Ketahanan Pangan
Perlu Reorientasi Kebijakan Pertanian
Oleh : Drs.Simon
Arnold Julian Jacob
Perubahan struktur dasar perdagangan produk pertanian dan pergeseran pola
konsumsi komoditas pertanian dunia secara permanent pada 2007-2016 akan
berdampak serius terhadap ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu, perlu
reorientasi kebijakan pertanian untuk melepaskan diri dari ketergantungan
impor.
Pandangan itu diungkapkan secara terpisah, Selasa (16-10-2007) oleh guru
besar social dan ekonomi industri pertanian Universitas Gajah Mada, Maksum;
Ketua Dewan Pertimbangan Organisasi Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Siwono
Yudo Husodo, dan Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Sapi Kerbau Indonesia
Teguh Budiyana. Menurut Maksum, selama ini ketergantungan Indonesia terhadap
produk impor untuk pangan dan bahan baku sandang, yakni kapas, semakin parah.
Impor beras tahun 2007 sebesar 1,2 juta ton dari izin yang diberikan, yaitu 1,5
juta ton.
Impor kedelai 1,5 juta ton, jagung 1 juta ton, dan kapas 495.000 ton. Melihat
kenyataan itu, perubahan iklim dan kebijakan energi dunia amat berdampak pada
ketahanan pangan nasional,” kata Maksum. Menurut Maksum, tidak ada pilihan kecuali
berani mengubah orientasi kebijakan sector pertanian dari yang semula
bergantung impor ke produk pertanian local. Indonesia tidak pernah bisa
melepaskan diri dari ketergantungan impor karena secara politis dan ekonomis
impor menguntungkan sebagian orang. Impor memberi
peluang pada perburuan rente dan bisa memenuhi “libido” politik jangka pendek,”
ujarnya
Teguh
Budiyana mengungkapkan, untuk mendukung pengembangan produk pertanian juga
perlu di ubah. Selama ini revitalisasi pertanian lebih bicara soal kecukupan kebutuhan dalam negeri,
tetapi belum mengait ke persoalan kebijakan energi dan perubahan iklim. Konsekuaensinya
kata Siswono, perubahan kibijakan energi dan perubahan iklim global akan memicu
kenaikan harga pangan dunia. Kondisi
tersebut tidak bisa dihindari karena
produk pertanian pangan akan menjadi rebutan. Naiknya harga
produk pertanian sudah tampak sejak beberapa tahun lalu. Harga beras yang pada
tahun 2000 sebesar 165 dollar AS per ton sekarang naik menjadi 310 dollar AS.
Harga gula
pada tahun l999 sebesar 210 dollar AS
per ton kini melonjak menjadi 400 dollar AS per ton. Pemerintah harus berani
memanfaatkan peluang naiknya harga dunia dengan mengisi pasar produk pertanian
ekspor, seperti pada produk minyak kelapa sawit. Langkah awal bisa mencontoh di Gorontalo dengan
pengembangan jagung,” katanya. (MAS/Kompas,
17-10-2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.