Hubungan Dengan Zaman Jepang Dan
Sejarah Kelahiran Lagu “Ofa Langga”
Jepang masuk kewilayah Nusa Tenggara Timur
pada tahun l942.
Pasukan Jepang hampir
tidak mendapat perlawanan. Pegawai-pegawai sipil militer Belanda ditawan dan di
masukkan kamp tawanan. Sedang pihak Belanda tidak memberi perlawanan, bahkan
melarikan diri ke pedalaman. Tetapi seorang Hoofd van Plaatselijk Bestuur (Kepala
Pemerintahan setempat) dengan seorang Kontroleur Belanda melarikan diri ke
Amarasi yang justru ke tempat pendaratan pasukan Jepang.
Pejabat Belanda ini
akhirnya tidak di ketahui nasibnya.
Pada tanggal 20 Pebruari l942
Jepang akhirnya bisa memasuki kota Kupang yang telah kosong, dari jurusan Mantasi,
Bakunase, dan Penfui di bawah pimpinan Jenderal Hayakawa. Pasukan-pasukan
Jepang memperoleh kemenangan yang gemilang dan mendapat sambutan rakyat karena
janji-janjinya sebagai “Saudara Tua”.
Beberapa tahun sebelumnya Jepang telah menerjunkan pasukan-pasukannya
dan telah berhasil mengirimkan
perwira-perwira intelijen sebagai pedagang ataupun petani.
Sehingga Jepang
memperoleh informasi yang sangat berguna
dalam usaha penyerbuan mereka. Di Rote, Jepang mendarat pada bulan Mei l942 di
Ba’A, dan Papela.(Monografi NTT
l975, hal70)
Keadaan masyarakat pada
masa pendudukan Jepang selalu diliputi keresahan dan ketakutan yang di sebabkan
oleh tindakan pihak penguasa Jepang. Dimana pihak Jepang dengan mudah
menjatuhkan tuduhan dan penangkapan-penangkapan terhadap orang-orang yang di
curigai. Banyak rakyat terutama laki-laki dewasa yang di kerahkan sebagai
romusya untuk bekerja berat dengan siksaan-siksaan yang kejam dan tidak adanya
jaminan kesehatan dan makanan yang cukup. Sehingga banyak tenaga-tenaga romusyanya ini yang menemui
ajalnya karena tidak kuat menderita
siksaan, kelaparan dan penyakit. Sehingga banyak orang-orang tua yang
kehilangan anak laki-laki mereka yang dewasa, istri kehilangan suami mereka,
atau pun anak-anak yang kehilangan orang tua mereka akibat mati sebagai
romusya. Untuk memperkuat benteng
pertahanan Jepang di pulau Timor dengan pekerjaan membuat lubang-lubang
perlindungan, lubang-lubang meriam, membuka jalan-jalan baru, dan lain-lain
Jepang mendatangkan
laki-laki dewasa maupun remaja dari pulau Rote ke pulau Timor sebagai romusya. Pelabuhan Pantai Baru di Korbafo, Rote, adalah pelabuhan tempat
memberangkatkan mereka ke daerah Tuameko
di pantai Timor yang selanjutnya di bawa ketempat-tempat lain ke seluruh
dataran Timor melasanakan pekerjaan sebagai romusya.
Di Pelabuhan Pantai Baru inilah pernah terjadi :
Hujan air mata dan tempat orang bersedih yang tidak
henti-hentinya.(Gyanto,
l958.ha.65)
- Nyanyian “Ofa Langga,” dinyanyikan oleh
penari-penari Kebalai di Rote,
menceritakan kejadian tersebut.
- Di pelabuhan Pantai Baru, adalah tempat nona “Anna,” mendengarkan pesan
terakhir dari tunangannya yang
akan berangkat ke pulau Timor menyongsong maut.
- Dipelabuhan Pantai Baru inilah tempat lahirnya “Ofa Langga,” lagu perpisahan
kenangan sedih.
- Sebagai kenang-kengan di situ, di nyanyikan Ofa Langga bersama-sama meskipun
tidak ber-Kebalai dan tidak dengan kesedihan seperti “Anna” dengan tunangannya pada zaman Jepang dulu
sebagai berikut:
Nyanyian ini bernama “Ofa Langga” artinya “Haluan Perahu,” sambil
menari mereka menyanyi sbb
:
“LAGU ASLI “OFA LANGGA”
· Ofa langga adinda soba-soba
- Ofa langga adinda soba-soba
- Soba nita adinda tasi ani
- Soba nita adinda tasi ani
·
Soba sayang kasihan susi Anna
- Lu lembe terlalu susi matan
- Setanggung pinu lembe bu bo’i susah hati
- Nai dae ki dae ki Tuameko
·
Nai dae kona dae kona Pantai Baru
·
Kola de’a Pantai Baru
- Nae lena seli ta dadi lena seli
- Nae nasafali ta dadi nasafali” (2-3 X dari awal lagi).
·
Habis
sebait ini di ulanginya lagi beberapa kali berturut-turut, yang artinya di
dalam bahasa Indonesia dan bukan dalam terjemahan bebas sebagai berikut:
“OFA LANGGA”
- “Kepala perahu adik, coba-coba
- Kepala perahu adik, coba-coba
·
Coba lihat adik, laut berangin
- Coba lihat adik, laut berangin
·
Coba lihat kasihan zusi Anna
- Airmata selalu ada pada matamu
- Bersama-sama dengan ingus selalu ada padamu karena
- Yang kukasihi (=engkau) bersusah hati
- Di tanah utara, tanah utara Tuameko (= tempat di Timor)
- Di tanah selatan, tanah selatan Pantai Baru
·
Kita bicarakan
Pantai Baru
- Mau menyeberang (=ke Timor), tidak jadi menyeberang
- Mau kembali (=kepedalaman,
kekampung di Rote), tidak jadi kembali.”
- (2 X).....dst-nya.
Lagu Ofa Langga dalam notasi di bawah ini :
- Ofa langga adinda soba-soba
- Soba soba nita adinda tasi ani
- Soba nita adinda tasi ani
- Soba sayang kasian susi ani
- Lu lembe telalu susi mata
- Setanggung pinu lembe
- Bu boi susa hati
- Nae dae ki dae ki tua meko
- Tua meko pante baru
- Kola de’a pantai baru
- Nae lena seli ta dadi lena seli
- Nae nasa fali tadai nasa fali --- 2, 3 X diulang-ulang dari awal lagi.
- Sumber : Drs.Djony Theedens.
- Lagu Ofa Langga ini agak sedikit berbeda dengan lagu Aslinya
seperti tertulis dalam cerita di
atas. (Penulis).
Begitulah arti nyanyian itu di terjemahkan kata demi
kata.
Sebetulnya nyanyian “Ofa
Langga” ini, menceriterakan sesuatu kejadian yang terjadi sungguh-sungguh pada
zaman pendudukan Jepang. Pada zaman itu Jepang ingin sekali membuat benteng-benteng
pertahanan yang sangat kuat di pulau Timor untuk menghadapi Australia dan
sekutunya. Untuk maksud ini, Jepang mendatangkan tenaga-tenaga dari Timor dan
sekitarnya, juga dari pulau Rote, untuk mengerjakannya benteng-benteng tanpa bayaran. Orang-orang yang harus bekerja ini terkenal
dengan sebutan orang-orang “romusya.”
Orang-orang romusya ini harus bekerja siang-malam menggali tanah dan
lubang-lubang perlindungan dari serangan udara Australia dan mengangkut batu.
Setelah selesai bekerja, mereka mendapat sepotong ketela (ubi kayu) untuk
sekedar jangan mati saja. Dan andaikata mereka mati juga, Jepang masih dapat
mendatangkan beratus-ratus orang lagi dari Pulau Rote untuk menggantinya.
Oleh karena Pulau Rote,
adalah satu-satunya pulau di Nusa Tenggara Timur yang paling dekat dengan
Kupang (Timor) tempat konsentrasi pertahanan Jepang, ditunjang pula dengan transport laut yang mudah dijangkau
oleh Jepang, maka orang Rote-lah yang menjadi sasaran utama dijadikan sebagai
rumusya kerja rodi tanpa imbalan apapun. Ada juga yang diangkut hingga ke
Thailand, satu diantaranya bermarga Fanggidae, yang setelah perang selesai,
kawin dengan orang pribumi di Thailand.
Banyak orang yang di
datangkan dari pulau Rote ke Timor, tidak kembali. Mereka mati di Timor dan
tidak diketahui di mana liang kubur mereka hingga sekarang ini. Pada tiap-tiap
kali pemberangkatan rombongan baru dari pulau Rote, Jepang selalu berkata, bahwa beberapa bulan
lagi mereka akan kembali. Beratus-ratus istri, beratus-ratus anak-anak, menanti
kedatangan rombongan romusya itu dari Timor tiap-tiap hari.
Tetapi meskipun telah
lama lewat batas waktunya, namun mereka yang dinanti-nantikan itu tidak kunjung
tiba. Mereka bersabar menanti berbulan-bulan lagi.
Tetapi yang di nanti tetap tidak muncul.
Lama kelamaan keluarga
di Rote ini tahu bahwa mereka sebetulnya
menanti-nanti orang yang telah mati, orang yang tidak akan kembali lagi. Seisi
rumah berkabung ! Se-desa berkabung ! Bahkan seluruh Rote berkabung. Rakyat
pulau Rote tahu bahwa siapa yang berangkat ke Timor berarti mati. Jepang masih
terus mengangkut rombongan-rombongan baru dari Rote. Rombongan-rombongan baru
akan berangkat dari Rote. Maka keluarga mereka mengantarkan sampai ke
pelabuhan, yaitu pelabuhan “Pantai
Baru” Di kerajaan Korbafo
(sekarang Kecamatan Pantai Baru). Orang-orang yang mengantarkan itu menangis
dengan sedihnya seperti menangisi orang
mati. Pantai Baru pada waktu itu ribut, karena ‘hujan air mata.” Yang mengatarkan menangis, yang di antarkan
juga menangis. Di antara orang-orang yang berangkat itu
terdapat seorang pemuda yang tanpan. Pemuda ini berasal dari pedalaman. Pemuda
yang akan menginjak masa kebahagiaan,
terpaksa tunduk pada Jepang, menjadi korban romusya.
Dia
datang dari pedalaman bersama-sama dengan tunangannya yang bernama “Anna.”
Kedua orang muda ini
menangis kesedihan, sehingga menarik perhatian banyak orang.
Ketika perahu yang akan
membawa kaum romusya itu datang, maka tangisan kedua orang muda ini sampai pada
puncaknya. Orang-orang yang menyaksikan peristiwa ini juga merasa terharu dan
turut menangis juga. Setelah segala kata-kata yang di ratapkan sudah habis,
maka pemuda itu berkata kepada tunangannya, di saksikan banyak orang di situ: “Meskipun
sebenarnya “beta” (saya) merasa berat sekali untuk meninggalkan kau, “Anna,” tetapi bagaimana lagi, haluan perahu, yang
akan memisahkan engkau dengan “beta” (saya) telah tampak.
Coba lihatlah angin laut.
Angin laut inilah yang
akan mencampakkan “beta” jauh-jauh dari sampingmu.
Tetapi angin laut itu
pula yang selalu akan menghubungkan “kau” dengan “beta” kalau “beta” telah
sampai di Timor kelak. Coba lihatlah “sayang”.Airmata terlalu banyak pada
matamu, sehingga menyebabkan “beta”
sangat bersusah hati di Pantai Baru ini. “Beta” tidak suka pergi, tidak mau
menyeberang ke Tuameko di pulau Timor,
sebab di Timor berarti mati. Tetapi mau
kembali kepedalaman-kekampung tidak mungkin pula, sebab samurai Jepang akan
memenggal leherku.” Pesan terakhir dari
seorang pemuda yang di ombang-ambingkan rasa kebimbangan kepada tunangannya,
“Anna”. Pemuda yang pergi karena paksaan. Pemuda yang di paksa meninggalkan tunangannya. Pesan terakhir ini di dengar oleh
segala orang yang hadir disitu.
Kemudian semua orang
berkumpul. Yang diantarkan dan yang mengantarkan bergandengan tangan. Mereka
menari “Kebalai”.(suatu tari melingkar dengan saling berpegangan pada bahu,
selang-seling laki-perempuan, dengan berjanyi bersama tanpa diiringi musik).
Ini adalah tari pergaulan orang Rote. Kata-kata di dalam nyanyian ialah
kata-kata perpisahan pemuda kepada tunangannya Anna itu. Nyanyian dan “tari
kebalai” terakhir bagi kaum romusya Rote, yang akan berangkat itu. Sejak
peristiwa itu maka terdengarlah lagu baru yakni lagu “Ofa Langga” yang sekarang
kita dengar dan sangat populer di Nusa Tenggara Timur. Suatu kejadian yang
sungguh-sungguh terjadi, dan alangkah baiknya dapat dijadikan suatu cerita
untuk sebuah drama, maupun di layar lebar/Sinetron oleh para pekerja filim
& dramawan dimasa yang akan datang.
............”Soba nita adinda tasi ani
Soba nita adinda tasi ani
Soba sayang kasihan zusi Anna...
.dst-nya”........................................(Gianto 1958)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.