ASET MIGAS DI CELAH TIMOR & BERBAGAI
MASALAH
POLITIK LAINNYA
NTT Berpeluang Memperoleh Aset Migas Di Celah
Timor
Kupang, Senin
Ketua DPRD
Nusa Tenggara Timur (NTT), Daniel Woda Palle mengatakan, masyarakat, Timor
bagian barat NTT masih punya peluang untuk mendapatkan kembali hak-haknya atas
aset migas di Celah Timor. "Pintu masih terbuka untuk kita, apalagi
Jakarta telah memberikan green-light untuk meninjau kembali penetapan ZEE dan
Batas Laut Tertentu yang disepakati RI-Australia pada 1997," kata Woda
Palle, di Kupang, Senin (4/3).
Ia
dikonfirmasi sehubungan pertemuan tidak resmi (informal) antara pimpinan
Fraksi-fraksi DPRD NTT dengan Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) yang dipimpin
Ferdi Tanoni. Pertemuan informal itu antara lain membicarakan, aset migas
rakyat Timor bagian barat di Celah Timor pasca perudingan Trilateral antara
RI-Australia-Timor Leste di Denpasar, Bali, akhir Februari lalu.
Woda Palle
mengatakan, pimpinan fraksi-fraksi di DPRD NTT memandang penting untuk berdialog
dan berdiskusi dengan Ketua YPTB, Ferdi
Tanoni karena yang bersangkutan memiliki data yang cukup banyak soal Celah Timor. Pertemuan
dengan YPTB ini karena, Menlu Hassan Wirajuda menanggapi cukup serius
pernyataan Ketua YPTB yang mendesak pemerintah Indonesia untuk merebut kembali
gugusan Pulau Pasir (Ashmore Island) yang telah diklaim sebagai bagian dari ZEE
dan Batas Laut Tertentu Australia.
Tanoni
mempersoalkan hal itu, karena dalam penetapan ZEE dan Batas Laut Tertentu yang
ditandatangani Menlu Ali Alatas dan Menlu Alexander Downer pada 14 Maret 1997
di Perth, Australia Barat, terdapat garis batas perairan laut antara
RI-Australia yang patut dipertanyakan.
"Garis
yang melintang dan nyaris lurus di antara Samudra Hindia dengan Laut Timor
tersebut, dalam peta kok tiba-tiba melengkung setengah lingkaran, menghindari
Pulau Pasir," kata Tanoni sambil menunjuk peta tersebut.
Dengan garis
yang melengkung setengah lingkaran ke arah utara Pulau Pasir, menunjukkan bahwa
pulau tersebut dalam peta perjanjian yang dibuat 1997 adalah milik Australia,
bukan Indonesia.
"Ironisnya,
pemerintah Indonesia saat itu mau-maunya dibohongi seperti itu," katanya.
Menlu Hassan Wirajuda kepada pers di Nusa Dua, Bali, akhir Februari lalu
mengatakan, departemen yang dipimpinnya akan melihat kembali perjanjian
bilateral antara Indonesia-Australia mengenai pemetaan ZEE dan Batas Laut
Tertentu yang disepakati kedua pemerintahan 1997.
"Karena
hal itu merupakan masalah teknis, maka kami akan lihat kembali terlebih dulu
perjanjian Indonesia-Australia mengenai ZEE pada 1997," kata Wirajuda.
Pulau Pasir
(Ashmore Island) sampai saat ini masih tetap diklaim masyarakat Pulau Rote, NTT
sebagai pulau miliknya, karena di sana ada kuburan nenek moyang mereka sejak
zaman Hindia Belanda.
Pulau Pasir
yang hanya ditempuh sekitar empat jam dengan kapal cepat dari Pulau Rote,
sekitar 35 mil dari Kupang, menjadi tempat peristirahatan para nelayan
Indonesia setelah mencari ikan dan biota laut lainnya di sekitar gugusan
kepulauan itu. Namun, jauh sebelum ditandatanganinya penetapaan ZEE pada 1997
oleh Menlu Ali Alatas dan Menlu Australia Alexander Downer, nelayan Indonesia
sudah dilarang Australia untuk berlabuh di sana, karena kawasan itu telah
dijadikan, cagar alam oleh pemerintahan negeri Kanguru.
Daniel Woda
Palle minta Ketua YPTB, Ferdi Tanoni untuk memberikan data-data mengenai Celah
Timor serta Pulau Pasir (Ashmore Island) agar menjadi dasar pegangan dewan
untuk berjuang ke tingkat atas. "Memang kita tidak punya kewenangan
apa-apa dalam hal ini, namun dengan adanya data tersebut, kami bisa mendesak
pemerintahan. Gubernur Piet Tallo serta Departemen Luar Negeri untuk
merundingkan serta memperjuangkan hak rakyat NTT di Celah Timor dengan pihak
Australia," papar Palle.
Sementara
Ferdi Tanoni secara terpisah mengatakan, ia akan segera menyampaikan data-data
itu kepada DPRD NTT secara tertulis, guna mendukung gerakan dewan dalam
memperjuangkan aset migas rakyat NTT di Celah Timor. "Gerakan dewan ini
sangat berarti bagi YPTB dan masyarakat di Timor bagian barat NTT, karena
pemerintah daerah tampaknya kurang bergairah untuk memperjuangkan aset rakyat
NTT di Celah Timor secara sungguh-sungguh," katanya. (Ant/ima)-internet.
Penulis
: Drs.Simon Arnold julian Jacob
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.