan Feto/Fettor = Saudara Perempuan.
Hubungan antara kerajaan pada masa kuno sangat terbatas.
Hal ini disamping karena faktor letak geografis yang terpisah-pisah dan
kerajaan yang ada hanyalah merupakan kerajaan kecil. Keadaan ini mudah timbul
persaingan dan pertempuran.
Diperkirakan pada masa kuno ini di Pulau Timor pernah terjadi suatu
kesatuan politik yang terdiri dari beberapa kerajaan kecil.
·
Dalam
masa ini kesatuan tersebut bernaung di bawah panji-panji Wewiku Wekali yang dikepalai oleh Maromak Oan yang dalam tugasnya dibantu 3 liurai yakni Liurai
Sonbai : menguasai Timor bagian barat meliputi daerah dari Miomafo
sampai Kupang,
·
Liurai Wekali menguasai Timor Tengah Utara, meliputi daerah Belu, Insana,
Bioboki dan sebagian Timor Timur dan Liurai
Jikusaen mengenai Timor-Timur (Timor Leste).
·
Dengan
demikian suku-suku di Timor Leste adalah “seketurunan” dengan suku-suku di Timor
Bagian Barat, khususnys dengan suku Belu (Kabupaten Belu-NTT).
·
Oleh
karena itu sebenarnya Timor Leste dan Timur Barat (Indonesia) tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya, karena masih memiliki asal yang sama, dan tidak
menutup kemungkinan pada suatu saat akan bersatu kembali.
Keterpisahan
kedua wilayah yang bersaudara ini sebagai akibat politik penjajahan kolonial Portugis
dan Belanda saja.
Terbentuknya
Negara Timor
Leste sekarang ini merupakan
suatu masa peralihan saja untuk merubah statusnya sebagai satu negara berdaulat
yang memungkinkannya secara politik,
berpeluang untuk dapat bergabung kembali dengan saudara-saudara seketurunan dan
sekerabatannya di Timor Bagian Barat jika dikehendaki dikemudian hari.
Perjalanan sejarahlah yang menentukannya kelak.
Di bawah dari Liurai ini
terdapat loro-loro. Misalnya Liurai Wekali wilayahnya meliputi loro Wewaku, Hetimuk, Darmia,
Lalikun, Fealaran.
4.
Kepemimpinan dan pengaturan
Dalam
jaman kuno struktur kepemimpinan kerajaan dan pengaturannya agak bervariasi
antara satu daerah dengan daerah lainnya.
·
Di Abui
sebagai pimpinan yang tertinggi disebut Lur
(raja).
·
Dalam
menjalankan kekuasaannya ia dibantu oleh Sikimora
yang bertindak sebagai panglima.
·
Di
samping itu terdapat juga petugas hakim yang di sebut Kankal, pemimpin upacara disebut Adeng dan rakyat sebagai lapisan bawah disebut serang.
·
Untuk
kerajaan Memaseli struktur pemerintahan adalah raka (rajang) yang dibantu oleh seorang juru bicara (Tawaka) dan panglima Lamuli.
·
Di bawah
pejabat ini terdapat petugas ukur (hakim adat marang = petugas upacara) dan tingkat terendah adalah rakyat (serang).
·
Untuk
struktur pemerintahan yang berbentuk loro
di daerah Tetun adalah Loro sebagai
tingkat pengusa tertinggi di daerah keloroan.
·
Di bawah loro terdapat petugas yang disebut : Ferik Kaluas (Ina-Ama = tua-tua adat) yang berfungsi sebagai pembantu loro, yang tugasnya antara lain
menjalankan pemerintahan atas nama loro, memungut upeti, melantik
raja-raja bawahan (nai), memutuskan perkara.
·
Di
bawahnya pejabat ini terdapat dato kemudian fukun
dan yang terakhir rakyat. (Sejarah
Daerah NTT,Dep.Dik.Bud, Jakarta, l988,hal.36-39).
5.
Kerajaan-kerajaan Yang Ada
Di Nusa Tenggara Timur
Kerajaan-kerajaan
di NTT adalah kerajaan-kerajaan
kecil-kecil dilihat dari luas wilayah kekuasaannya, maupun jumlah penduduknya..
Kerajaan-kerajaan ini adalah kerajaan-kerajaan yang jauh sebelum masa
penjajahan Portugis
dan Belanda,
telah ada yaitu :
- Kerajaan-Kerajaan Di Timor (Timor
Loro Manu)
Kerajaan-kerajaan yang ada antara lain adalah :
- Kupang
Helong, suatu federasi yang dibentuk
tahun 1917,
yang disusun oleh kerajaan Amabi, Amabi OEfeto, Foenay, Kupang Helong,
Sonbai Kecil dan TaEbenu dengan seorang raja terpilih. menjadi Kerajaan
Kupang yang lebih besar.
- Fatuleu,
- Amarasi,
- Amabi,
terbentuk pada tahun 1917 menjadi
kerajaan Kupang yang lebih besar.
- Amfoang, (
Amfoang Naikliu, Amfoang Timau) awalnmya disebut hanya Amfoang, tetapi
kemudian pecah menjadi 2 cabang Amfoan Naikliu dan Amfoan Timau. Raja dari Amfoang
Naikliu memerintah hanya pada kota Naikliu dan beberapa desa.
- Amanatun,
kedaulatan kerajaan diganti pada tahun 1962. Istana Raja dipindahkan dari Nunkolo
ke SoE pada tahun 1952.
- Amanuban,
Istana raja disebut disebut Sonaf Nai (istana Besar).
- Molo,
Pembentukan dari Netpala, Nunbena, dan Besiana
- Insana,
- Biboki,
- Miomafo,
- Ambenu,
- Ambenu
Kolabe, didirikan oleh orang-orang
yang melarikan diri dari Oecussi Ambeno.
- Sonbai,
- Wewiku,
- Wehali,
- Lamakuen,
- Falluarsin,
- Haitimuk,
- Nenometan,
- Lakekun,
- Dirma,
- Mandeu,
- Harneno,
- Maukatar,
- Flalaran,
- Jenilu,
- Silawan,
- Lamaksenulu,
kerajaan merdeka atau setengah merdeka. Kadang-kadang menjadi bagian dari
ferderasi Belu.
- Lidak,
- Waitimu,
- Makier.
- Naitemu.
- Netpala
- Koto IX
- Noimuti
- Nunbena
- Passi
- Sutrana,
daerah Selatan dari O’Ekusi Ambenu dengan sejarah yang saling berkaitan.
- Taebenu
- Tafnai
- Takaip
Ebbononi, bergabung dengan kerajaan Fatu Leu.
- Takaip
Thaiboko, bergabung dengan Fatu Leu.
- Aiton
- Bait.
- Biboki,
- Benu
- Besiana
- Dafalu
- Fialarang,
kerajaan merdeka atau setengah merdeka dan kadang-kadang dianggap menjadi
bagian dari federasi Belu
- Foenay,
yang terbentuk tahun 1917.
- Gunung
Mutis, bawahan kerajaan Molo
- Harneno,
Keturunan dari kerajaan Beboki.
- Jenilu.
- Kewar,
kerajaan setengan merdeka dan nampaknya
berhubungan dengan Lamaknen.
- Kusa
- Laisolat
- Lekekun
- Mandeo,
kerajaan mereka atau semi merdeka di Timor.
- Manoletten
- Manubait/Manbait;
- Maukatar,
kerajaan merderka atau setengah merdeka
- Maumutin,
- Passi;
- Tohe;
- Umaclaran;
- Dafalu;
2.Kerajaan-Kerajaan Di Alor Pantar : Terdapat kerajaan,
·
Alor,
·
Batulolong,
kerajaan di Pulau Pantar, sebelah barat Pulau Alor.
·
Kui,
·
Kolana,
bergabung dengan Pureman dan Erana di tahun 1932.
·
Mataru
PoE, kerajaan di Pulau Alor yang
kemudian digabungkan oleh Belanda pada tahun 1932 menjadi kerajaan yang lebih besar.
·
Barnusa,
kerajaan bagian barat dari Pulau Alor. Kekuasaan terpisah menjadi dua marga
yaitu Baso dan Blegar.
·
Pandai,
·
Blagar,
kerajaan sebelah tenggara Pulau Pantar,
arah barat Pulau Alor.
·
Pureman,
yang kemudian oleh Belanda pada tahun 1917 digabung lagi ke Erana pada tahun dan tahun 1932 ke Kolana.
·
Kui,
- Kerajaan-Kerajaan Di Flores Timur : Terdapat kerajaan-kerajaan : Solor, yang dipisah
menjadi Lamakera dan Lahayong sbb:
·
Lamaholot,
·
Lamakera,
kerajaan di pulau Solor dibentuk setelaqh pemisahan kerajaan Solor menjadi dua, Lahayong dan Lamakera.
·
Adonara,
·
Larantuka, kerajaan dengan luas 3330 km2 ditemukan tahun 1400,
·
Lohayong,
Dibentuk dari pemisahan kerajaan Solor menjadi 2 kerajaan,
·
Trong.
·
Nggela
·
Tado
·
Labala
, kerajaan di selatan pulau Lomlen atau
Lembata,
·
Lamahala,
kerajaan di pulau Adonara. Lamahala digabung ke Larantuka pada tahun 1932.
- Kerajaan-Kerajaan Di Sika (Flores) : Terdapat kerajaan,
·
Sikka dan Nita. Kerajaan seluas 4.377 km2 dengan penduduk 120.000 jiwa.
- Kerajaan-Kerajaan Di Ende (Flores) : Kerajaan-kerajaan yang ada yakni: Kerajaan
·
Ende,
·
Ndona,
·
Lio,
·
Mbuli,
·
Tana Rea,
·
Nduri
- Kerajaan-Kerajaan Di Ngada (Flores): Kerajaan-kerajaan yang ada yakni :
Kerajaan,
·
Ngada,
·
Riung,
·
Nage
Keo, dibentuk tahun 1919,
oleh penggabungan Nange dan Keo.
- Kerajaan-Kerajaan Di Manggarai (Flores) : Kerajaan-kerajaan yang ada yakni :
Kerajaan,
·
Cebol,
·
Manggarai,
kerajaan di Flores, berdiri tahun 1759. Dari 1762
s/d 1815 dan dari 1851 s/d 1907. Manggarai
sebelumnya merupakan bagian dari Kesultanan Bima.
·
Todo,
·
KangaE,
kerajaan di Flores.
·
Lise,
sebuah kerajaan di Flores;
·
Mbuli
kerajaan di Pulau Flores
·
Tana
Kunu V kerajaan di Flores;
·
Turing,
Kerajaan di Pulau Flores;
·
Wolijita,
kerajaan di Pulau Flores
·
Tanah
Riung, Kerajaan di Flores,
8.
Kerajaan-Kerajaan Di Sumba : Kerajaan-kerajaan yang ada yakni :
Kerajaan,
·
Rendi
Mangeli,
·
Melolo,
·
Tabundung,
·
Kanalang/kanatang,
·
Lewa
Kambera,
·
Waijelu,
·
Masu
Karera,
·
Laura,
·
Wijewa,
·
Kodi
Belagar
·
Kodi
Bengado
·
Kodi
Besar
·
Lauli,
·
Laura
·
Memboro/
Membora,
·
Umbu
Ratunggai,
·
Anakalang,
·
Wanokaka
·
Lamboja.
·
Napu.
·
Gaura
·
Kanbera
·
Kapundak,
berada di Timur Pulau Sumba
·
Lakoka
·
Lawonda
·
Massu
Karera
·
Manjili
·
Rende,
Rendi
·
Umbu Ratu
Nggay
- Kerajaan-Kerajaan Di Sabu : Kerajaan-kerajaan yang ada yakni : Kerajaan:
·
Mesara,
·
Seba,
·
Timu,
·
LiaE.
·
Menia,
·
Raijua
- Kerajaan-Kerajaan Di Rote:
Kerajaan-kerajaan yang ada 19 kerajaan yakni sebuah
federasi bentukan Belanda dari tahun 1928 sampai tahun 1948, yang terdiri 19 Kerajaan yakni :
- Ba’A, dibentuk tahun 1691
- Dela,
Dela melepaskan diri dari O’Enale dan didirikan pada tahun 1800-an.
- O’Enale,
- Dengka,
- Lelain, Sebelum Lelain menjadi kerajaan terpisah sendiri
tahun 1690,
Lelain melepaskan diri dari Bokai.
- Termanu,
- Loleh, kerajaan yang sebelumnya dikuasai oleh Termanu
tahun 1730
- Korbafo,
- Keka,
Keka melepaskan diri dari Termanu
tahun 1772
- TalaE,
- Bokai, didirikan pada tahun 1756.
- Lelenuk, Kerajaan yang melepaskan diri dari Termanu dan dibentuk tahun 1772;
- Diu,
Terkadang dibawah kekuasaan Korbafo, didirikan pada tahun 1691.
- Landu, Kerajaan yang
paling tua dari 19 kelompok kerajaan di Rote;
- Bilba,
- Thie, Dari tahun
1720 sampai 1756, Manek dari Thie pergi bersama Manek/Raja dari
Oepao, Loleh, Ba’A dan Lelain ke Jawa untuk mempelajari lebih lanjut agama
Kristen
- Ndao,
- O’Epao, didirikan tahun 1691.
- Ringgou-Didirikan tahun 1691
(Sumber :
Sejarah Nusa Tenggara Timur dan Wikipedia-Google/Internet).
6.Hubungan Raja-raja Rote Perlawanan Terhadap Belanda,
Terjadi pada tahun l653
Akibat
Perang Raja-Raja Rote Dengan Belanda Tahun 1681, 1000 tawanan orang Rote, di buang ke Betawi (Jakarta), 1000 tawanan dibuang ke Madagaskar.
Sejarahnya
sebagai berikut :
Keunggulan
Penjajah Bangsa Barat karena menguasai Maritim.
Sejarah
kekalahan raja-raja di Jawa (Mataram) dialami juga oleh raja-raja di wilayah
Nusa Tenggara Timur antara lain di Pulau Rote.
·
Hubungan
raja-raja Pulau Roti/Rote dengan Belanda terjadi pada tahun l653 yaitu setelah 131 tahun, Antonio Pigafetta, pelaut Portugis menemukan Pulau
Rote pada tanggal 30 April
1522.
·
Pada
waktu itu terdapat 5
(lima) orang raja yang telah mengadakan hubungan. Hubungan ini akhirnya
diperkuat dengan “Perjanjian Kontrak-Kontrak Dagang” sejak tahun l691, l700, dan 1756
·
Jumlah
raja yang mula-mula 5
(lima) orang pada tahun l690 menjadi 12 ( dua belas) orang dan
pada tahun l756
menjadi 14 (empat
belas) orang raja dan tahun l800 menjadi l8 (delapan belas) orang.
·
Belanda mengirim
tentaranya menyerang ke Rote untuk memerangi raja-raja yang tidak mau
tunduk, dan yang telah berhubungan
dengan Portugis.
·
Pada tahun
l654 Raja Landu,
O’Epao, Ringgo dan Bilba diserang dan ditundukkan Belanda. Dengan mempergunakan
kerajaan-kerajaan yang telah tunduk, tentara Belanda menyerang dan
menghancurkan kerajaan Korbafo.
Pada tahun l660 kerajaan Lole ditundukkan dan pada
tahun l681 Lole dan Termanu diserang dan sebagian besar penduduknya
ditangkap sebagai budak
dan, sejumlah 1000 orang
budak di buang ke Batavia
(Jakarta sekarang) dan mereka inilah melahirkan keturunan etnik Betawi sekarang
ini).
Sedang 1000 tawanan
lainnya di buang ke Madagaskar,
yang antara lain menurunkan keturunan bangsa Madagaskar sekarang ini.
Disana orang buangan asal Pulau Rote ini terus mengembangkan alat musik
tradisional asal pulau Rote yaitu “Sasando Rote””, yang kemudian dijadikan sebagai alat musik
Madagaskar dengan sebutan lokalnya yakni “Valiha”
Jadi sejarah “Sasando
Rote” dengan alat musik “Valiha” (Madagaskar) masih ada hubungan
sejarahnya.
Selanjutnya sejarah perang VOC dengan Kerajaan-kerajaan di pulau Rote terus
berkembang dan berlangsung.
Namun demikian sebagai balasannya,
raja-raja Termanu, Dengka, O’Enale dan Korbafo melakukan penyerangan
balasan di Ba’A. Pusat kedudukan Belanda
di Ba’A dibakar hingga musnah. Bahkan pada tahun l746 di Termanu seorang opperhoofd Belanda J.A.Meulenbeek beserta 12 ( dua belas) orang Belanda dan sembilan belas
orang Mardijkers berhasil dibunuh. Hanya seorang yang lolos yakni Goust dan melarikan diri
ke Kupang tanggal 23 Oktober l746.
Pada masa-masa, jauh sebelum pelaut Portugis (Antonio Pigafetta) pada tahun l522 menemukan pantai nelayan tradisional di Papela-Rote Timur (NTT) dan sebelum terjadinya kontak dagang antara kerajaan-
kerajaan di pulau Rote dengan VOC/Belanda, tahun l683, ternyata Masyarakat Adat Suku Rote/Roti
telah munguasai dan memanfaatkan seluruh pulau-pulau kecil di tenggara wilayah
perairan laut Pulau Rote, yaitu Pulau
Pasir (Ashmore Reef dan Cartier Reef-Scott Reef) sebagai ladang perikanannya.
Bahkan orang Rote telah lebih dahulu
menemukan Benua Australia (sebelum tahun l400-an) dan disebut pulau “MAREGE” karena penghuninya semua berwarna
kulit hitam pekat. Setelah Belanda menang perang, maka Pulau Rote termasuk
semua pulau-pulau kecil lainnya hingga pulau Pasir dikuasai sepenuhnya oleh VOC/Belanda
terhitung tahun 1683.
Bagi nelayan yang hendak berlayar mencari hasil laut di sekitar pulau Pasir, (Ashmore
Reef) diwajibkan meminta Surat Izin Berlayar (atau Surat “Pas berlayar
sesuai istilah lokal) dari pemerintah Belanda yang berkedudukan di Kupang-Timor.
Hal ini untuk melindungi para nelayan tradisional asal pulau Rote, yang mungkin
karena akibat sesuatu bencana alam (terbawa arus, atau angin topan atau keadaan
yang tak terhindarkan), memasuki wilayah perairan Australia dapat dibantu
seperlunya, karena mereka memiliki surat izin lengkap.
Pemberian
surat izin ini berlaku hingga berakhirnya masa penjajahahn Belanda di Indonesia
sekitar tahun 1945 – l950.
Semua
hasil laut yang diperoleh para nelayan dari pulau Pasir, diwajibkan untuk membayar
pajak retribusi ke pada pemerintah
Belanda.
Pada tahun l838
Belanda mengajukan permohonannya untuk mendirikan lojinya (perwakilan dagang)
di Ba’A, ibu kota Pulau Rote.
Dari l8 kerajaan di Rote waktu itu, terdapat l7 kerajaan yang menyetujui dengan alasan, bahwa
dengan adanya hubungan dagang dengan Belanda, mereka akan menambah kemakmuran
rakyat, terutama dalam hal perdagangan kopra.(Sumber : Sejarah Daerah NTT, l978, hal.68-69
Pada
tahun l838 Belanda
mengajukan permohonannya untuk menderikan lojinya (perwakilan dagang) di Ba’A.
Dari l8 kerajaan di Rote waktu itu, terdapat l7
kerajaan yang menyetujui dengan alasan, bahwa dengan adanya hubungan
dagang dengan Belanda, mereka akan menambah kemakmuran rakyat, terutama dalam
hal perdagangan kopra.
Sedang kerajaan Dengka oleh wakilnya Mone Eli dan Mbau
Eli menyatakan tidak setuju. Utusan Dengka berpidato sekuat tenaga dalam gedung
pertemuan itu menjelaskan duduknya perkara untuk mendapatkan sokongan suara
dari wakil-wakil kerajaan lain.
Sayang, meskipun pahlawan Dengka sudah panjang lebar menjelaskan kebusukan Belanda itu,
tidak ada seorang wakil dari kerajaan lain yang menyokongnya.
Sebagai
seorang pahlawan tentu saja hatinya remuk memikirkan nasib Rote pada hari
kemudian kalau Belanda jadi mendirikan lojinya di Ba’A.
Tetapi bagaimana juga tidak seorangpun yang mau menyokongnya.
·
Mendengar
ini tentu saja Belanda bertepuk tangan. Persatuan yang sudah kokoh kini pecah.
Meskipun ada beberapa orang yang menasehatkan
kepadanya supaya dia turut menyetujui permohonan Belanda, supaya perang tidak usah
terjadi. Terjadilah perpecahan antara mereka.
·
Tujuh
belas kerajaan di satu pihak dan kerajaan Dengka sendiri di pihak yang lain.
·
Wakil Dengka
tidak gentar menghadapi lawan yang sangat banyak.
·
Pada
bulan Januari
l839 perang meletus. Dengka dikepung.
Segala
kerajaan mengirim laskarnya untuk mengepung Dengka.
Diantara laskar-laskar itu terdapat Saba Kolifai seorang panglima perang dari
kerajaan Ringgou.
Musuh begitu besar. Tetapi laskar Dengka tetap bertahan.
Mempertahankan kerajaannya karena mendapat serangan. Dan mendapat serangan
karena mempertahankan pendapat.
- Perang berlangsung
terus dan korban berjatuhan. Karena musuh begitu banyak akhirnya Dengka
kalah.
- Pahlawan-pahlawan
Dengka yang masih hidup dibagi-bagikan kepada 17 kerajaan musuhnya, di
jadikan tawanan.
- Tawanan ini
digiring kekerajaan-kerajaan yang menang, diantaranya ke kerajaan Ringgou.
Disana terdapat satu padang, tempat mereka ditempatkan, yang hingga saat ini padang tersebut
dinamakan “Dekamon” yang artinya “Padang
Dengka.” (Gyanto, l958, hal.85-86).
Bersama-sama dengan
terbentuknya kerajaan Thie ini maka dimana-mana diseluruh Pulau Rote terbentuk
kerajaan-kerajaan yang lain. Kerajaannya kecil-kecil dan jumlahnya banyak
sekali. Kemudian terjadi peperangan terus-menerus antara kerajaan yang satu
dengan kerajaan yang lain sehingga akhirnya kerajaan yang banyak itu berjumlah 19
(sembilan belas) kerajaan dan masing-masing kerajaan dikepalai oleh seorang
raja (mane atau manek) artinya ‘jantan’.Kerajaan-kerajaan
ini oleh orang-orang Rote disebut “Nusak”
sedangkan sebutan Raja, dinamakan “Mane / Manek”(jantan).
Dari
nama-nama di atas nampak betapa banyaknya kerajaan-kerajaan kecil yang ada dan
berkembang di wilayah Nusa Tenggara Timur pada waktu itu.
·
Kerajaan
kecil-kecil ini berdiri sendiri,
·
Pada
umumnya hampir tidak mempunyai hubungan dengan kerajaan-kerajaan yang lain,
·
Kecuali
beberapa kerajaan terdekat.
Diantara kerajaan-kerajaan ini sering terjadi,
·
perselisihan
ataupun,
·
pertempuran.
·
Pada
umumnya adalah karena persoalan wilayah perbatasan.
Memang timbulnya kerajaan-kerajaan kecil ini tidak terlepas dari politik
Belanda. Belanda justru memupuk subur
timbulnya kerajaan-kerajaan kecil ini demi kepentingan politik kolonialnya.
Aktifitas kerajaan-kerajaan kecil tersebut yang diketahui namanya misalnya:
- Raja Amfoang
adalah Moloh Manok dan Sanu Manoh ;
- Raja Kupang yakni
Manas Dian Sobe Sonbai II raja Sonbai (Kauniki);
- Di Sumba
Raja Taimanu yakni Ambir Gaba,
- Raja Kanbera
yakni Ambir Tana,
- Raja Kadambu,
Ambir Siwa,
- Raja
Mangili; Ambir Mangan,
- Di daerah
Lamaholot: ...
- Raja
Lohayong yakni Kadir.Suko dan Kaloke,
- Raja
Lamakera yakni Keneng Hala dan Libu,
- Raja
Larantuka : Don Gaspar,
- Raja Amahala
yakni Adie, Pehang,
- Raja Adonara
: Arkiang Kamba,
- Raja Terong:
Patieng Belo.
- Raja Ende yakni:
Baba Pande, Baba Kamapo, Baba Kalaro Dando, Pera Ringgo, Loc Lusu ,
- Raja Riung,
Sila Pua Petor,
- Raja Nita: Don
Salipi dan Silva,
- Raja
Kolanan: Mautuka,
- Raja
Puriamon: Malaekari,
- Raja
Bernusa: Kulieman,
- Raja Alor: Tulimao,
- Raja Pandai:
Benhoekoe,
- Raja
Belagar: Salama,
- Raja Kui :
Go Amahalat,
- Raja Batu
Lolong : Kamusi,
- Raja Tana
Ria yakni Kaka Dupa,
- Raja Ndona yakni
Baki Bani,
- Raja Mbuli:
Ren Wadki,
- Raja Lise:
Pius Rasi Wangge.
Raja-raja dan Kerajaan-kerajaan diatas praktis hampir hanya diketahui
namanya, sedangkan aktifitasnya agak sulit diketahui, kecuali beberapa hal yang
menyangkut hubungan dengan Belanda.
Setelah berkuasanya pemerintahan Belanda, di Nusa Tenggara Timur pada waktu
itu, organisasi pemerintahannya dikenal dengan sebutan : “Keresidenan Timor dan DaerahTakluknya (Residentie
Timoren Onderhoorigheden)” yang meliputi Pulau Timor,
Sumba, Flores, Sumbawa, Rote, Sabu, Alor Pantar, Solor, Lomlen, Adonara.
Daerah Keresidenan ini terdiri dari 3 (tiga) afdeling yakni ,
·
Afdeling Timor dan pulau-pulaunya,
·
Afdeling
Bima-Sumbawa dan
·
Afdeling
Flores.
Di bawah afdeling terdapat onderafdeling sebanyak 15 (lima belas) buah dan dibawah onderafdeling
inilah terdapat pemeritahan raja-raja yang disebut “Landshap.”
7.Keadaan
Kerajaan-Kerajaan
Di NTT
Pada Periode l900 - l942.
Kerajaan-kerajaan yang ada di
NTT pada masa sesudah tahun l900.
Pada umumnya telah berubah status menjadi swapraja.
Adapun swapraja-swapraja di Timor antara lain adalah:
A. Swapraja Kupang:
Swapraja
Kupang dibentuk tahun l917
yang terdiri dari bagian-bagian yang oleh Belanda dahulu diakui sebagai
raja-raja kecil, yang kemudian diturunkan statusnya menjadi fetor (wakil raja).
Swapraja Kupang terdiri dari enam kefetoran yakni: Semau, Sonbait Kecil,
Tabenu, Anabi, oEfeto, Babau.
B. Swapraja Amarasi:
Swapraja Amarasi terdiri dari tiga kefetoran yakni: Baun,
oEkabiti, dan Buraen.
C. Swapraja Fatuleu
:
Swapraja Fatuleu terdiri dari empat kefetoran
yakni: Manbait, Takaep, Tefnai, Kauniki. Kefetoran-kefetoran tersebut dibentuk
tahun l913.
Dahulunya merupakan kerajaan kecil-kecil yang berdiri sendiri. Raja swapraja Fatuleu
pada waktu itu Thaiboko. Pada tahun l931 kemudian dirangkap oleh raja Kupang berturut-turut Nikolas
Nisnoni, kemudian Alfons Nisnoni dan terakhir Hans Nisnoni (A.D.M.Parera,
l971, hal.169).
D.
Swapraja Amfoang:
Perintis
kerajaan Amfoang adalah Foan Leu, Benn Leu,.
·
Pada
tahun l909 Amfoang-Sorbian
dan Amfoang-Timau dipersatukan kembali. Raja Baki Mano dan Amfoang Timau dan Willem
Tafin Talnoi dari Amfoang Naikliu menandatangani “korte verklaring” dengan Belanda.
·
Pada
tahun l9l0 Baki
Mano meninggal dan tahun l912,
W.J.Talnoni dijadikan raja seluruh Amfoang.
·
Tahun
l925 ia digantikan Mutis
Oilnait dan tahun l930
rajanya adalah Willem Oil A.Manit.
Amfoang memiliki enam kefetoran yakni :
Masu, Lelogama, Leloboko, Biofa, Hanuk, dan Naikliu.
E. Swapraja Molo :
- Swapraja
Molo terdiri dari kefetoran: Mutis,
Numbena, Metpala, Bejeli I dan Bejeli II.
- Swapraja Molo berdiri tahun l915 dibawah Raja W.F.H.O’Ematan.
F. Swapraja Amanuban
Swapraja ini diakui Belanda tahun l907 yang terdiri dari
kefetoran NoEbunu, NoEliu, dan NoEbefa. Swapraja ini dibawah kekuasaan keluarga
Nope.
G. Swapraja Amanatun.
Swapraja
Amanatun terdiri dari empat kefetoran yakni NoEbeno, NoEbana, NoEmanumati, NoEbokong. Di bawah kekuasaan keluarga Banunaek
H.
Swapraja Miomafo
Swapraja
ini terdiri dari delapan kefetoran yakni: Nailtoko, Ablal, Naiktimun, Bekami,
Tunbaba, Nilulat, Mananas, dan NoEmuti, dahulunya termasuk wilayah Portugis, pada tahun l906 baru dimasukkan
swapraja Miomafo.
I
Swapraja Bioboki :Swapraja Bioboki terdiri dari kefetoran Ustelu,
oElasi, Bukefan,Taitoh, Harneno.
J.Swapraja Insana
Swapraja
Insana terdiri dari kefetoran oElolok, Ainan, Subun, Maubesi, dan Tafinesu. Di
daerah Tetun/Belu. Belanda mengakui 20 (dua puluh) swapraja yakni: Wehali, Wewiku, Fatuaruin,
Hatimuk, Nenometan, Lakekun, Dirma, Mandan, Insana, Biboki, Herneno, Maukalar,
Fialaran, Yenitu, Silawan, Naitimu, Lidok, Lamaknen, Malui, Lamaksenulu.
Namun kemudian mengalami beberapa
perubahan.
Pada
tahun l9l0 Nonometan
dimasukkan swapraja Amanatun, tahun l913 Lidah dan Yenitu disatukan dalam swapraja Yenitu dibawah
raja Josep da Costa.
Pada
tahun l9l5 Insana dan
Biboki dipersatukan dari wilayah Belu, masuk wilayah Timor Tengah Utara, sedang
Herneno dijadikan distrik di bawah swapraja Biboki. Tahun l9l6 dibentuk swapraja Malaka
yang terdiri dari distrik Wewiku, Fatuarun, Haitimuk, Lakekun, Dirma, Mandeu,
swapraja Tasifeto terdiri dari distrik Fialaran,
Lamaknen, Mahir, Lamasenulu, Silawan, Lidah tahun l9l6 di Belu dan 20 (dua
puluh) swapraja berubah hanya menjadi 2 (dua) swapraja.
Bahkan
pada tahun l924 dua swapraja tersebut disatukan menjadi swapraja Belu yang
diperintah oleh Maronak van Seran Nahak dengan membawahi 37 (tiga puluh tujuh)
distrik.
K. Di Rote
8.Nama-nama Kerajaan Dan RAJA-Raja Terakhir
Sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia 1945
Di Pulau Rote-Ndao
Kerajaan-kerajaan
atau Nusak di Rote sebelum sistem swapraja dihapus (l958), dapat disebutkan disini, demikian
pula nama raja-raja
terakhir dari masing-masing kerajaan di Pulau Rote, serta ibu kota
kerajaannya adalah :
KERAJAAN NAMA RAJA IBU KOTA
- Tala’E M.Saudale, Seda
- Keka Th.Malelak, Sotihu
- Bokai M..Dope, Nusakdale
- Lelenuk J.S.Daik, KakaEk
- Diu S.Ch.Manafe, O’ebau
- Bilba / Beluba: M.Lenggu, O’eboka
- O’epao
J.Sjioen,
Batu’idu
- Ringgou N.Daud, E’ahun
- Landu
J.M.W.Johanis
Daeurendale
- Korbafo Ch.P.Manubulu Sua/Ulafulihaa
- Termanu E.J.I. Amalo, Feopopi
- Ba’a I.D.Pandie,
Menggelama
- Lelain S.J.Besie,
O’esamboka
- Thie
J.A.Messakh, O’ebafok
- Dengka
Ch.H. Tungga, O’elaba
- O’enale H.H.Lenggu, Boamon
- Dela A.Ndoen,
Nemberala
- Loleh S.P.J. Dillak, Danolain
- Ndao F.Baoen, Lendeiki
Kemudian
kerajaan-kerajaan kecil ini digabungkan dalam delapan swapraja saja, bahkan
pada tahun l928
dijadikan satu swapraja saja yakni swapraja “ Rote” yang diperintah oleh Raja YoEL Simon Kedoh, dengan gelar “Raja Rote”,
yang berasal dari Kerajaan Ringgou, berkedudukan di Ba’a ibu kota pulau Rote.
L.Di Sabu
Di pulau Sabu terdapat kerajaan Seba, Mesara, Timu, LiaE dan Raijua. Pada
tahun l9l8 kerajaan
kecil ini disatukan dalam satu swapraja Sabu diperintah oleh raja S.Th.Djawa.
M.
Di Sumba
Di Sumba terdapat swapraja-swapraja Kanatang, Lewa-Kanbera, Takundung,
Mololo, Rendi Mangili, Waijetu, Masukarera, Laura, Waijiwa, Kodi Lauli,
Memboro, Umbu Ratunggay, Anakalang, Wanokaka, Lambaja.
N. Di Flores.
Di Flores terdapat swapraja Ende, Lio, Larantuka, Adonara, Sikka, Ngada,
Riung, Nage Keo, Manggarai.
O.
Di Alor Pantar
Di Alor terdapat swapraja Alor, Barnusa, Pantar, Matahari Naik, Kolana,
Batulolong, Pureman.
Pada masa
ini kerajaan-kerajaan di Nusa Tenggara Timur telah kehilangan kedaulatannya,
sehingga nasibnya banyak ditentukan oleh Belanda. Perubahan-perubahan dilakukan
oleh Belanda, tanpa memperhitungkan kedaulatan raja-raja.
Penulis :
Srs.Simon Arnold Julian Jacob
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.