SEJARAH MASUKNYA PORTUGIS DAN BELANDA
KE NUSA TENGGARA TIMUR
1.Sejarah Masuknya Portugis
Ke Nusa Tenggara Timur
Masa jaya Portugal sejak masa pemerintahan Raja Manuel
I (l495 – l521), raja yang pernah dijuluki sebagai “Raja
Rempah-Rempah” oleh rekannya Raja Prancis. Hasil dari perdagangan rempah-rempah
telah ikut membiayai gedung Jeronimos yang tampaknya sangat anggun ini.
Menara Belem (dibangun antara l515-l521), bagi kapal-kapal yang berangkat ke luar negeri pada
waktu itu adalah gedung terakhir yang dilihat dari atas anjungan kapal dan sebaliknya bagi pelaut yang pulang merupakan gedung yang pertama dikenal melalui
teropong.
Namun banyak juga diantara mereka yang berangkat, tidak pernah pulang. Ada yang terpaksa
menetap di perasingan oleh faktor-faktor tertentu, misalnya karena,
·
meninggalkan sesuatu aib di kampung asalnya,
atau
·
karena
mau keluar dari keadaan yang sulit di
negerinya (sebagaimana makluk, tidak semua mereka berasal dari golongan fidalgo,
tingkat atas):
·
sedangkan ada pula memutuskan tidak kembali
karena sudah kerasan di tanah perantauan,
·
di samping itu banyak juga yang menemui ajalnya di luar
negeri karena kecelakaan kapal, karena penyakit, dan sebagainya.
Sebuah studi oleh V. Magalhaens Godinho,
menghitung bahwa diantara tahun l500 – l635 telah,
- berangkat 912 kapal ke wilayah Timur,
- namun hanya, 768 yang tiba di tempat tujuannya,
- sedangkan dari 550 kapal yang berangkat pulang hanya,
- 470 buah yang tiba
dengan selamat di Portugal (Sumber :
Antonio Pinto Da Franqa, Pengaruh Portugis Di Indonesia, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, 2000, hal.7).
Kapal-kapal Portugis berlayar sepanjang
pantai,
- Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, dan Flores di
mana mereka merubah haluan ke utara dan mencapai Banda pada pertengahan
tahun l512.
- Dari sana Antonio de Abreu langsung kembali ke Malaka
tanpa melanjutkan perjalanan ke Ternate, sebab kapalnya sedang dalam
keadaan parah sekali.
- Kapal Francisco Serrao karam, dan ia diselamatkan
oleh penduduk Hitu di Pulau Ambon.
- Dari sana ia dikirim ke Sultan Ternate, di mana ia
menjadi penasihat akrab Sultan dan
tangan kanannya dalam persoalan peperangan. Kelihatannya bahwa surat-surat
yang dikirim Francisco Serrao ke Malaka telah mendorong Magalhaens untuk membayangkan
hipotesa mencoba mencapai Maluku melalui rute Barat.
- Namun Serrao
meninggal di Ternate pada tahun l521, beberapa bulan sebelum tibanya armada Spanyol pimpinan
Magalhaes. Ia meninggalkan
seorang janda wanita Jawa dan dua anak laki-laki.
- Sesudah
tahun 1453,
pintu gerbang menuju Asia, yaitu kota Konstantinopel di pantai Bosporus,
diduduki oleh tentara Turki, maka mulailah bangsa Barat, yang tetap
memerlukan rempah-rempah, mencari jalan lain menuju Nusantara---Indonesia.
- Portugis
merupakan bangsa Barat tertua yang sampai di wilayah Nusa Tenggara Timur.
·
Rombongan
anak buah Magelhaens
yang menumpang kapal Victoria dalam perjalanan keliling dunia telah singgah di
di Timor pada tahun l522.
Walaupun Magelhaens sendiri terbunuh di salah satu Kepulauan Philipina tanggal 27
September l521,
namun rombongannya dengan kapal Victoria tetap melanjutkan perjalanan mereka
kearah selatan Pulau Timor untuk kembali ke Eropa.
·
Di antara
anggota rombongan tersebut terdapat tokoh terkenal Antonio Pigafetta.
·
Pigafetta
dan rombongan singgah di Batugede Timor dan melihat keadaan penduduk dan
masyarakat pada masa itu. Banyak keterangan berharga kemudian diperoleh setelah
Antonio Pigafetta membuat tulisan mengenai daerah-daerah yang pernah
dikunjungi.
·
Pada
tanggal 30 April l522 Antonio Pigafetta tiba di Pelabuhan Papela Rote
Timur, sebuah pulau terselatan
Indonesia wilayah di Nusa Tenggara Timur,
Di sana
ia menemui seorang nelayan dan dengan bahasa isyarat ia menanyakan nama pulau
ini.
·
Oleh
karena disangkanya pelaut asing itu menanyakan namanya, maka ia menyebut
namanya “Rote”.
·
Kemudian Pigafetta mencatat
nama Pulau itu, “Roti”, sesuai
lafal ejaan bahasa Barat dalam peta pelayarannya.
·
Nama Roti
itu kemudian tercatatat dalam peta dunia maupun peta wilayah Hindia Belanda
dengan nama Pulau Roti.
Setelah
tahun l980-an baru
tertulis dalam Peta “Pulau Rote”.
·
Namun
dalam berbagai buku masih tetap tercantum nama Pulau Roti.
·
Dari
Pantai Papela Rote Timur, kemudian Antonio Pigafetta melanjutkan pelayarannya
dan menyinggahi Pulau Ndao di bagian
barat Pulau Rote sambil menunggu angin dan arus, lalu dari situ menunju Tanjung Harapan di Afrika Selatan balik
ke Eropa,
(lihat peta perjalanan Antonio Pigafetta dari Rote menuju Tanjung Harapan di
Afrika Selatan ke Eropa pada tahun l522).
Selain
itu Columbus,
Bertholomeus
Diaz, Vasco de Gama, Barents, Houtman, Van Heemskerck, yang oleh
perjalanan-perjalanan mereka mempunyai arti
penting dalam sejarah dunia dan sejarah Indonesia.
Sesudah
mengalahkan Malaka dalam tahun l511,
orang-orang Portugis mendatangi pulau-pulau
Nusa Tenggara Timur berusaha melakukan perdaganan kayu cendana dan memusatkan perdagangannya di pulau Solor dan
ke Maluku untuk usaha perdagangan rempah-rempah.
Pengetahuan
jalan ke pusat penghasil rempah-rempah dan cendana diperoleh Portugis dari
pedagang-pedagang Cina dan Indonesia yang berhasil ditangkap atau pun dipikat
di pusat perdagangan Malaka.
Portugis
dan Malaka secara periodik mengirim ekspedisi-ekspedisi untuk melakukan
perdagangan dengan Solor (Flores) dan Timor.
Mula-mula
tidak mempunyai kediaman tetap di wilayah Nusa Tenggara Timur.
·
Namun
dalam perkembangan kemudian ekspedisi-ekspedisi tersebut disertai pula dengan padri-padri
orde Dominikus untuk melakukan misi agama Katolik l561 di Solor.
·
Guna
melindungi diri dari serangan penduduk yang beragama Islam dan bajak laut,
mereka mendirikan di pulau Solor itu sebuah benteng dalam tahun 1566 di Lahayong yang dipelopori oleh P.Antonio da Cruz.
·
Benteng tersebut
dilengkapi dengan meriam dan dua puluh orang prajurit dengan seorang panglima.
·
Tahun l581 terjadi lagi usaha
mengusir Portugis dan misionaris oleh kekuatan Islam di Lanahala Flores.
·
Pastor
Simao dan Mantanhas memimpin perlawanan.
·
Pada
tahun l590 kekuatan
Islam berhasil membunuh seorang misionaris bernama F. Calassa.
·
Pihak Portugis
di Solor di bawah Antonio Viegos memimpin pasukan ke Flores dan membakar
kampung-kampung dan membunuh penduduk kampung untuk membalas dendam.
·
Pengganti
penglima benteng Solor Antonio Andria menangkap dan menghukum orang-orang yang
dicurigai dan melawan.
·
Di
antaranya P.Diogo
dan de
Gomales. Kedua tokoh ini berusaha mengusir dan membunuh orang-orang Portugis.
·
Pada
waktu pesta di Lewanama tahun l590, rencana akan dijalankan.
Tetapi
rencana itu bocor sehingga gagal. Tetapi mereka
menyusun kekuatan menyerang benteng. Benteng diserang dan berhasil
membunuh sebagian besar orang-orang Portugis.
Usaha
pengusiran bukan saja terjadi di Solor tetapi juga di Ende.
·
Portugis
telah mengirim orang-orang ke Ende dan membangun benteng di sana di bawah Simao Pacheo.
Benteng ini diduga didirikan kurang-lebih tahun l595 (Sumber
:Sejarah Gereja Katolik Indonesia, l,
l974, hal.371-375).
·
Kekuatan Islam
berusaha mengusir Portugis baik dari Solor mapupun Ende dan membunuh
penghuni-penghuni benteng.
·
Pada
tahun l594 dan l595 benteng Ende
diserang dan banyak penghuni orang Portugis terbunuh, ditawan dan dijadikan
budak.
·
Pada
tahun l599 Portugis
mengirim sembilan puluh kapal ke Solor. Portugis membakar kampung Lamakora
untuk membalas dendam.
·
Seorang Raja
di Muri, Flores bernama Ama Kera berusaha menguatkan kedudukan dari ancaman Portugis.
Oleh
karena itu mereka mengangkat D.Joao Juang sebagai panglima armada dalam rangka penyerangan benteng Solor
dan Ende yang direncanakan tempat-tempat lain yang dikuasai Portugis menyusul
dengan tiga puluh tujuh buah kapal dan tiga ribu pasukan Makasar menyerang Solor.
Tetapi
usaha ini tidak berhasil. Dari Solor dilakukan penyerangan ke pantai selatan Sikka,
dan Ende.
Ternyata
penyerangan ini juga kurang membawa hasil. Dengan demikianlah selamatlah
kedudukan Portugis.
Namun
ancaman dagangnya tidak semata-mata dari Makassar dan raja-raja di Flores yang
menyadari bahayanya campur tangan Portugis, tetapi juga ada ancaman dari Belanda.
·
Pada
tahun l613 di bawah
Apolonius
Scotte tiga buah kapal Belanda menyerang Solor.
·
Tanggal 21
April l613 benteng Solor
jatuh.
·
Portugis
terusir dari Solor lari ke Malaka dan Timor.
·
Pada
tahun l640 yang
mendapat ijin raja Kupang mendirikan bangunan dan benteng. Portugis berusaha pula
menanamkan kekuasaan di pedalaman Timor.
·
Pada
tahun l640 Raja Kraeng Talo
dari Makassar mengirim ekspedisi untuk mengusir Portugis. Beberapa kota pantai
yang merupakan pusat kedudukan Portugis dibakar dan penghuninya ditangkap.
·
Pusat
Portugal di Solor di bawah “Captain Mayor” Fransisco Fernandes diperintahkan ke Timor
dengan sembilan puluh anak buah dan tiga paderi dominikan pada bulan Mei l642.
Kekuatan Portugis
berhasil membujuk Raja Batimau di pedalaman Amfoang, Servio di pantai Amfoang, dan Sonbai.
Dengan
demikian mereka bisa menghimpun kekuatan untuk menghancurkann kekuasaan Wewiku
Wehali di Belu.
·
Pada
tahun l656 Belanda
mengirim Arnold
de Vlamingo ke Timor dengan pasukan untuk menghadapi Portugis.
·
Ekspedisi ke Amarasi sebagai langkah mengusir Portugis
dilaksanakan. Raja di Timor tidak berdaya menghadapi kekuatan baru.
Baik Belanda
maupun Portugis memakai taktik yang licin sehingga raja-raja berpihak
kepadanya. Pada waktu itu ada dua tokoh terkenal Portugis Hitam (Tae passes)
yakni tokoh,
·
Antonio de Ornay dan
·
Matheos da Cocta.
Antonio de Ornay bersama Fransisco adalah anak Meri Joao d’Ornay
seorang panglima Belanda yang menyeberang ke pihak Portugis.
Ia
menjadi Katolik dan kawin dengan gadis Timor.
Sepeninggal
ayahnya, ibunya kawin dengan peranakan
dari Macao.Kedua anak yang dibesarkan di Larantuka tersebut tumbuh
menjadi pimpinan pasukan orang-orang Larantuka yang terkenal dalam melawan Belanda.
Belanda mendapat banyak kekalahan akibat perlawanan Portugis Hitam di bawah
pimpinan Antonio
de Ornay dan Mathius da Costa.
Di
Amarasi (di Timor) Belanda kehilangan seratus
tujuh puluh prajurit kulit putih. Sehingga Belanda terpaksa kembali ke Solor
dan akhirnya meninggalkan benteng Solor yang rusak.
F.V.Fig Neirido seorang pedagang kayu Portugis berhasil
menambah kekokohan kedudukan Portugis. Ia bersekutu dengan Antonio dan
Ornay untuk
memperoleh keuntungan besar di Timor dengan mengusulkan kepada raja muda Antonio Melo de
Castro di Goa supaya Antonio de Ornay menjadi Kaptitan Mayor.
Dan
usulan tersebut diterima oleh raja muda Portugis di Goa.
Namun
akibatnya timbul rasa ketidak-puasan dari Matheus da Costa dan menimbulkan
perlawanan.
·
Tahun l667 F.V. de Figneirido
meninggal dunia di Larantuka. Raja muda Goa mengangkat Firnao Martius de Ponte sebagai Kapitan
Jenderal di Timor. Namun karena bertindak kejam sehingga menimbulkan perlawanan
yang sengit ia terpaksa melarikan diri ke Goa.
·
Terpaksa
diangkat penggantinya Jose de Melo Castro, namun praktis yang menjalankan tugas-tugas Kapitan
Mayor di Timor adalah Matheus da Costa yang dapat menguasai Timor.
·
Pada
tahun l673
sepeninggal Matheus
da Costa, Antonio de Ornay diangkat sebagai penguasa Timor dan Flores oleh raja
muda Goa sampai ia meninggal tahun l693.
·
Sebagai
gantinya pada tahun l695
diangkat P.Antonio
de Madre de Deus.(Ibid,hal.403-405).
2.Masuknya Belanda
Ke Nusa Tenggara Timur
Di
samping Portugis, Nusa Tenggara Timur juga mengadakan hubungan dengan Belanda. Belanda
berusaha menyaingi Portugis di pusat rempah-rempah dan kayu cendana. Melaui perkawinan
antara serdadu dan pedagang Portugis dengan penduduk asli, timbullah di sana
suatu golongan Indo-Portugis yang beragama Kristen, yang kemudian dalam sejarah
dikenal dengan nama “Topasses” atau “Portugis Hitam.”
Belanda
tiba di pelabuhan Kupang dalam tahun l613 di
bawah komando Appolonius
Scot. Tiga bulan sebelumnya mereka telah menyerang benteng Portugis di Solor;
sekitar 1000
orang Portegis Hitam mengungsi ke Larantuka dan kota ini dijadikan pusat
terkuat dari orang-orang Portugis Hitam yang beragama Kristen.
Usaha Belanda
menduduki Larantuka tidak berhasil. Benteng Solor yang sementara itu telah
jatuh ke tangan Belanda diperkuat oleh Belanda dan diberi nama “Fort Henricus.”
·
Sesudah
beberapa kali diserang, yaitu dalam tahun l625 dan l629, Fort Hendricus jatuh pula ketangan Portugis,
tetapi akhirnya dalam, dahun l653
menyerah seluruhnya kepada Belanda dan terpaksa, Portugis meninggalkan pulau
tersebut dan lari ke benteng di Kupang yang pada antara l640-l645 didirikan oleh beberapa pedagang
dan Pastor Portugis.
·
Maka pada
tahun l653 di Kupang
dibangun benteng Concordia oleh capitan Johan Burger dan pada tahun l657, pusat Belanda
pindah ke Kupang. Saat ini benteng tersebut dijadikan Pos Penjagaan oleh TNI Angkatan Darat RI.
·
Setibanya
Belanda dalam tahun l613
di Kupang, oleh Apollonius Scot telah diadakan persetujuan dengan Raja Kupang
(Helong), agar kepada Belanda diberikan sebidang tanah yang sempit sekeliling teluk
Kupang.
·
Belanda tidak
menetap di Kupang, tetapi kembali ke Solor dan kemudian ke Batavia (Jakarta)
Sesudah bertempur beberapa tahun untuk mengalahkan Portugis di Kupang, maka
pada tahun l656
oleh VOC dikirimkanlah suatu pasukan yang kuat guna menghancurkan kekuatan Portugis
di Kupang.
·
Fort Portugis di Kupang diduduki oleh Belanda, diperbesar
dan diperkuatkan menjadi Fort Concordia, yang sejak itu, yaitu tahun l657 menjadi pusat
perdagangan VOC Belanda di Kepulauan Nusa Tenggara Timur.
Pada abad
18 dan 19 Belanda mulai
melaksanakan pengaruhnya dengan intensip di mana pemeritah Belanda bertindak
sebagai penguasa tertinggi.
Pengaruh
Belanda mulai masuk melalui sistem,
·
pemerintahan,
·
penyebaran
agama Kristen, dan
·
pendidikan
dan
·
unsur-unsur
kebudayaan Barat ainnya.
Pada masa
Belanda, masuk pula kesenian Barat yang memperkaya kesenian tradisional.
Dengan
berpusat di Kupang, Belanda semakin mencampuri urusan raja-raja di Timor.
Wilayah
Belanda semakin meluas dan wilayah raja-raja semakin sempit.
·
Belanda
memakai taktik memecah-belah raja-raja.
·
Raja-raja
kecil yang lemah segera dirangkul menjadi sekutunya dan diberi tanda
penghargaan dan hadiah.
·
Walaupun
secara tidak sadar akhirnya raja-raja terpaksa mengakui Belanda sebagai yang
dipertuan dengan menandatangani korte
verklaring.(Sumber:Sejarah Daerah Nusa Tenggara Timur, Dep.Dikbut,
Jakarta, l989, hal.64-70).
Guna
mendalami hubungan Portugis, Belanda, Bugis Makassar dengan Nusa Tenggara
Timur, pembaca dapat membaca lebih lanjut kepustakaaan dari penulis-penulis
sebagai berikut :
1.
JI. Gordon, l972, hal.5;
2.
Abd.Razak Pataury 1961 hal.123;
3.
H.G.Schulte Nordholodt l971, hal.164;
4.
Sejarah Gereja Katolik Indonesia l975, hal.392,
393,
5.
Monografi Nusa Tenggara Timur 1, l975, hal.42-53.
6.
Ch.Kana, l969, hal.49-51.
7.
I.H.Doko, Perjuangan Kemerdekaan Indonesia di Nusa
Tenggara Timur, l973.
3.Pengaruh Kedatangan Orang Barat Terhadap
Susunan Pemerintahan Asli Di Nusa Tenggara
Timur
Orang-orang
Barat mula pertama datang kemari sebagai pedagang, yang untuk kepentingan itu
mendekati atau berkenalan dengan pemuka-pemuka masyarakat.
Seperti
diketahui, pemuka masyarakat di Timor terdiri dari,
·
Liurai,
Loro, Nai, Fukun di Wehale (bahasa Tetun), sedang
·
di O’Enam/Sonbai yang berbahasa Dawan (Timor)
terdiri dari Usif Ataupas (Liurai), Am Uf (Uispah) Amaf dan Lopo. Di Pulau Roe
dengan Manek-manek (raja-raja).
Untuk kepentingan perdagangannya orang-orang Barat, khususnya orang-orang
Belanda itu,
- Mengadakan
perjanjian-perjanjian dengan penguasa-penguasa masyarakat tersebut.
- Dalam
perkembangan selanjutnya perjanjian-perjanjian itu akhirnya menjadi suatu hal yang mengikat bagi pemerintah asli dan
penguasa-penguasa masyarakat itu.
- Juga memberi
kesempatan kepada orang Belanda untuk menanamkan pengaruhnya terutama
dalam soal urusan pemerintahan, sehingga berubahlah sistem pemerintahan
asli secara berangsur-angsur.
- Apabila pada
suatu tempat kedatangannya disambut dengan suasana damai, maka segera
diadakan perjanjian, di mana bangsa Belanda itu mengakui Kepala Suku atau
Kepala Persekutuan Suku sebagai Raja yang berkuasa absolut.
- Dan jika
kedatangannya itu menemui perlawanan, maka orang-orang yang membantunya
diangkat dan diakui pula sebagai raja dan diberi kuasa atas wilayah yang
ditaklukannya.
Dimasa itulah gelar “Raja” dilimpahkan kepada para Pemuka atau pemerintah
adat, tidak perduli tingkat kedudukannya di dalam masyarakat pribumi.
Belanda seenaknya saja memberikan gelar “Raja”, ‘Liurai’, ‘Raja Besar’ atau
Keizer, asal saja pemuka itu dapat berjasa untuk kepentingannya.
Dengan makin mendalamnya pisau devide
et impera, Belanda memasuki tubuh pemerintahan asli, maka keadaan makin
kocar-kacir di mana-mana. Tidak heran bila pada tanggal 6 Juni l755 Paravicini,
seorang Komisaris Tinggi “Express
Commisaris” VOC Belanda berhasil mengadakan perjanjian baru atau
memperbaharui perjanjian kontrak dagang
dengan l5 Raja-raja dari Timor, Solor, dan Sumba, Rote, yang sangat menguntungkan Belanda, karena
memuat,
- bukan saja
pasal persetujuan dagang yang memberi hak monopoli kepada Belanda,
- tetapi juga
terselip ke dalamnya suatu pasal politik, dimana raja-raja tersebut mengakui kedaulatan Raja Belanda atas
wilayah pemerintahannya.
Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang diperoleh disertai dengan
penyelidikan yang mantap, maka dalam abat ke XIX Belanda mulai menjalankan
politik kolonialnya di Timor dengan mendasarkannya pada prisip-prinsip berikut
:
1.
Pemerintahan
harus dijalankan atas dasar adat,
karena tidak menguntungkan Belanda, bila dasar pemerintahan diganti dengan cara
Eropa; tetapi tentu saja ‘ada,’ itu harus disesuaikan dengan tujuan politik
yang menguntungkan Belanda.
2. Belanda tidak perlu mengadakan ‘kontrak’
dengan raja-raja di Timor, seperti halnya dengan raja-raja besar di sebelah
Barat yang bergelar ‘Vorsten’ atau Sultan. Raja-raja di Timor hanya merupakan pemuka-pemuka utama
masyarakat dalam kerajaan (landchhappen) yang kecil-kecil.
Namun
prinsip memberikan hak ‘Zalfbestuur’ (memerintah diri
sendiri/otonomi) tetap berlangsung.
Di
sinilah pangkal permulaan dari politik Zelfbertuur
dari pemerintah Hindia Belanda, yang beraneka ragam dengan tingkat-tingkatan
yang berbeda-beda pula, misalnya:
·
Lange Verklaring (kontrak panjang),
·
Korte Verklaring (kontrak pendek), Timor Verklaring, Model Ternate dan sebagainya.
Ketika Gubernur Jenderal Van Heutz pada permulaan abat ke XX berusaha memperkokohkan
kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda, maka kepada pamongpraja-pamongpraja
Belanda dan raja-raja di Timor diberi perintah agar :
- Pemerintahan
harus dikembalikan pada dasar adat,
- Raja adalah
pengusa tunggal dalam wilayahnya.
Apa yang ditetapkan pada (1) dengan sendirinya sangat bertentangan dengan
apa yang disebut pada (2), karena dasar adat di Timor tidak membenarkan
kekuasaan Raja orang-seorang, apalagi yang bersifat mutlak.
Namun politik kolonial pemerintah Belanda,
·
tidak
hanya memerlukan adat sebagai penambah kekuatan, tetapi juga
·
memerlukan
kekuasaan seseorang guna memudahkan dan
·
melancarkan
pelaksanaan politik kolonial tersebut.
Oleh karena itu, maka kepada
setiap pamongpraja Belanda ditugaskan berusaha sedemikian rupa untuk
menyesuaikan atau bila perlu membelokkan adat yang asli, agar dapat mengakui,
bahwa sesungguhnya raja itu adalah satu-satunya orang yang berkuasa absolut
dalam wilayahnya.
Dengan
demikian, maka kepala-kepala suku yang bergelar ‘fetor’ dan ‘temukung’ didesak
sama sekali dari hak kedudukannya yang semula. Mereka kemudian juga hanya bawahan ataupun menjadi suruhan atau
pegawai-pegawai raja tanpa sesuatu jamin hidup.
Tanah
milik suku (Hak Tanah Ulayat) tidak lagi
diakui oleh Undang-undang Pemerintah Kolonial.
·
Semua
tanah adalah ‘Lands
domein’, milik Zelfbestuur”, di bawah penguasa raja sendiri.
·
Dalam
pengalaman tahun demi tahun ternyata, bahwa institut “Zelfbetuur” sangat
menguntungkan Belanda.
·
Oleh
karena itu makin banyak hak dan kekuasaan yang diberikan kepada Zelfbertuur
itu, makin bertambah pula kekuasaan yang luas, yang memudahkan pemerintah
Belanda untuk membendung dan menindas setiap pergerakan rakyat yang ingin
mmembebaskan diri dari belenggu penjajahan.
Pada tahun l938 datang pula Belanda dengan “Zelfbestuur regeling l938” Staatsblad No.529 yang lebih maju dan
modern.
·
“Zelfbetuur–regeling” ini yang adalah seragam bagi semua Zelfbestuur, diseluruh Hindia Belanda,
·
menambah
hak dan kekuasaan Zelfbestuur,
yang berati menambah kekuasaan raja-raja
tetapi menghilangkan kekuasaan kepala-kepala suku ataupun,
·
memusnakan hak-hak kerakyatan yang diwakili
oleh tua-tua dan pejabat-pejabat adat.
Segala
kekuasaan dalam Zalfbestuur, maupun eksekutif, legislatif dan yudikatif
berada di dalam tangan raja seorang diri, entah dia seorang buta-huruf atau
berpendidikan, entah pun ia seorang yang berbudi ataupun yang lalim.. Melalui
kekuasaan raja yang absolut itulah Pemerintah Hindia Belanda menjalankan
politik ‘devide
et impera’nya untuk,
·
mendominir
bangsa kita di bidang politik,
·
mengeksplotir
kita di bidang ekonomi,
·
menghilangkan
harga diri dan
·
mengadakan
infiltrasi di bidang sosial-kebudayaan.
“Zelfbestuur- regeling l938”
yang telah menjadi dasar yang kuat-kokoh untuk susunan pemerintahan asing itu
dan menjadikan raja-raja kita hanya sebagai pelayan utama belaka dalam
pertuannannya terhadap Pemerintah asing (Belanda ) itu dengan menhancurkan
seluruh sendi-sendi pemerintahan asli kita, di mana Kepala Suku/Pemuka
masyarakat menjadi pelindung rakyatnya
dalam masa suka dan duka, berlaku terus hingga saat terhapusnya semua Swapraja
di Nusa Tenggara Timur secara “Geruisloos” dalam
tahun l962.
Adalah merupakan suatu keuntungan bagi perjuangan Nasional, bahwa raja-raja
di Timor, Flores, Sumba, Alor dan Rote dan Sabu, banyak mempunyai jiwa Nasional,
yang dalam sepanjang sejarah tidak berhenti-henti mengangkat senjata melawan
penjajah.
Demikian pula dalam perjuangan politik mencapai kemerdekaan yang sejak dari
muka perang dipelopori oleh,
·
TIMORSCH VERBOND dan kemudian
·
PERSERIKATAN
KEBANGSAAN TIMOR yang menjelma
menjadi
·
PARTAI DEMOKRASI INDONESIA (PDI) Timor.
Sesudah masa pendudukan Jepang, raja-raja di Timor turut aktif membantu dan
olehnya mempunyai saham yang sangat besar, dalam perjuangan Nasional kita. Jika
dalam perjuangan perlawanan bersenjata nama,
- Keizer SONBAI tetap akan tercatat sebagai pahlawan daerah yang
gagah perkasa.
- Dalam
perjuangan politik mencapai Indonesia merdeka hasil Proklamasi l945, nama, Raja
Amarasi, H.A.Koroh
Pengurus aktif dari Timorsch Verbond (anggota PPPKI) dan PDI Timor pasti
akan dikenang sepanjang masa sebagai pejuang dan pahlawan yang berwatak
“pantang mundur”, konsekwen, dan tak gentar menghadapi siasat dan
ranjau-ranjau politik Belanda. (Sumber
: I.H Doko, Perjuanagn Kemerdekaan Indonesia Di Nusa Tenggara Timur,
PN.Balai Pustaka, Jakarta, l973, hal.42-48).
4.Bentuk – Bentuk Pemerintahan Belanda
Di Nusa Tenggara Timur
Keresidenan Timor dan Daerah
Takluknya.
Wilayah Nusa Tenggara Timur pada
waktu itu merupakan wilayah hukum dari “Keresidenan Timor dan Daerah Takluknya”(Residentie
Timor en Onderhoorigheden
) yang dipimpin oleh seorang Residen.
Keresidenan
Timor dan Daerah Bagian Barat (Timor Indonesia pada waktu itu), adalah :
·
Timor,
·
Flores,
·
Sumba,
·
Sumbawa,
serta, pulau-pulau kecil lainnya,
·
Rote,
·
Sabu,
·
Alor,
·
Pantar,
·
Lomlen,
·
Adonara,
·
Solor.
Keresidenan
Timor dan Daerah Takluknya berpusat di Kupang, yang memiliki wilayah terdiri dari
·
3 (tiga)
Afdeling,
·
l5 (lima
belas) Onderafdeeling dan
·
48 (empat
puluh delapan) Swapraja.
Secara perinci adalah sebagai berikut :
A. Afdeling Timor dan
pulau-pulau mempunyai pusat di Kupang.
Terdiri dari enam
onderafdeeling:
1. Onderafdeeling Kupang, dengan ibu kotanya Kupang. Onderafdeeling Kupang terdiri dari
daerah-daerah gubernemen dan swapraja-swapraja
yakni : Daerah gebernemen Kupang, daerah swapraja Amarasi, Kupang, Fatuleu,
Amfoang.
2. Onderafdeeling Rote,
dengan ibu kota Ba’a. Daerah onderafdeeling Rote terdiri dari Swapraja
Rote dan Swapraja Sabu.
3. Onderafdeeling zuid Midden
Timor ( Timur Tengah Selatan) dengan ibu kotanya So’E. Onderafdeeling Timor Tengah Selatan terdiri dari tiga
swapraja yakni Molo, Amanuban, dan Amanatun.
4. Onderafdeeling Noord
Midden Timor (Timor Tengah Utara) dengan ibu
kota Kefamenanu, Onderafdeeling Timor
Tengah Utara terdiri dari swapraja Biboki, Insana, dan Miomafo.
Onderafdeeling Belu dengan ibu kota Atambua. Onderafdeeling Belu hanya
memiliki satu swapraja yakni Belu.
5. Onderafdeeling Alor, dengan ibu kota Kalabahi, Onderafdeeling Alor terdiri dari tujuh
swapraja yakni swapraja Barnusa, Pantar,
Matahari naik, Alor, Kui, Kolana, Batulolong, dan Pureman.
B. Afdeeling Flores
dengan ibu kotanya di Ende. Afdeeling
Flores terdiri dari lima onderafdeeling yakni :
l. Onderafdeeling Ende, ibukota Ende. Onderafdeeling Ende terdiri dari swapraja Ende dan swapraja Lio.
2. Onderafdeeling Flores Timur dan Kepulauan
Solor dengan ibukotanya Larantuka. Onderafdeeling ini terdiri dari swapraja
Larantuka dan Adonara.
3. Onderafdeeling Maumere dengan ibu kotanya Maumere.
Oderafdeeling ini meliputi swapraja Sika
dan daerah takluknya.
4. Onderafdeeling Ngada dengan ibu kota Bajawa.
Onderafdeeling Ngada terdiri dari
tiga swapraja yakni Ngada, Riung, dan Nage-Keo.
5. Onderafdeeling Manggarai dengan ibu kota Ruteng.
Onderafdeeling Manggarai terdiri dari
swapraja Manggarai.
C. Afdeeling Sumbawa dan Sumba dengan ibu kotanya Raba (Bima). Afdeeling
ini terdiri dari empat onderafdeeling
yakni:
1. Onderafdeeling Bima dengan ibu kota Raba
(Bima). Onderafdeeling Bima terdiri
dari swapraja Bima dan swapraja Dompu.
2. Onderafdeeling
Sumbawa dengan ibu kota Sumbawa Besar. Onderafdeeling ini terdiri dari swapraja Sumbawa.
3. Onderafdeeling
Sumba Timur dengan ibu kota Waingapu. Onderafdeeling Sumba Timur terdiri dari tujuh swapraja yakni:
swapraja Kanatang, Lewu Kambera,
Tabundung, Melolo, Rendi Mangili, Waijelu, dan Masu Karora.
4. Onderafdeeling
Sumba Barat dengan ibu kota Waikabubak. Onderafdeeling Sumba Barat
terdiri dari sembilan swapraja yakni: Swapraja Lauli, Laura, Waijewa,
Waimangura, Kodi, Memboro, Umbu Ratu Nggai, Anakalang, Wanokaka dan Lamboja.
Keresidenan
Timor dan Daerah Takluknya diperintah oleh seorang Residen.
·
Sedangkan
afdeeling dikepalai oleh seorang Asisten Residen.
·
Asisten Residen ini membawahi Kontroler/ Controleur
dan
·
Gezzaghebber sebagai pimpinan onderafdeeling.
Residen, asisten
residen, kontroler dan gezaghebber adalah
pamong praja Kolonial Belanda.
Para kepala onder afdeeling yakni
kontroler dibantu oleh pamong praja bumi putra berpangkat Bestuurs assistent
( Sumber :Ch.Kana, l969,hal.49-51).
Terdapat 3 (tiga) swapraja
dalam Keresidenan Timor dan Daerah Takluknya yaitu,
·
Sumbawa,
·
Bima,
dan
·
Dompu.
menjalankan pemerintahan berdasarkan
kontrak politik yang disebut “Lange Verklaring” yang diadakan masing-masing swapraja
dengan pemerintah Belanda.
Sedang 45 swapraja yang lainnya termasuk yang di
·
Flores,
·
Sumba, dan Timor,
·
menjalankan pemerintahan berdasarkan “Zelf bestuur Regelen”
yakni,
- Zelf bestuur Regelen tahun l909, l9l9,
l927. dan l938 nomor 529 jo Byklad l4099.
- Wilayah
hukum Keresidenan Timor dan daerah takluknya serta pembagian daerah
administratifnya seperti diatas ditentukan dalam “Indiche Staatsblad l9l6 no 331 dan tahun l9l6 nomor 372.
Kontrol kontrak yang telah diadakan oleh pihak Belanda dan raja-raja
setempat pada tahun l900 –
l927 di Nusa Tenggara Timur adalah :
1.
Pada
tahun l900 kontrol
“korte verklaring” antara usi Amapoha, raja Siboki Timor, La usi/ Pua
Notek raja Ende, Matahari raja Pureman Alor dengan Belanda melakukan kontrak
pertambangan.
2.
Sedang
pada tahun l90l, yang
menanda tangani “ korte verklaring”
antara Umbu Yanggatra, raja Kapunduk
(Umbu Lai Dundu) dengan pihak Belanda. Raja Kodi Besar Sumba, Ratu Loge Kendua
menanda tangani kontrak panjang.
- Pada tahun l90l juga Belanda
telah mengadakan kontrak penaikan pajak dengan 20 (dua puluh) raja daerah yakni: Liwu raja Lamakera, Kalake
raja Lohayong, Pating Belo raja Terong, Adi raja Lamahala, Petor Pua Mamok
bestuur Riung, Tulimao raja Alor, Kuhaman raja Barnusa, Go Amale I raja Kui, Mau Tuku raja Kolana, Malakari
raja Puriaman dari Alor. Lisi Manu Au Noni raja Amfoang Naikliu, Baki
Manuk raja AmfoangTimau, Usi Amapaha raja Biboki, Rasi Koroh raja Amarasi
di Timor juga menandatangani kontrak penaikan pajak.
4.
Perjanjian
yang sama dilakukan oleh raja-raja Umbu Lai Dundu dari Kapunduk, Umbu Tunibang
dari Napu, Umbu Lai Sumbu Bestuur-Taaimanuk, Umbu Hina Hamasoke dari Melolo,
Umbu Hina Marumata raja Rendah, Umbu Tangga Teol Attakawan dari Waiju, Umbu
Pombu Sarmani dari Memboro, Ratu Ama Bulu dari Laura, Ratu Sumba Dondong dari
Kedi, Melagar, Ratu Loge Kendua dari Kodi Besar dan Umbu Tunggu Namapazain dari
Takundung.
- Ternyata
dari tahun l900
sampai tahun l927
telah terjadi 73
buah kontrak “ korte verklaring” antara raja-raja
kecil di wilayah Nusa Tenggara Timur dengan pihak Belanda (Sumber :Mededeclingen, Seri A Nomor 3, l929, Hal.665-686).
5.Dewan Raja-raja Timor & Pemerintahan
Pada Awal Kemerdekaan RI
Pada awal bulan Mei l949
Menteri I.H.Doko
dari NIT (Negara Indonesia Timur), di Kupang Timor telah melantik,
·
Daerah
Timor dengan
·
Badan
Pemerintahannya.
Namun ada keonaran dan sikap reaksioner dari Pamongpraja Belanda dengan
alat-alat kekuasaannya yang dipimpin sendiri oleh Residen Timor. Kemudian
Pemerintah NIT mengutus I.H.Doko dan seorang staf Kemernterian Dalam
Negeri, Asisten-Residen Kiekerk,
(yang kemudian menjadi warga negara Indonesia) mengumpulkan data-data dan
bukti-bukti yang jelas dan nyata, bahwa Residen Timor dinyatakan sebagai
biangkeladi keonaran dan tindakan-tindakan reaksioner yang berlaku di
Keresidenan Timor dan Kepulauannya.
- Berdasarkan
hasil penyelidikan tersebut, maka Residen Schuler dari Timor di kembalikan
ke Nederland.
- Kemudian di ganti oleh Residen Verhoef,
dari Makasar.
- Kemudian Menteri
Penerangan NIT di Makssar ke Kupang dan pada tanggal 20 September l949 melalukan
penyerahan semua hak dan kekuasaan Asisten Residen dan sebagian hak
Residen Timor kepada Dewan Raja-raja Daerah Timor.
Pada saat penyerahan tersebut turut hadir semua,
- pembesar-pembesar
Sipil , Militer,
- Kepala-kepala Jabatan Daerah dan Negara,
- Raja-raja
seluruh Timor,
- Pemuka
masyarakat,
dimana seluruh tugas Asisten Residen, Kepala Afdeling bersama sebagian
besar tugas wewenang dari Residen Timor terhitung l Oktober l949 diserahkan kepada,
- Dewan Raja-Raja Daerah
Timor di bawah
pimpinan Kepala Daerah (H.A,Koroh) dan
- Anggota-anggota
Badan Pengurus Harian.
Dengan penyerahan itu yang didasarkan pada Beslit Menteri Dalam Negeri NIT
tertanggal 20 Agustus l949,
maka terhitung 1 Oktober l949 terhapuslah susunan
pemerintahan lama, dengan jabatan-jabatan yang bersangkut-paut, sebagai Residen,
Asisten Residen, Controleur HPB, susunan mana telah beberapa abad berlangsung
di kepulauan NTT ini.
Pada saat penyerahan pengalihan kekuasaan kepada Dewan Raja-Raja, Menteri Doko menyampaikan
kata-kata kepada Residen Timor sebagai berikut,
“ Paduka Tuan Residen Verhoef, pada hari ini berakhirlah sudah pekerjaan Paduka Tuan
di daerah Timor.
Dengan kepergian Paduka Tuan dari sini, maka ini adalah kepergian Residen yang
penghabisan dari rentetan residen-residen bangsa Belanda di pulau
Timor”. (Sumber : I.H.Doko)
6.Mengenal Tokoh
H.A.Koroh,
Raja Amarasi
Pemerintah Kolonial diganti dengan Pemerintahan Nasional, pemerintahan yang
dijalankan oleh putra-putri bangsa Indonesia sendiri yang dipimpin oleh H.A.Koroh,
Raja Amarasi, seorang tokok nasional NTT yang terkenal. Seorang Raja di masa
penjajahan senantiasa mengikuti suara hati dan jiwa nasionalnya senatiasa
berlaku dan bertindak sebagai pelindung
bagi kepentingan rakyat dan kerajaannya, sehingga harus mengalami beberapa
kesulitan dan rintangan dalam hidupnya sebagai Raja.
Baru setahun mengikuti pelajaran AMS Bag. B di Yogyakarta, beliau dipanggil
pulang oleh Residen Timor atas nama rakyat Kerajaan Amarasi untuk menjadi Raja
Amarasi (Timor) menggantikan kakaknya, A.Koroh
yang telah diturunkan sebagai raja Amarasi oleh pemerintah Kolonial.
Pada 1 September l926
ia diangkat sebagai ‘tijdelijk waarnemend’ raja kerajaan Amarasi.
Berhubung karena sikap dan jiwa nasionalnya, maka pada tanggal 7 Nopember l940 (yaitu sesudah 14 tahun ) ia diangkat
sebagai raja Amarasi. Namun sejak ia memulaikan tugasnya, ia telah menunjukkan
diri sebagai seorang pamongpraja yang ulung.
Hal ini terbukti dari :
- Kerajaan
Amarasi kacau-balau dan miskin melarat, lambat-laun menjadi taman teratur
dan kemudian menjadi gudang makanan bagi penduduk dan rakyat
kerajaan-kerajaan di sekitarnya.
- Pada tahun l932 beliau merubah
dan menghilangkan adat-adat kuno yang menghalang-halangi kemajuan dan kepentingan rakyat umumnya.
- Ia merubah
segala peraturan mas-kawin (belis)
yang begitu menekan rakyat kecil dan miskin.
- Ia membagi
kerajaannya dalam (1). daerah tanaman dan (2). daerah hewan yang sangat
menguntungkan para petani.
- Dalam tahun l939 ia mengadakan ‘landreform’
dan menghapuskan hak tanah perseorangan. Tanah yang dimiliki oleh para
bangsawan dijadikan tanah Pemerintah kerajaan dan dibagi-bagikan dengan
hak pakai setiap tahun kepada para petani, seluas menurut kemampuannya dan
tenaga masing-masing. Dengan demikian terhindarlah perbantahan antara
rakyat dengan rakyat mengenai tanah perladangan.
- Dalam tahun l932 dan l933 meskipun
dihalang-halangi oleh Pemerintah Hindia Belanda, dibukanya jalan raya dari
O’Esao ke Buraen dan Baun ke Buraen. Beliau sendiri menjadi opzichter,
perencana dan pengukur jalan-jalan itu.
- Rakyat dipaksakan
menyekolahkan anak-anaknya. Diadakannya semacam ‘sholplicht’ (wajib sekolah) dengan sanksi-sanksi tertentu.
- Ia
memperbaiki cara rakyat bertani dengan contoh yang dilakukannya sendiri.
- Ia
menstimulir penanaman kapas untuk penenunan rakyat dan penanaman lamtoro
untuk makanan ternak.
Akibat
semuanya itu :
v Kerajaan Amarasi menjadi kaya.
v Rakyat menjadi makmur,
v Rajanya sangat dicintai
Pemerintah Belanda terpaksa mengakui jasa-jasanya dengan
menganuggrahkan kepadanya ‘de kleine gouden ster’ (bintang emas kecil)
dalam tahun l939 dan
dalam tahun l940 ia
dinobatkan menjadi raja Amarasi dengan menandatangani surat kontrak (Korte Verklaring pada tanggal 7-11-l940).
Dimasa pendudukan Jepang beliau dengan penuh bijaksana telah memimpin kerajaan dan
rakyarnya sedemikian rupa, sehingga terhindar dari penumpasan, kekejaman, dan
penindasan tentara Jepang.
Sesudah Proklamasi Kemerdekaan RI, H.A.Koroh merupakan tokoh nasional
terpenting dan berpengaruh dari antara kurang lebih 20 orang raja di daerah Kepulauan Timor.
Sebagai Dewan Raja-raja daerah Timor
dengan kebijaksanaan yang luar biasa ia dapat mempersatukan semua raja-raja (115 raja)
dalam pendirian politik mereka, dengan mendukung penuh, serta berdiri tegak di
belakang Partai Demokrasi PDI (Timor).
Terutama dalam melawan propaganda NICA dan Partai “Lima Serangkai” pro Belanda
yakni :
- “Domocratisch
Bond Van Indonesia”,
- ”Persatuan
Timor Besar”,
- “Persatuan
Kebangsaan Maluku”,
- “Perkumpulan
Selatan Daya”,
- Indo
Europees Verbond”,
yang
dijalankan dengan cara-cara yang ‘haram’.
Dewan
Raja-raja Kepulauan Timor yang dipimpin H.A,Koroh
dan A.Nisnoni
mempunyai saham yang sangat besar dan berpengaruh yang tidak ternilai dilihat
dari sudut perjuangan nasional.
Dengan
meninjau ke belakang dan melihat pada sejarah daerah ini di masa penjajah, sungguh
banyak raja-raja kita yang turut menjadi motor dalam perjuangan nasional.
Mereka
berani bersiasat terhadap susunan-susunan jajahan. Istimewa di masa antara l945-l950, di mana
pergolakan dan perjuangan kita menghadapi titik-titik yang menentukan,
senantiasa kita lihat dan alami adanya rasa seia-sekata-sepaham antara raja-raja,
rakyat, dan pimpinan-pimpinan pergerakan kebangsaan, sehingga hasil perjuangan
pasti dan terjamin adanya.
Dalam
perjuangan kebangsaan selanjutnya di daerah ini sampai saat berpulangnya pada
tahun l951, H.A.Koroh
tetap mengambil dan memegang peranan yang penting.
Dalam kedudukannya sebagai Kepala Daerah Timor yang ke-I, ia meninggal
dunia pada 30 Maret l95l
dengan meninggalkan seorang janda dan 10 orang putra-putri, serta suatu sejarah
perjuangan yang perlu dicontoh oleh generasi-generasi yang akan datang, sebagai
seorang pimpinan, pekerja, pejuang
nasional yang konsekuen, yang memiliki watak dan kepribadian yang tinggi.
Untuk
menghormati jasa-jasanya, kerangka jasadnya telah disemayamkan di Dharma Loka
Pahlawan di Desa Pasir Panjang, Kupang, bersama-sama dengan kawan-kawan
seperjuangannya : Tom Pello. (Sumber :
I.H.Doko, l973 : 173-177)
Penulis
: Drs.Simon Arnold Julian Jacob
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.