Ganti Rugi Petaka Laut Timor, Rote Ndao
Tuntut Keseriusan Pempus
Written by
admin
Monday, 10
October 2011 01:53
Timex,
Meledaknya sumur minyak Montara sejak 21 Agustus 2009 lalu mencemari sebagian
besar Laut Timor dan berdampak pada meruginya para petani rumput laut dan
nelayan di Kabupaten Rote Ndao.
Atas hal ini, Bupati Rote Ndao, Leonard Haning mendesak pemerintah pusat agar memberi perhatian serius terhadap petani dan nelayan di Kabupaten Rote Ndao. Lens Haning-sapaan karib Leonard Haning, kepada wartawan, Jumat (7/10) kemarin, mengatakan, dirinya mempresentasikan tentang derita Rote Ndao di Kementerian Lingkungan Hidup di Jakarta, Senin (3/10) lalu.
Atas hal ini, Bupati Rote Ndao, Leonard Haning mendesak pemerintah pusat agar memberi perhatian serius terhadap petani dan nelayan di Kabupaten Rote Ndao. Lens Haning-sapaan karib Leonard Haning, kepada wartawan, Jumat (7/10) kemarin, mengatakan, dirinya mempresentasikan tentang derita Rote Ndao di Kementerian Lingkungan Hidup di Jakarta, Senin (3/10) lalu.
Materi yang
disampaikan berjudul 'Montara dan Tangi Rote Ndao' itu disampaikan dalam rangka
menyusun pola pemberdayaan masyarakat pesisir pantai dan pulau-pulau terdepan.
Menurut Lens Haning, presentasi itu mendapat tanggapan positif dari berbagai
pihak yang hadir, yakni dari Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian Pertahanan, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kehutanan,
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Mabes Polri, BUMN dan LSM serta
Universitas.
Dia
menjelaskan, Rote Ndao sebagai pagar selatan NKRI berdasar fakta geografis
sangat strategis, tapi berada di kawasan perbatasan dan sangat terbatas. Rote
Ndao mempunyai peran sebagai penjaga, pengawal dan pengaman wilayah NKRI.
Sayangnya, dengan posisi seperti itu, namun wilayahnya dikelola dengan fiskal
yang sangat rendah.
Pemerintah
Kabupaten Rote Ndao pun masih berupaya keras untuk keluar dari kemiskinan
pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan infrastruktur. Namun, kian diperparah lagi
dengan meledaknya sumur minyak Montara milik PTTEP Australasia yang mencemari
perairan Rote Ndao. Akibatnya, pendapatan nelayan berkurang. Para petani rumput
laut merugi bahkan kehilangan pendapatan. "Nelayan susah dapat ikan karena
luas pencemaran itu sepertiga Pulau Jawa. Para petani rumput laut juga rugi,
karena rumput laut mereka rusak semua, tapi sayangnya pemerintah yang bersuara
ini hanya Rote Ndao," kata Lens kemarin.
Dia juga menyayangkan lambannya Tim
Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut (Timnas PKDTML)
serta Tim Advokasi yang dibentuk Timnas PKDTML yang belum juga menandatangani
nota kesepahaman antara RI dan pihak PTTEP Australasia. Padahal, menurutnya,
rakyat Rote Ndao butuh rehabilitasi akibat kerusakan biota laut dan kerugian
ekonomi yang dialami selama ini. Oleh karena itu, dia meminta agar pemerintah
pusat segera bersikap agar segera mengatasi persoalan di Kabupaten Rote Ndao.
"Apakah membangun perbatasan Rote Ndao itu tunggu Montara atau oleh
pemerintah dan pemerintah daerah. Harus katakan sejujurnya pada rakyat,"
ujar Lens Haning. Terkait janji pihak PTTEP untuk memberikan dana Corporate
Social Responsibility (CSR) senilai Rp 30 milyar, Lens mengatakan, itu hanya komitmen
yang dijanjikan pihak PTTEP tanpa realisasi hingga saat ini. Menurutnya, yang
rakyat butuhkan adalah realisasi ganti rugi yang telah diklaim oleh Timnas
PKDTML sebesar Rp 23 trilyun.
Lens Haning
juga meminta agar pemerintah pusat bisa menempuh jalur negosiasi, apalagi
pemerintah RI mempunyai hubungan bilateral dengan Australia atau hubungan
regional dengan ASEAN. "PTTEP itu di Australia tapi pemodalnya dari
Thailand, sehingga saya presiden RI sebagai Ketua ASEAN bisa menempuh jalur
negosiasi, karena rakyat sekarang butuh kepastian, bukan lagi
janji-janji," kata mantan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar)
NTT ini. Sebelumnya, Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) pimpinan Ferdi Tanoni
juga mempertanyakan keseriusan pemerintah RI dalam menyelesaian petaka
pencemaran Laut Timor akibat ledakan sumur minyak Montara Agustus 2009 silam.
Padahal
Presiden SBY telah menugaskan Tim Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat
Tumpahan Minyak di Laut (Timnas PKDTML) pimpinan Freddy Numberi untuk
menuntaskan masalah ini.
YPTB dan
aliansinya juga mempertanyakan ketidaksigapan pemerintah RI melalui Timnas
PKDTML yang hingga kini tidak melaksanakan sebuah penelitian ilmiah yang patut,
menyeluruh, transparan, independen dan kredibel untuk mengidentifikasi secara
jelas dan rinci tentang dampak social ekonomi, kesehatan masyarakat maupun
lingkungan. "Padahal jika ini dilakukan, RI punya dasar yang kuat untuk
menuntut ganti rugi terhadap perusahaan (PTTEP Australasia, Red)," ungkap
Ferdi Tanoni kepada wartawan cetak-elektronik dalam dan luar negeri di Jakarta,
Minggu (1/10).
Yang lebih
memilukan lagi, kata Ferdi, Freddy Numberi yang juga Menteri Perhubungan RI itu
tidak pernah mau tahu tentang adanya penggunaan ratusan ribu bahkan jutaan
liter bubuk kimia sangat beracun yang disemprotkan di Laut Timor. Padahal bubuk
kimia bernama dispersant ini sangat berbahaya bagi biota laut dan juga nyawa
manusia.
"Tuan Freddy Numberi mengetahui dengan pasti dan sangat paham
bahwa sesungguhnya AMSA (Australia Maritime Safety Authority) sebuah Badan yang
bernaung di bawah Pemerintah Federal Australia telah menyemprotkan bubuk kimia
sangat beracun Corexit 9500 atau yang dikenal dengan sebutan dispersant dalam
jumlah yang sangat besar," jelas Ferdi.
YPTB, kata Ferdi menengarai ada sesuatu
yang tidak beres dalam proses penyelesaian masalah pencemaran ini, karena
data-data pencemaran Laut Timor yang dipublikasi Timnas PKDTML itu seluruhnya
nyaris sama persis dengan yang dipublikasi perusahaan pencemar Laut Timor,
yakni PTTEP Australasia."Misalnya saja soal volume tumpahan minyak
dikatakan hanya 400 barel per hari.
Padahal baik Kementerian Energi dan Sumber
Daya Australia maupun Komisi Penyelidik Tumpahan Minyak Montara yang dibentuk
Pemerintah Federal Australia sama menyatakan secara resmi bahwa tumpahan minyak
Montara ke Laut Timor paling sedikit dua ribu barel per hari. Namun ada
pendapat dari para ahli independen di Australia yang menyatakan tumpahan minyak
Montara ke Laut Timor paling sedikit antara empat ribu sampai tujuh ribu barel
per hari," ungkap Ferdi.
Last Updated on
Monday, 10 October 2011 01:5
Penulis
: Drs.Simon Arnold Julian Jacob
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.