alamat email

YAHOO MAIL : saj_jacob1940@yahoo.co.id GOOGLE MAIL : saj.jacob1940@gmail.com

Minggu, 11 Januari 2015

SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA KATOLIK DI NTT DAN FLORES

Perkembangan Agama Katolik di NTT.
VERSI.1

Sejak tahun l522 seorang Imam bekerja dengan tekun di Timor dan Solor bertahun-tahun lamanya. Hasilnya dan laporannya begitu menggembirakan sehingga pada tahun l561 Uskup Malaka mengirim empatkan misi permanen di sana. Para tahun l566 Frater Antonio da Cruz mulai membangun sebuah benteng di Solor dengan pendanaan sedekah dari Makao. Benteng ini dimaksudkan untuk melindungi misi dari serangan kaum Muslim dari Jawa dan Sulawesi yang sedang sibuk berusaha agar penduduk masuk Islam. Di benteng ini mereka membangun empat gereja dan di sekitar tembok-temboknya penduduk yang berjumlah banyak pun berkembang. Garnisum dibabayar oleh kaum Dominikan yang memilih komendannya – walaupun pemilihannya itu harus diteguhkan oleh penguasa di Malaka. Pada waktu yang bersamaan, Frater Antonio da Cruz membangun sebuah Seminari di dekat Larantuka  (Flores). Pada tahun l596 seminari itu mempunyai 50 siswa. Tetapi pada tahun l577 saja sudah ada lima puluh orang Katolik di Nusa Tenggara. Misi sedang bertumbuh pada tahgun l596 sebuah benteng lain dibangun untuk melindungi suatu misi baru yang dibangun di pulau kecil “Ene (atau Ende?)” yang menghadap pesisisr selatan Flores.
Sebelumnya, ahli-ahli waris raja-raja Sikka dan Larantuka dikirim ke Malaka untuk menuntut studi. Setelah mereka bertobat, mereka diberi gelar “Dom” dan serangkaian nama-nama dari aristokrasi Portugis, yang terus dipakai keturunannya sampai hari ini.
Pada tahun l613 pihak Belanda yang bersekutu dengan kelompok-kelompok Muslim, menaklukan benteng Solor dan orang Portugis lari ke Larantuka di mana ia masuk Katolik, dan tidak lama kemudian pihak Belanda meninggalkan Solor, sebab tidak menemukan sesuatu yang mempunyai nilai komersial di wilayah itu.
Pada tahun l630, benteng itu di pulihkan dan dua belas misionaris baru tiba.
Masyarakat Katolik di Flores secara tidak disangka-sangka diperkuat dan diperbarui dengan kedatangan sekelompok keluarga Katolik pada tahun l660 yang melarikan diri dari Makassar. Yang memimpin kelompok ini adalah Francisco Vieira Figueiredo; Frater Lucas da Cruz menyertai mereka sambil membawa harta Gereja “S.Domingu de Surian”  Keluarga-keluarga ini, sebagian dari mereka yang sama yang melarikan diri dari Malaka pada tahun l641, menetap di Larantuka, di Konga, sedikit lebih ke barat, dan akhirnya di Vure, sebuah desa di Pulau Adonara yang menghadap Larantuka. Sampai hari ini, orang-orang ini dikenal sebagai “Kampong Malaio (Melayu).

Pada tahun l679 lima belas misionaris bekerja di daerah ini. Dalam dua abad berikuitnya kehadiran orang Portugis terbatas pada bidang misi, hampir tanpa campur tangan politik atau militer.
Penduduk  dapat mempunyai seorang pastor selama dua puluh tahun dan kemudian untuk dua puluh tahun berikutnya tidak mempunyai pastor sama sekali.
Biasanya para Pater datang disertai seorang sersan, yang melindungi kehidupan pastor. Di Sikka mereka masih ingat bahwa selama pastor tinggal di tempat mereka, empat pejabat Kerajaan harus pergi ke Timor untuk menuntut studi dan pada waktu bersamaan menjadi sandera untuk menjamin keamanan pastor.
Di Larantuka keharusan untuk menjaga Agama kalau pastor tidak ada, dipercayakan kepada Persekutuan “Reinja Rosario”. Tugasnya ialah mengajarkan katekhismus, melakukan babtisan, menjaga pemeliharaan kapel-kapel dan menyelenggarakan prosesi-prosesi. Mereka juga menjaga obyek-oryek ibadah. Persekutuan ini masih tetap aktif sampai hari ini di Larantuka, dan persekutuan lain yang serupa terdapat di Sikka.

Pada tahun l856 Portugal menandatangani suatu perjanjian dengan Belanda, melepaskan segala haknya atas Larantuka, namun dengan syarat bahwa Pemerintah Belanda memikul tanggung jawab memelihara kebebasan Agama Katolik penduduk.
Gubernur Lopez dari Dili mengirim surat kepada Raja Sik, memberitahukannya tentang pengunduran Portugal dan jaminan yang diperoleh mengenai kebebasan beragama Katolik. Bahwa  surat itu sekarang ada di dalam arsip Keuskupan Agung di Jakarta. (Antonio Pinto Da Franqa (2000, hal.37).
Perkembangan agama Katolik di Nusa Tenggara Timur, pada masa-masa sebelumnya dan pada abad ke-l9 banyak sekali tergantung pada pihak Portugis. Pada tahun l754 di Nusa Tenggara Timur masih terdapat l0 ( sepuluh) orang Misionaris.
Namun pada l800 di Larantuka tidak terdapat pastor lagi.
Pada tahun l804 di seluruh Nusa Tenggara Timur, diduga hanya terdapat 8 (delapan) orang misionaris, dan tahun l811 hanya tinggal 1 (satu).
Bahkan sesudah tahun l835 untuk sementara tidak ada seorang misionaris-pun (Sejarah Gereja Katolik Indonesia I, hal.413).
Para dominikan diusir dari semua daerah Portugis pada tahun l834, karena di Portugal ada pemerintahan anti Katolik. Sudah barang tentu keadaan ini kurang menguntungkan perkembangan agama Katolik.
Pada tahun l838 dengan dihapusnya Keuskupan Malaka, Nusa Tenggara Timur dimasukkan ke Keuskupan Goa. Dengan demikian terdapat beberapa imam yang dikirim ke Dili-Timor-Timur. Dan dari sinilah dikunjungi paroki di Larantuka dan Sikka.

Pada tahun l853 di Larantuka telah terdapat tiga ribu orang Katolik. Pada tahun l860 mulailah Pastor J.P.N.Sanders bekerja di Flores.  Setelah masa ini misi Katolik di Flores mengalami perkembangan baru. Pada waktu itu di pulau Flores ada dua kelompok orang Katolik yang terpisah, yakni kesatu di daerah Larantuka dengan pantai-pantai Adonara, Solor. Yang kedua yakni di daerah Maumere di Sikka dan pantai selatan. Di daerah Larantuka terdapat 7.200  orang Katolik, di Maumere 3.800  orang.
Pada tahun l862 di seluruh Flores terdapat 11.050 orang Katolik yang pada tahun l873 menjadi l0.757 orang. (Sejarah Gereja Katoloik, 2, l972, hal.l06).
Pada tahun l887 Don Lorense menjadi raja di Larantuka. Ia semasa kecil adalah didikan Misi dan aktif ikut ke gunung-gunung semasa dididik, setelah menjadi raja sangat besar bentuannya bagi perkembangan misi Katolik.
Pada waktu itu tenaga-tenaga misionaris telah mulai bertambah banyak.
Peter Kraayvanger yang datang pada tahun l876, dan tahun l883 menderikan misi di Timor, Peter Sohweiten datang sejak tahun l883 dan kemudian menderikan misi di Sumba tahun l888.

Pada tahun l884 basis misi telah berkembang pula ke Konga dan Wure. Sehingga perkembangan misi semakin laju. Suatu hambatan yang sering mengganggu kegiatan misi adalah seringnya terjadi perang antar suku dan desa.
Perkembangan misi Katolik ini adalah dibarengi juga dengan pendidikan-pendidikannya yang diselenggarakan misi Katolik sekolah-sekolah Katolik. Sehingga akhirnya gereja Katolik makin berkembang  ke arah timur ke pulau-pulau Solor, Lomlen.  Sesudah pada tahun l805 keenam anggota tenaga misi yang ada di Larantuka terbagi empat untuk Larantuka, satu untuk Solor dan satu untuk Waibalun. (Sejarah Daerah Nusa Tenggara Timur, Depdikbud (l977/l978, hal.83-84).
Menurut data terakhir (l991), jumlah umat Katolik di Nusa Tenggara Timur sebanyak l.806.528 orang dan jumlah tempat ibadah sebanyak 2.295 gereja.

 Versi  ke II, Sejarah Awal Masuknya Portugis
Ke Nusa Tenggara Timur dan Penyebaran Agama Katolik di Flores

Masa jaya Portugal sejak masa pemerintahan Raja Manuel I  (l495 – l521), raja yang pernah dijuluki sebagai “Raja Rempah-Rempah” oleh rekannya, Raja Prancis. Hasil dari perdagangan rempah-rempah telah ikut membiayai gedung Jeronimos yang tampaknya sangat anggun ini.
Menara Belem (dibangun antara  l515-l521); bagi kapal-kapal yang berangkat ke luar negeri pada waktu itu adalah gedung terakhir yang dilihat dari atas anjungan kapal, dan sebaliknya bagi pelaut yang pulang,  merupakan gedung yang pertama dikenal melalui teropong.
Namun banyak juga diantara mereka  yang berangkat,  tidak pernah pulang. Ada yang terpaksa menetap di perasingan oleh faktor-faktor tertentu, misalnya karena,
meninggalkan sesuatu aib di kampung asalnya, atau karena mau keluar dari  keadaan yang sulit di negerinya (sebagaimana makluk, tidak semua mereka berasal dari golongan fidalgo, tingkat atas):  sedangkan ada pula memutuskan tidak kembali karena sudah kerasan di tanah perantauan, di samping itu  banyak juga yang menemui ajalnya di luar negeri karena kecelakaan kapal, karena penyakit, dan sebagainya.
Sebuah studi oleh V. Magalhaens Godinho, menghitung bahwa diantara tahun l500 – l635 telah,
  1. berangkat 912 kapal ke  wilayah Timur,
  2. namun hanya, 768 yang tiba di tempat tujuannya --- (444) tenggelam;
  3. sedangkan dari 550 kapal yang berangkat pulang hanya,
  4. 470 buah yang tiba dengan selamat di Portugal --- (80) tenggelam, atau dari
  5. jumlah yang berangkat 912 kapal,
  6. tetapi tiba kembali di Potugis hanya 470, atau
  7. sebanyak 442 kapal tenggelam atau tidak kembali (48,48%).
(Sumber : Antonio Pinto Da Franqa, Pengaruh Portugis Di Indonesia, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2000, hal.7).

Kapal-kapal Portugis berlayar sepanjang pantai :
  1. Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, dan Flores di mana mereka merubah haluan ke utara dan mencapai Banda pada pertengahan tahun l512.
  2. Dari sana Antonio de Abreu, langsung kembali ke Malaka tanpa melanjutkan perjalanan ke Ternate, sebab kapalnya sedang dalam keadaan parah sekali.
  3. Kapal Francisco Serrao karam, dan ia diselamatkan oleh penduduk Hitu di Pulau Ambon. Pelaut-pelaut Portugis yang karam, kemudian menikah dengan dengan wanita setempat dan menurunkan keturunannya, terutama di pulau Kisar dan pulau-pulau di sekitarnya.
  4. Dari sana ia dikirim ke Sultan Ternate, di mana ia menjadi penasihat akrab Sultan  dan tangan kanannya dalam persoalan peperangan. Kelihatannya bahwa surat-surat yang dikirim Francisco Serrao ke Malaka telah mendorong Magalhaens untuk membayangkan hipotesa mencoba mencapai Maluku melalui rute Barat.(Lihat peta pelayaran tersebut di atas).
  5. Namun Serrao meninggal di Ternate pada tahun l521, beberapa bulan sebelum tibanya armada Spanyol pimpinan Magalhaens. Ia meninggalkan seorang janda wanita Jawa dan dua anak laki-laki.
  6. Sesudah tahun 1453, pintu gerbang menuju Asia, yaitu kota Konstantinopel di pantai Bosporus, diduduki oleh tentara Turki, maka mulailah bangsa Barat, yang tetap memerlukan rempah-rempah, mencari jalan lain menuju Nusantara---Indonesia.
  7. Portugis merupakan bangsa Barat tertua yang sampai di wilayah Nusa Tenggara Timur.
8.      Rombongan anak buah Magelhaens yang menumpang kapal Victoria dalam perjalanan keliling dunia telah singgah di Filipina kemudian berlayar ke arah selatan menemukan pulau Timor pada tahun l522. Walaupun Magelhaens sendiri terbunuh di salah satu Kepulauan Philipina tanggal 27 September l521, namun rombongannya dengan kapal Victoria tetap melanjutkan perjalanan mereka kearah selatan  Pulau Timor untuk  kembali ke Eropa.
9.      Di antara anggota rombongan tersebut terdapat tokoh terkenal Antonio Pigafetta.
10.  Pigafetta dan rombongan singgah di Batugede Timor dan melihat keadaan penduduk dan masyarakat pada masa itu. Banyak keterangan
 berharga kemudian diperoleh setelah Antonio Pigafetta membuat tulisan mengenai daerah-daerah yang pernah dikunjungi. Akhirnya Antonio Pigafetta derngan Kapal Victorynya tiba di pelabuah Papela Rote Timur guna mengisi persediaan air dan bekal lainnya. Dipelabuhan itu ia menemui seorang nelayan dan ketika ditanya dengan bahasa isyarat tentang nama pulau ini, maka nelayan itu mengira menanyakan namanya maka ia menyebut ROTE. Dengan demikian Kapten Kapal Victory tersebut menamakan pulau iru ROTTY yaitu pada tanggal 30 April 1522. Dengan demikian  nama Pulau Rotty ini tercatat di Peta Dunia maupun di Peta Nusantara Indoensia terus memakai nama Pulau ROTTy yang kemudian menjadi Pulau Rote hingga saat ini sehingga nama pulau Rote ini telah bereusia 491 tahun pada tanggalo 30 April  2013 ini.
Setelah itu mereka melanjutkan pelayarannya menuju Tanjung Harapan di Afrika Selatan menuju Eropa.

Versi III, Awal Penyebaran  Agama Katholik di Flores-NTT

Mula-mula tidak mempunyai kediaman tetap di wilayah Nusa Tenggara Timur.
1.      Namun dalam perkembangan kemudian ekspedisi-ekspedisi tersebut disertai pula dengan “padri-padri orde Dominikus” untuk melakukan misi agama Katolik l561 di Solor. Flores.
2.      Guna melindungi diri dari serangan penduduk yang beragama Islam dan bajak laut, mereka mendirikan di pulau Solor itu sebuah benteng dalam tahun 1566 di Lahayong yang dipelopori oleh P.Antonio da Cruz.
3.      Benteng tersebut dilengkapi dengan meriam dan dua puluh orang prajurit dengan seorang panglima.
4.      Tahun l581 terjadi lagi usaha mengusir Portugis dan misionaris oleh kekuatan Islam di Lanahala Flores.
5.      Pastor Simao dan Mantanhas memimpin perlawanan.
6.      Pada tahun l590 kekuatan Islam berhasil membunuh seorang misionaris bernama F. Calassa.
7.      Pihak Portugis di Solor di bawah Antonio Viegos memimpin pasukan ke Flores dan membakar kampung-kampung dan membunuh penduduk kampung untuk membalas dendam.
8.      Pengganti penglima benteng Solor Antonio Andria menangkap dan menghukum orang-orang yang dicurigai dan melawan.
9.      Di antaranya P.Diogo dan de Gomales. Kedua tokoh ini berusaha mengusir dan membunuh orang-orang Portugis.
10.  Pada waktu pesta di Lewanama tahun l590, rencana akan dijalankan.
Tetapi rencana itu bocor sehingga gagal. Tetapi mereka  menyusun kekuatan menyerang benteng.

Benteng diserang dan berhasil membunuh sebagian besar orang-orang Portugis. Usaha pengusiran bukan saja terjadi di Solor tetapi juga di Ende.
1.      Portugis telah mengirim orang-orang ke Ende dan membangun benteng di sana di bawah Simao Pacheo. Benteng ini diduga didirikan kurang-lebih tahun l595 (Sejarah Gereja Katolik Indonesia, l, l974, hal.371-375).
2.      Kekuatan Islam berusaha mengusir Portugis baik dari Solor maupun Ende dan membunuh penghuni-penghuni benteng.
3.      Pada tahun l594 dan l595 benteng Ende diserang dan banyak penghuni orang Portugis terbunuh, ditawan dan dijadikan budak.
4.      Pada tahun l599 Portugis mengirim 90 kapal ke Solor. Portugis membakar kampung Lamakora untuk membalas dendam.
5.      Seorang Raja di Muri, Flores bernama Ama Kera berusaha menguatkan kedudukan dari ancaman Portugis.
Oleh karena itu mereka mengangkat D.Joao Juang sebagai panglima armada dalam rangka penyerangan benteng Solor dan Ende yang direncanakan tempat-tempat lain yang dikuasai Portugis menyusul dengan 37 buah kapal dan 3000 pasukan Makassar menyerang Solor.
Tetapi usaha ini tidak berhasil. Dari Solor dilakukan penyerangan ke pantai selatan Sikka, dan Ende. Ternyata penyerangan ini juga kurang membawa hasil. Dengan demikianlah selamatlah kedudukan Portugis.
  
Versi IV, Belanda Masuk Ke NTT, Dan Melawan Portugis

Namun ancaman dagangnya tidak semata-mata dari Makassar dan raja-raja di Flores yang menyadari bahayanya campur tangan Portugis, tetapi juga ada ancaman dari Belanda.
1.      Pada tahun l613 di bawah Apolonius Scotte tiga buah kapal Belanda menyerang Solor.
2.      Tanggal 21 April l613 benteng Solor jatuh.
3.      Portugis terusir dari Solor lari ke Malaka dan Timor.
4.      Pada tahun l640 yang mendapat ijin raja Kupang mendirikan bangunan dan benteng. Portugis berusaha pula menanamkan kekuasaan di pedalaman Timor.
5.      Pada tahun l640 Raja Kraeng Talo dari Makassar mengirim ekspedisi untuk mengusir Portugis. Beberapa kota pantai yang merupakan pusat kedudukan Portugis dibakar dan penghuninya ditangkap.
6.      Pusat Portugal di Solor di bawah “Captain Mayor” Fransisco Fernandes diperintahkan ke Timor dengan 90 anak buah dan tiga paderi dominikan pada bulan Mei l642.
Kekuatan Portugis berhasil membujuk Raja Batimau di pedalaman Amfoang, Servio di pantai Amfoang, dan Sonbai.
Dengan demikian mereka bisa menghimpun kekuatan untuk menghancurkann kekuasaan Wewiku Wehali di Belu.
1.      Pada tahun l656 Belanda mengirim Arnold de Vlamingo ke Timor dengan pasukan untuk menghadap Portugis.
2.      Ekspedisi ke Amarasi sebagai langkah mengusir Portugis dilaksanakan. Raja di Timor tidak berdaya menghadapi kekuatan baru.
Baik Belanda maupun Portugis memakai taktik yang licin sehingga raja-raja berpihak kepadanya. Pada waktu itu ada dua tokoh terkenal Portugis Hitam (Tae passes) yakni tokoh,
1.      Antonio de Ornay dan
2.      Matheos da Cocta.
 Antonio de Ornay bersama Fransisco adalah anak Meri Joao d’Ornay seorang panglima Belanda yang menyeberang ke pihak Portugis.
Ia menjadi Katolik dan kawin dengan gadis Timor.
Sepeninggal ayahnya, ibunya kawin dengan peranakan  dari Macao.Kedua anak yang dibesarkan di Larantuka tersebut tumbuh menjadi pimpinan pasukan orang-orang Larantuka yang terkenal dalam melawan Belanda. Belanda mendapat banyak kekalahan akibat perlawanan Portugis Hitam di bawah pimpinan Antonio de Ornay dan Mathius da Costa.

Di Amarasi wilayah Kupang, Belanda kehilangan 170 prajurit kulit putih. Sehingga Belanda terpaksa kembali ke Solor dan akhirnya meninggalkan benteng Solor yang rusak.
F.V.Fig Neirido seorang pedagang kayu Portugis berhasil menambah kekokohan kedudukan Portugis. Ia bersekutu dengan Antonio dan Ornay untuk memperoleh keuntungan besar di Timor dengan mengusulkan kepada raja muda Antonio Melo de Castro di Goa supaya Antonio de Ornay menjadi Kaptitan Mayor.
Dan usulan tersebut diterima oleh raja muda Portugis di Goa.
Namun akibatnya timbul rasa ketidak-puasan dari Matheus da Costa dan menimbulkan perlawanan.
1.      Tahun l667 F.V. de Figneirido meninggal dunia di Larantuka. Raja muda Goa mengangkat Firnao Martius de Ponte sebagai Kapitan Jenderal di Timor. Namun karena bertindak kejam sehingga menimbulkan perlawanan yang sengit ia terpaksa melarikan diri ke Goa.
2.      Terpaksa diangkat penggantinya Jose de Melo Castro, namun praktis yang menjalankan tugas-tugas Kapitan Mayor di Timor adalah Matheus da Costa yang dapat menguasai Timor.
3.      Pada tahun l673 sepeninggal Matheus da Costa, Antonio de Ornay diangkat sebagai penguasa Timor dan Flores oleh raja muda Goa sampai ia meninggal tahun l693. Banyak orang Portugis yang kawin dengan wanita Flores, maka kini masih terdapat keturunan Portugis dan memakai Vam/marga  orang tuanya.

Sebagai gantinya pada tahun l695 diangkat P.Antonio de Madre de Deus

2 komentar:

  1. terimakasih banyak atas infomasi yang cerdas ini. izinkan saya mengambil tulisan ini sebagai refrensi skripsi saya..

    BalasHapus

ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.