alamat email

YAHOO MAIL : saj_jacob1940@yahoo.co.id GOOGLE MAIL : saj.jacob1940@gmail.com

Selasa, 20 Januari 2015

SEKILAS SEJARAH AWAL BANGSA EROPA KELUAR DARI KEMISKIAN

Sekilas Sejarah Awal Bangsa Eropa
Keluar Dari Kemiskinan
Oleh : Drs.Simon Arnold Julian Jacob

Bagaimana kita melihat diri sendiri, dalam kondisi orang atau
bangsa lain?

Maju-mundurnya suatu bangsa atau sekelompok orang, tentu dengan cara membandingkan keadaan diri sendiri dalam kondisi orang/bangsa lain.
Oleh karena itu, guna melihat kemiskinan yang terjadi di Indonesia, perlu kita bercermin dari kondisi negara-negara lain, sejauh mana ketertinggalan kita dalam menuntaskan kemiskinan dan kelaparan serta pengangguran. Sebelum kita membahas tentang kemiskinan di Indonesia, kita perlu mengetahui sejarah awal orang Eropa keluar dari kemiskinannya, dan apa kelebihan mereka?
(Bagaimana kita melihat diri sendiri, dalam kondisi orang/bangsa lain)?
Berkurangnya atau bertambahnya penduduk di sesuatu daerah, mempunyai hubungan yang erat dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya. Semakin tinggi teknologinya yang dimiliki oleh suatu golongan penduduk/bangsa, semakin luas kemungkinan memperbesar hasil-hasil produksi kebutuhan hidup dan semakin luas pula mata-pencaharian untuk penduduk.
Setiap penemuan baru dalam lapangan teknologi, sangatlah besar pengaruhnya terhadap perkembangan penduduk. Di daerah-daerah yang belum maju, yang alat-alat produksinya atau alat-alat kerjanya masih sangat sederhana, tidak tampak adanya pertumbuhan penduduk yang pesat, yang ada, bahkan sebaliknya. Penemuan-penemuan daerah baru atau benua baru oleh bangsa-bangsa Eropa dan  penemuan-penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi antara tahun 1450 – 1550 menimbulkan suatu revolusi demografi.
Revolusi demografi yang terjadi sejak tahun 1450 berasal dari Eropa dengan adanya Renaissance dalam abad ke-15.
“Fase Humanistis” dan “Ilmu pengetahuan” adalah dua gejala pokok dari zaman Renaissance yang menjadi salah satu sebab lahirnya revolusi demografi.

Pertama : “Fase Humanistis” dijiwai oleh adanya :
1.      Keinginan untuk mengetahui wujud segala benda dan, penyeledikan-penyelidikan.
2.      Orang ingin tahu mengapa benda-benda itu begitu dan, bagaimana terjadinya.
3.      Keterangan-keterangan yang beralasan dari semua benda itu, ingin mereka dapatkan.
Dari penyelidikan-penyelidikan yang dilakukan oleh orang-orang di zaman itu, mereka sampai kepada :
1.      Penemuan baru mengenai anggapan fisik dari jagat raya dan manusia, serta pekerjaannya/prosesnya yang sama sekali, jauh berlainan dari anggapan-anggapan sebelumnya. 
2.      Kebebasan berpikir dari seseorang, melahirkan adanya individualisme.
3.      Nilai perseorangan dari manusia sangat diutamakan.
4.      Orang pada zaman itu mengejar-ngejar kemajuan perseorangan, gengsi diri sendiri, dan pertumbuhan masyarakat.
5.      Perkembangan mempersiapkan jalan kearah gerakan reformasi yang menjelma dibeberapa negeri kearah reformasi agama, yaitu reformasi agama Kristen dengan lahirnya golongan Protestan.

Kedua : “Fase Ilmiah, mencapai tingkatan baru.
1.      Fakta-fakta dalam pengetahuan, dapat diketahui dengan penelaan secara obyektif, berdasarkan induksi dan eksperimen.
2.      Pengertian baru tentang alam dan manusia, serta masyarakat mulai menjelma; orang-orang membangun jalan kearah penguasaan alam.
3.      Eksplorasi geografis dan penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahuan diadakan.

GALILEI, COPERNICUS, KEPLER, NEWTON, BOYLE :
1.      Mengembangkan teori-teori baru dan, prinsipil dalam pengetahuan alam..
2.      Eksploitasi geografis dan penemuan-penemuan benua baru dalam abat ke-16, merupakan hasil langsung dari “Fase Ilmu zaman Renaissance”.
3.      Penemuan jalan ke India dengan melalui Tanjung Harapan dan, penemuan benua Amerika oleh COLUMBUS membuka jalan baru kearah  mengembangkan kemakmuran  yang lebih baik, terutama bagi penduduk Eropa.
4.      Perdagangan barang-barang interkontinental selanjutnya dapat dilakukan melalui jalan laut yang lebih murah perongkosannya daripada melalui jalan darat.
5.      Orang-orang Eropa mulai menyebar keseluruh dunia mencari kesempatan hidup baru.

Pengaruh eksploitasi geografi mengakibatkan :

1.Dilapangan ekonomi melahirkan revolusi perdagangan dalam abad ke-16.
2..Pedagang-pedagang dan bankir-bankir di Eropa memperluas dan memperbanyak perdagangan impor dan ekspor.
3.Modal di kumpulkan untuk mengadakan ekspansi lebih lanjut.
4.Saudagar-saudagar bertambah dengan adanya pemerintahan-pemerintahan Merkantilis – Kameralie dan orang-orang yang bermodal.
5.Sistem Gilde runtuh, kapitalisme modern menggantikannya dan berkembang dengan sangat subur.
6.Perdagangan secara barter diganti oleh perekonomian uang.
7.Koperasi, perseorangan, perseroan modern lahir dalam lapangan bank, pertambangan, perdagangan dan perkreditan.
8.Semua itu ditujukan kearah mendapatkan ‘daerah jajahan’.
9.Buruh yang murah, bahan-bahan mentah dan pemasaran.

Berbarengan dengan adanya gejala-gejala tersebut, perkembangan
‘pengetahuan alam’ berlangsung dengan sangat cepatnya, dengan
tercapainya kemajuan-kemajuan dalam lapangan:
1.    Pengobatan, kesehatan,
2.    Revolusi dalam komunikasi  dan alat-alat pengangkutan,
3.    Pertanian dalam produksi  terutama lahirnya revolusi industri.
  1. Akibat kemajuan-kemajuan timbullah pertambahan dalam produksi bahan-bahan kebutuhan hidup.
  2. Perluasan ruang hidup dan kemakmuran yang relatif lebih baik dari abad-abad sebelumnya yang merupakan pendorong bagi kemakmuran dan, kesejahteraan, sehingga bangsa-bangsa ‘Eropa keluar darikemiskinan’.
Bukan saja hanya menemukan “benua baru” sebagai tempat hunian baru, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana dapat ‘memelihara’ setiap penduduknya yang  ada, agar baginya tersedia :
1.    makanan,
2.    perumahan,
3.    pakaian,
4.    lapangan pekerjaan, dan
5.    berbagai kebutuhan lainnya sehari-hari yang,  sesuai dengan tingkat kemakmuran yang dikehendaki oleh para ‘imigran Eropa’ itu, “sehingga tidak menjadi miskin”.

Pertanyaannya :

Apakah pembangunan di Indonesia dapat  dijiwai dengan semangat
“Humanistis “ dan “Ilmu pengetahuan” yang digambarkan di atas walau
pun dalam kondisi dan situasi yang berbeda? 
Demikian gambaran singkat sejarah awal kebangkitan perekonomian bangsa-bangsa Barat, yang dicapainya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan, teknologi dengan, bekerja keras, ulet, tekun, sehingga mencapai taraf  seperti sekarang ini. Keberhasilan bangsa Barat berawal dari,  Keberanian mereka untuk selalu “mencari sesuatu yang baru”, Menyukai bermacam-macam ‘tantangan’ dalam bentuk apapun resikonya, (berbagai contohnya dapat disaksikan lewat layar TV, seperti pada tayangan adegan pada  “Sport Disaster-WWE dan lain-lain” memperlihatkan tantangan olah raga yang sangat ekstrim menantang maut sekalipun, adalah tantangan yang ingin ditonjolkan kepada keunggulan individu yang luar biasa, walaupun resiko jiwanya dipertaruhkan.
Demikian pula adegan-adegan kekerasan, keberanian, perjuangan, tantangan, kesuksesan, dan penonjolan-penonjolan teknologi mutahir dalam berbagai bidang kehidupan seperti digambarkan dari berbagai film Amerika dll), demi meraih keberhasilan. 

Mereka saling berlomba-lomba untuk menjadi, orang nomor satu dalam sesuatu bidang tertentu, guna mencapai kemakmuran.“Semangat berpetualang” dan “menantang” adalah sifat/modal utama orang Barat untuk memajukan  dirinya.
Tidak heran, kalau melihat awal sejarah mereka memasuki “benua Amerika”, mereka harus berjuang untuk mengatasi alam yang masih kosong, penuh dengan hutan belantara, dan berbagai rintangan keluar dari Eropa berkelana ke Benua baru, yang belum dikenal sebelumnya, harus berperang dengan suku-suku Indian yang tidak bersahabat dalam upaya menguasai daratan Amerika.
Bagaimana mengarahkan segala “pikiran, tenaga dan daya” untuk mengolah lahan, untuk dapat hidup dengan berkecukupan dan “sejahtera”. Semua ini membuat orang Amerika dan bangsa-bangsa Barat pada umumnya  sebagai pekerja keras dan selalu, mencari sesuatu yang baru, karena bekerja keras dan, memiliki jiwa berpetualang, maka setiap individu ingin menjadi nomor satu dalam sesuatu bidang,  dan yang paling hebat adalah ingin “menguasai dunia”, baik sosial budaya, politik, ekonomi, keamanan, teknologi, kebudayaan, dll, dan semua ini telah terwujud. Negara-negara Eropa umumnya adalah juga, “negara bahari”, memiliki “laut” dan “pantai”, yang menyebabkan mereka sebagai, pelaut-pelaut ulung dan gagah berani, mengarungi laut dan samudera hingga menemukan benua-benua baru seperti, Benua Amerika, Benua Australia, Benua Afrika dan Asia. Semuanya ini karena dijiwai oleh Semangat “Humanistis” (ingin mengetahui dan mengenal segala sesuatu lewat penyelidikan terhadap rahasia alam semesta untuk memanfaatkannya bagi kebutuhan hidup)  dan, “Individualisme” (prestasi dan keunggulan pribadi untuk menemukan sesuatu yang baru) dengan bekerja keras menguasai alam lewat ilmu pengetahuan dan teknologi.

Untuk hal yang sama di Indonesia, dapat kita contohkan suku bangsa Bugis-Makassar, mereka adalah pelaut gagah perkasa.
Karena  menguasai laut, maka hampir keberadaan mereka terdapat disemua wilayah Nusantara. Malahan hingga ke Madagaskar, Malaysia, Thailand Selatan, Brunai Darussalam, Afrika Selatan (Cape Town). Mereka yang berjiwa “bahari” pada umumnya mempunyai keunggulan dalam kecepatan dan keberanian dalam pengambilan keputusan berbagai kesulitan yang dihadapinya dalam waktu sesingkat mungkin dengan tepat dan jitu. Hal ini dikarenakan oleh sifat alamiahnya menghadapi terpaan ganasnya  ombak dan gelombang maupun badai yang menerpa perahu mereka di samudera luas,  karena bila lalai atau salah perhitungan dalam mengambil keputusan dalam hitungan detik saja, maka dapat mengakibatkan tenggelamnya perahu mereka.  Dapat dibayangkan dalam sebuah pelayaran dari satu pulau kepulau lainnya berhari-hari , atau bahkan berbulan-bulan lamanya, harus melewati miliaran jenis terpaan gelombang yang memukul perahunya, ditambah pula dengan derasnya angin yang bertiup kencang, dan juga pengaruh cuaca dingin dimalam hari, dan panas disiang hari..
Semuanya itu memerlukan kecekatan berpikir dan bertindak dalam hitungan detik, antara mati atau sukses. Oleh karena alam telah membentuk karakter mereka, maka pada bidang-bidang lainnyapun demikian halnya.

Ada istilah “Lebih Cepat Lebih Baik” (Moto dari salah satu dari tiga
Cawapres 2009-2014).

Memang suatu istilah yang lahir dari ‘karakter orang-orang bahari.” Sedang
sebaliknya, terdapat juga “budaya daratan/pedalalaman/agraris” yang
terkesan selalu “lamban—kurang berani-bertele-tele dalam pengambilan
keputusan. Hal ini dimegerti sebagai sifat orang di darat yang kurang mendapat tantangan yang begitu berarti, sehingga lebih banyak santainya dalam berbagai hal, sehingga menghasilkan sifat “lamban dan kurang berani” baik dalam persoalan interen atau kelompok hingga urusan negara sekalipun. Dengan demikian dapat kita tarik kesimpulan bahwa pada umumnya terdapat dua karakter kepimpinan nasional  yang berbeda yaitu
l). karakter orang-orang bahari  yang lebih berani dan selalu mempunyai keputusan yang tegas dan jitu tanpa bertele-tele.
Sedang karakter ke-2) yaitu karakter orang darat yang serba lamban, kurang nyalinya, dalam pengambilan keputusan  selalu terlambat, tidak tegas, bertele-tele.

Pertanyaan : Bagaimana sifat dan karakter pimpinan negara kita  sekarang ini? Apakah pola berpikirnya sebagai  karakter “negara pantai”, atau karakter
“negara pedalaman”?  Silahkan  Anda menilai sendiri.
Kita juga akan menemui  suku-suku Bugis–Makassar yang umumnya menguasai perekonomian lokal di masing-masing wilayah yang didatangi. Mereka ini ibarat, Colombus-Colombusnya Nusantara kita, yang memanfaatkan laut untuk dapat melihat daerah–daerah lain, mengeruk keuntungan dari berbagai bisnis antar pulau.  Banyak diantara suku-suku Bugis, Makassar, Buton, Bajo asal Sulawesi Selatan turut membawa budaya  kelautannya “(budaya pesisir)”, antara lain berbagai teknologi penangkapan perikanan tradisionalnya seperti cara penangkapan ikan yang lebih efektif (sistim Bagan, jaring, dll) dan sebagai “usaha transport/perdagangan “antar pulau yang menghubungkan Nusantara kita. Mereka juga yang menyebarkan “agama Islam”  terutama ke wilayah Indonesia bagian timur. Contoh lain lagi  seperti para perantau suku bangsa dari, “Sumatera Barat”, dimana saja di wilayah Nusantara ini  pasti ada warung Padang, belum terhitung  sebagai Pedagang  Kaki Lima  (PKL) yang hampir menguasai pasar grosir dan eceran dimana saja. Juga diberbagai lapangan pemerintahan dan swasta sangat berperan.  Lain pula perantau suku Batak/Tapanuli dari Sumatera Utara, mereka gigih sebagai perantau, juga menguasai lapangan pekerjaan formal maupun informal baik di pusat maupun di daerah-daerah. Inilah sekilas contoh, bagaimana perjuangan masing-masing individu suatu suku bangsa di Nusantara ini untuk mandiri, berjuang meningkatkan taraf hidupnya dan keluar dari kemiskinan.

Negara kita “negara bahari/ negara pantai”, tetapi sekarang menjadi “Negara daratan/ pedalaman-agraris”.

Sebagai negara pedalaman-agraris, biasanya : pola berpikir masyarakatnya statis, lamban, kurang menantang, kurang mandiri, kurang berkembang, karena lingkungan aktivitasnya  sempit, sebatas seluas desa mereka dengan,  “budaya menunggu”, yaitu, menunggu datangnya musim hujan, menunggu musim tanam, menunggu musim panen, menunggu kapan menanam lagi, menunggu kapan  dipasarkan hasil pertaniannya, menunggu kapan syukuran, dan seribu satu “menunggu” lainnya.  Mereka dimanja oleh alam sekitarnya, karena segala kebutuhan pangannya sudah terpenuhi untuk hidup setahun, sambil kembali turun ke sawah lagi, saat datang musim hujan berikutnya. “Budaya pedalaman-agraris/daratan”  inilah membuat pola berpikir kurang berkembang, kurang berani,  “(statis – lamban)”.

(Penulis : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-
Alamat : Jln.Jambon I No.414J, Rt.10 – Rw.03 – Kricak – jatimulyo – Jogjakarta,

Telp.0274.588160 – HP.082135680644.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.