Sekilas Sejarah Awal Bangsa Eropa
Keluar Dari Kemiskinan
Oleh
: Drs.Simon Arnold Julian Jacob
Bagaimana kita
melihat diri sendiri, dalam kondisi orang atau
bangsa lain?
Maju-mundurnya suatu
bangsa atau sekelompok orang, tentu dengan cara membandingkan keadaan diri
sendiri dalam kondisi orang/bangsa lain.
Oleh karena itu, guna
melihat kemiskinan yang terjadi di Indonesia, perlu kita bercermin dari kondisi
negara-negara lain, sejauh mana ketertinggalan kita dalam menuntaskan
kemiskinan dan kelaparan serta pengangguran. Sebelum kita membahas tentang kemiskinan
di Indonesia, kita perlu mengetahui sejarah awal orang Eropa keluar dari kemiskinannya,
dan apa kelebihan mereka?
(Bagaimana
kita melihat diri sendiri, dalam kondisi orang/bangsa lain)?
Berkurangnya atau
bertambahnya penduduk di sesuatu daerah, mempunyai hubungan yang erat dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya. Semakin tinggi
teknologinya yang dimiliki oleh suatu golongan penduduk/bangsa, semakin luas
kemungkinan memperbesar hasil-hasil produksi kebutuhan hidup dan semakin luas
pula mata-pencaharian untuk penduduk.
Setiap penemuan baru
dalam lapangan teknologi, sangatlah besar pengaruhnya terhadap perkembangan
penduduk. Di daerah-daerah yang belum maju, yang alat-alat produksinya atau
alat-alat kerjanya masih sangat sederhana, tidak tampak adanya pertumbuhan
penduduk yang pesat, yang ada, bahkan sebaliknya. Penemuan-penemuan daerah baru
atau benua baru oleh bangsa-bangsa Eropa dan
penemuan-penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi antara
tahun 1450 – 1550 menimbulkan suatu revolusi demografi.
Revolusi demografi
yang terjadi sejak tahun 1450 berasal dari Eropa dengan adanya Renaissance
dalam abad ke-15.
“Fase Humanistis” dan
“Ilmu pengetahuan” adalah dua gejala pokok dari zaman Renaissance yang menjadi
salah satu sebab lahirnya revolusi demografi.
Pertama : “Fase Humanistis” dijiwai
oleh adanya :
1. Keinginan untuk mengetahui wujud segala benda dan,
penyeledikan-penyelidikan.
2. Orang ingin tahu mengapa benda-benda itu begitu dan,
bagaimana terjadinya.
3. Keterangan-keterangan yang beralasan dari semua benda
itu, ingin mereka dapatkan.
Dari
penyelidikan-penyelidikan yang dilakukan oleh orang-orang di zaman itu, mereka
sampai kepada :
1. Penemuan baru mengenai anggapan fisik dari jagat raya dan
manusia, serta pekerjaannya/prosesnya yang sama sekali, jauh berlainan dari
anggapan-anggapan sebelumnya.
2. Kebebasan berpikir dari seseorang, melahirkan adanya individualisme.
3. Nilai perseorangan dari manusia sangat diutamakan.
4. Orang pada zaman itu mengejar-ngejar kemajuan
perseorangan, gengsi diri sendiri, dan pertumbuhan masyarakat.
5. Perkembangan mempersiapkan jalan kearah gerakan reformasi
yang menjelma dibeberapa negeri kearah reformasi agama, yaitu reformasi agama Kristen
dengan lahirnya golongan Protestan.
Kedua : “Fase Ilmiah”, mencapai tingkatan
baru.
1.
Fakta-fakta dalam pengetahuan, dapat diketahui
dengan penelaan secara obyektif, berdasarkan induksi dan eksperimen.
2.
Pengertian baru tentang alam dan manusia, serta
masyarakat mulai menjelma; orang-orang membangun jalan kearah penguasaan alam.
3.
Eksplorasi geografis dan penemuan-penemuan baru
dalam ilmu pengetahuan diadakan.
GALILEI, COPERNICUS, KEPLER, NEWTON, BOYLE :
1.
Mengembangkan
teori-teori baru dan, prinsipil dalam pengetahuan alam..
2.
Eksploitasi
geografis dan penemuan-penemuan benua baru dalam abat ke-16, merupakan hasil
langsung dari “Fase Ilmu zaman Renaissance”.
3.
Penemuan jalan ke
India dengan melalui Tanjung Harapan dan, penemuan benua Amerika oleh COLUMBUS
membuka jalan baru kearah mengembangkan
kemakmuran yang lebih baik, terutama
bagi penduduk Eropa.
4.
Perdagangan
barang-barang interkontinental selanjutnya dapat dilakukan melalui jalan laut
yang lebih murah perongkosannya daripada melalui jalan darat.
5.
Orang-orang
Eropa mulai menyebar keseluruh dunia mencari kesempatan hidup baru.
Pengaruh eksploitasi geografi
mengakibatkan :
1.Dilapangan ekonomi
melahirkan revolusi perdagangan dalam abad ke-16.
2..Pedagang-pedagang
dan bankir-bankir di Eropa memperluas dan memperbanyak perdagangan impor dan
ekspor.
3.Modal di kumpulkan
untuk mengadakan ekspansi lebih lanjut.
4.Saudagar-saudagar
bertambah dengan adanya pemerintahan-pemerintahan Merkantilis – Kameralie dan
orang-orang yang bermodal.
5.Sistem Gilde runtuh,
kapitalisme modern menggantikannya dan berkembang dengan sangat subur.
6.Perdagangan secara barter
diganti oleh perekonomian uang.
7.Koperasi,
perseorangan, perseroan modern lahir dalam lapangan bank, pertambangan,
perdagangan dan perkreditan.
8.Semua itu ditujukan
kearah mendapatkan ‘daerah jajahan’.
9.Buruh yang murah,
bahan-bahan mentah dan pemasaran.
Berbarengan dengan
adanya gejala-gejala tersebut, perkembangan
‘pengetahuan alam’
berlangsung dengan sangat cepatnya, dengan
tercapainya
kemajuan-kemajuan dalam lapangan:
1. Pengobatan, kesehatan,
2. Revolusi dalam komunikasi
dan alat-alat pengangkutan,
3. Pertanian dalam produksi
terutama lahirnya revolusi industri.
- Akibat
kemajuan-kemajuan timbullah pertambahan dalam produksi bahan-bahan
kebutuhan hidup.
- Perluasan
ruang hidup dan kemakmuran yang relatif lebih baik dari abad-abad
sebelumnya yang merupakan pendorong bagi kemakmuran dan, kesejahteraan,
sehingga bangsa-bangsa ‘Eropa keluar darikemiskinan’.
Bukan saja hanya
menemukan “benua baru” sebagai tempat hunian baru, tetapi yang lebih penting
adalah bagaimana dapat ‘memelihara’ setiap penduduknya yang ada, agar baginya tersedia :
1. makanan,
2. perumahan,
3. pakaian,
4. lapangan pekerjaan, dan
5. berbagai kebutuhan lainnya sehari-hari yang, sesuai dengan tingkat kemakmuran yang
dikehendaki oleh para ‘imigran Eropa’ itu, “sehingga tidak menjadi miskin”.
Pertanyaannya
:
Apakah
pembangunan di Indonesia dapat dijiwai
dengan semangat
“Humanistis “ dan “Ilmu pengetahuan” yang digambarkan di atas
walau
pun
dalam kondisi dan situasi yang berbeda?
Demikian gambaran
singkat sejarah awal kebangkitan perekonomian bangsa-bangsa Barat, yang
dicapainya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan, teknologi dengan, bekerja
keras, ulet, tekun, sehingga mencapai taraf
seperti sekarang ini. Keberhasilan bangsa Barat berawal dari, Keberanian mereka untuk selalu “mencari
sesuatu yang baru”, Menyukai bermacam-macam ‘tantangan’ dalam bentuk apapun
resikonya, (berbagai contohnya dapat disaksikan lewat layar TV, seperti pada
tayangan adegan pada “Sport Disaster-WWE
dan lain-lain” memperlihatkan tantangan olah raga yang sangat ekstrim menantang
maut sekalipun, adalah tantangan yang ingin ditonjolkan kepada keunggulan
individu yang luar biasa, walaupun resiko jiwanya dipertaruhkan.
Demikian pula
adegan-adegan kekerasan, keberanian, perjuangan, tantangan, kesuksesan, dan
penonjolan-penonjolan teknologi mutahir dalam berbagai bidang kehidupan seperti
digambarkan dari berbagai film Amerika dll), demi meraih keberhasilan.
Mereka saling berlomba-lomba
untuk menjadi, orang nomor satu dalam sesuatu bidang tertentu, guna mencapai
kemakmuran.“Semangat berpetualang” dan “menantang” adalah sifat/modal utama orang
Barat untuk memajukan dirinya.
Tidak heran, kalau
melihat awal sejarah mereka memasuki “benua Amerika”, mereka harus berjuang
untuk mengatasi alam yang masih kosong, penuh dengan hutan belantara, dan
berbagai rintangan keluar dari Eropa berkelana ke Benua baru, yang belum
dikenal sebelumnya, harus berperang dengan suku-suku Indian yang tidak
bersahabat dalam upaya menguasai daratan Amerika.
Bagaimana mengarahkan
segala “pikiran, tenaga dan daya” untuk mengolah lahan, untuk dapat hidup
dengan berkecukupan dan “sejahtera”. Semua ini membuat orang Amerika dan
bangsa-bangsa Barat pada umumnya sebagai
pekerja keras dan selalu, mencari sesuatu yang baru, karena bekerja keras dan,
memiliki jiwa berpetualang, maka setiap individu ingin menjadi nomor satu dalam
sesuatu bidang, dan yang paling hebat
adalah ingin “menguasai dunia”, baik sosial budaya, politik, ekonomi, keamanan,
teknologi, kebudayaan, dll, dan semua ini telah terwujud. Negara-negara Eropa umumnya
adalah juga, “negara bahari”, memiliki “laut” dan “pantai”, yang menyebabkan
mereka sebagai, pelaut-pelaut ulung dan gagah berani, mengarungi laut dan
samudera hingga menemukan benua-benua baru seperti, Benua Amerika, Benua
Australia, Benua Afrika dan Asia. Semuanya ini karena dijiwai oleh Semangat “Humanistis”
(ingin mengetahui dan mengenal segala sesuatu lewat penyelidikan terhadap rahasia
alam semesta untuk memanfaatkannya bagi kebutuhan hidup) dan, “Individualisme” (prestasi dan
keunggulan pribadi untuk menemukan sesuatu yang baru) dengan bekerja keras
menguasai alam lewat ilmu pengetahuan dan teknologi.
Untuk hal yang sama
di Indonesia, dapat kita contohkan suku bangsa Bugis-Makassar, mereka adalah
pelaut gagah perkasa.
Karena menguasai laut, maka hampir keberadaan mereka
terdapat disemua wilayah Nusantara. Malahan hingga ke Madagaskar, Malaysia,
Thailand Selatan, Brunai Darussalam, Afrika Selatan (Cape Town). Mereka yang
berjiwa “bahari” pada umumnya mempunyai keunggulan dalam kecepatan dan
keberanian dalam pengambilan keputusan berbagai kesulitan yang dihadapinya
dalam waktu sesingkat mungkin dengan tepat dan jitu. Hal ini dikarenakan oleh
sifat alamiahnya menghadapi terpaan ganasnya
ombak dan gelombang maupun badai yang menerpa perahu mereka di samudera
luas, karena bila lalai atau salah
perhitungan dalam mengambil keputusan dalam hitungan detik saja, maka dapat
mengakibatkan tenggelamnya perahu mereka.
Dapat dibayangkan dalam sebuah pelayaran dari satu pulau kepulau lainnya
berhari-hari , atau bahkan berbulan-bulan lamanya, harus melewati miliaran
jenis terpaan gelombang yang memukul perahunya, ditambah pula dengan derasnya angin
yang bertiup kencang, dan juga pengaruh cuaca dingin dimalam hari, dan panas
disiang hari..
Semuanya itu
memerlukan kecekatan berpikir dan bertindak dalam hitungan detik, antara mati
atau sukses. Oleh karena alam telah membentuk karakter mereka, maka pada
bidang-bidang lainnyapun demikian halnya.
Ada istilah “Lebih
Cepat Lebih Baik” (Moto dari salah satu dari tiga
Cawapres 2009-2014).
Memang suatu istilah yang lahir dari ‘karakter orang-orang bahari.” Sedang
sebaliknya, terdapat juga “budaya daratan/pedalalaman/agraris” yang
terkesan selalu “lamban—kurang berani-bertele-tele dalam pengambilan
keputusan. Hal ini dimegerti sebagai sifat orang di darat yang kurang
mendapat tantangan yang begitu berarti, sehingga lebih banyak santainya dalam
berbagai hal, sehingga menghasilkan sifat “lamban dan kurang berani” baik dalam
persoalan interen atau kelompok hingga urusan negara sekalipun. Dengan demikian
dapat kita tarik kesimpulan bahwa pada umumnya terdapat dua karakter kepimpinan
nasional yang berbeda yaitu
l). karakter orang-orang bahari yang
lebih berani dan selalu mempunyai keputusan yang tegas dan jitu tanpa
bertele-tele.
Sedang karakter ke-2) yaitu karakter orang darat yang serba lamban, kurang
nyalinya, dalam pengambilan keputusan
selalu terlambat, tidak tegas, bertele-tele.
Pertanyaan : Bagaimana sifat dan karakter pimpinan negara kita sekarang ini? Apakah pola berpikirnya
sebagai karakter “negara pantai”, atau karakter
“negara pedalaman”? Silahkan Anda menilai sendiri.
Kita juga akan menemui suku-suku
Bugis–Makassar yang umumnya menguasai perekonomian lokal di masing-masing
wilayah yang didatangi. Mereka ini ibarat, Colombus-Colombusnya Nusantara kita,
yang memanfaatkan laut untuk dapat melihat daerah–daerah lain, mengeruk
keuntungan dari berbagai bisnis antar pulau.
Banyak diantara suku-suku Bugis, Makassar, Buton, Bajo asal Sulawesi
Selatan turut membawa budaya kelautannya
“(budaya pesisir)”, antara lain berbagai teknologi penangkapan perikanan
tradisionalnya seperti cara penangkapan ikan yang lebih efektif (sistim Bagan,
jaring, dll) dan sebagai “usaha transport/perdagangan “antar pulau yang
menghubungkan Nusantara kita. Mereka juga yang menyebarkan “agama Islam” terutama ke wilayah Indonesia bagian timur.
Contoh lain lagi seperti para perantau
suku bangsa dari, “Sumatera Barat”, dimana saja di wilayah Nusantara ini pasti ada warung Padang, belum terhitung sebagai Pedagang Kaki Lima
(PKL) yang hampir menguasai pasar grosir dan eceran dimana saja. Juga
diberbagai lapangan pemerintahan dan swasta sangat berperan. Lain pula perantau suku Batak/Tapanuli dari
Sumatera Utara, mereka gigih sebagai perantau, juga menguasai lapangan
pekerjaan formal maupun informal baik di pusat maupun di daerah-daerah. Inilah
sekilas contoh, bagaimana perjuangan masing-masing individu suatu suku bangsa
di Nusantara ini untuk mandiri, berjuang meningkatkan taraf hidupnya dan keluar
dari kemiskinan.
Negara kita “negara bahari/ negara pantai”, tetapi sekarang menjadi “Negara
daratan/ pedalaman-agraris”.
Sebagai negara pedalaman-agraris, biasanya : pola berpikir masyarakatnya
statis, lamban, kurang menantang, kurang mandiri, kurang berkembang, karena
lingkungan aktivitasnya sempit, sebatas
seluas desa mereka dengan, “budaya
menunggu”, yaitu, menunggu datangnya musim hujan, menunggu musim tanam,
menunggu musim panen, menunggu kapan menanam lagi, menunggu kapan dipasarkan hasil pertaniannya, menunggu kapan
syukuran, dan seribu satu “menunggu” lainnya.
Mereka dimanja oleh alam sekitarnya, karena segala kebutuhan pangannya
sudah terpenuhi untuk hidup setahun, sambil kembali turun ke sawah lagi, saat
datang musim hujan berikutnya. “Budaya pedalaman-agraris/daratan” inilah membuat pola berpikir kurang
berkembang, kurang berani, “(statis –
lamban)”.
(Penulis : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-
Alamat : Jln.Jambon I No.414J, Rt.10 – Rw.03 – Kricak – jatimulyo –
Jogjakarta,
Telp.0274.588160 – HP.082135680644.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.