alamat email

YAHOO MAIL : saj_jacob1940@yahoo.co.id GOOGLE MAIL : saj.jacob1940@gmail.com

Senin, 23 Februari 2015

NELAYAN LAUT TIMOR, RIAK HUBUNGAN RI - AUSTRALIA

Jakarta, 6 Maret 2008

Nelayan Laut Timor, Riak Hubungan RI-Australia

"SAYA menjadi nelayan di Laut Timor sejak Agustus 1969, tidak lama setelah tamat sekolah menengah pertama di Papela. Saya dan rekan-rekan nelayan lain sudah biasa mencari ikan hingga ke Pulau Barselan dan sekitarnya. Nelayan seangkatan ayah saya tentu saja sudah lebih awal lagi. Anehnya, saya dan juga banyak rekan nelayan belakangan ini terus ditangkap oleh petugas perikanan dan Angkatan Laut Australia. Saya malah dua kali ditangkap dan ditahan di Broome, Australia Barat. Pengalaman itu cukup menyedihkan lagi karena perahu kami pun dimusnahkan."

Begitu tutur Sadli H Ardani (51), juragan nelayan Papela, Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, sebelum dia meninggalkan Kupang menuju Jakarta, Selasa (17/5) pagi. Dia akan memberi kesaksian pada pemutaran film dokumenter tentang penangkapan nelayan Laut Timor oleh Australia, Selasa sore di Jakarta.
Ia menuturkan kembali pengalamannya ini menyusul perlakuan tidak adil otoritas Australia yang menimpa sejumlah nelayan Indonesia belakangan ini. Ingat kasus yang menewaskan Mansur La Ibu dan Muhammad Heri, serta penangkapan Hok Soen Heng dan kawan-kawannya?
Ditangkap dan ditahan, selalu berarti disekap di dalam perahu dan dilarang keluar dari perahu sambil menanti putusan pengadilan dan deportasi. "Dari pengalaman saya, umumnya nelayan kita disekap di perahu sebelum dideportasi. Hanya sedikit nelayan yang dihukum penjara," katanya.

SADLI yang mencari ikan di perairan sekitar Pulau Pasir sejak tahun 1969 menuturkan, dia pernah membantu pembangunan helipad di pulau itu. "Helipad itu dibangun oleh perusahaan minyak Western Geophisical Australia dan Own Oil untuk mengelola minyak di Celah Timor," ujarnya.
Akan tetapi, anehnya, pada Juli 1998 dia bersama tujuh nelayan lainnya ditangkap oleh petugas Australia. Kasus serupa terjadi lagi pada September 2000. Dia bersama enam nelayan lain digiring ke Broome. Maka ia pun gemas ketika mengetahui kejadian penangkapan nelayan mencuat lagi sejak April 2005.
Pada 28 April lalu Muhammad Heri, nelayan asal Probolinggo, Jawa Timur, yang berada dalam penahanan otoritas Australia Utara ditemukan tewas dalam perahunya di Darwin.

Setahun sebelumnya, Mansur La Ibu, nelayan Palu’e, Flores, juga tewas di perahunya di Australia. Mansur diduga tewas karena disekap.
Terakhir nasib malang juga dialami kapten kapal nelayan Sundi Jaya asal Probolinggo, Hok Soen Heng, yang menderita luka bakar saat berada di pelabuhan Darwin, 13 Mei. Meskipun kasus itu sedang diusut, Heng dan rekan-rekannya dilaporkan tertangkap otoritas penjaga perairan Australia 7 Mei 2005.

Penangkapan terhadap nelayan tradisional Indonesia yang tengah mencari ikan di Laut Timur sebenarnya terjadi setiap hari sejak tahun 1974, dan korbannya telah mencapai ribuan. Itu sebabnya, pada era 1980-an hingga akhir 1990-angelombang nelayan yang ditangkap itu dijuluki human tidal waves.
Alasan yang selalu dikemukakan Australia saat menangkap nelayan biasanya karena mereka telah memasuki perairan Australia secara ilegal. Tetapi sebenarnya, sangat sulit dibuktikan kebenarannya karena menurut pengakuan para nelayan, mereka lebih sering digiring masuk ke Australia.

Sadli, nelayan yang pernah mengikuti Penas XI di Manado, Juni 2004, itu menuturkan, hampir seluruh nelayan tradisional di Laut Timor tidak dilengkapi dengan alat navigasi, kecuali naluri sebagai nelayan sejak nenek moyang. Sejak dahulu mereka berlayar dari Rote hingga gugus Pulau Pasir dan Barselan.
Contoh kasusnya dialami Sadli dan rekan-rekannya, yakni selama dua kali tertangkap petugas Australia (tahun 1998 dan 2000). Pada tahun 1998, Sadli dan awak perahu yang digunakannya, Pancasila III, dituduh telah memasuki perairan Australia sejauh 18 mil dari perbatasan.
"Waktu itu, berdasarkan naluri sebagai nelayan, kami belum memasuki perairan Australia, tetapi karena berdebat dengan petugas bersenjata, akhirnya kami digiring ke Broome dan ditahan selama 17 hari. Perahu Pancasila III dimusnahkan dengan cara dibakar. Kami menangis," kata Sadli.

Kasus paling menyedihkan kembali dialami Sadli bersama enam rekannya yang berlayar dengan perahu Tenggang Rasa, dua hari menjelang Olimpiade Sydney, September 2000. Mereka dituduh telah memasuki perairan Australia sejauh 20 mil saat mencari ikan di antara Pulau Dato dan Berselan.
Perahu layar yang digunakan Sadli dan rekan-rekannya, Tenggang Rasa, ditembaki dan ditenggelamkan ratusan mil sebelum tiba di Broome oleh awak kapal perang bernomor lambung 214.

"Kami menangis. Ingat anak-istri, keluarga yang menunggu hasil tangkapan kami," kata Sadli, ayah empat anak. Belum lagi utang yang dipinjam untuk membeli perahu dan alat tangkap seperti jaring. "Perahu Tenggang Rasa itu misalnya, senilai Rp 15 juta, dibeli dari pinjaman yang cicilannya belum lunas. Di Broome kami ditahan beberapa bulan, lalu akhirnya dipulangkan dengan pesawat ke Kupang," kata Sadli.

Menurut dia, belakangan ini penangkapan nelayan, pemusnahan kapal-entah ditenggelamkan atau dibakar-di Laut Timor terjadi setiap hari, tetapi hanya sebagian kecil terungkap ke permukaan. Saat ini, setiap kali dia mencari ikan di Laut Timor, selalu dibayangi ketakutan akan ditangkap petugas Australia.
Sebenarnya, Australia sudah mulai mengenyahkan nelayan tradisional dari perairan negeri Kanguru ini sejak sekitar tahun 1974.

Sikap sepihak itulah yang di kalangan nelayan dipandang sebagai bentuk "kolonisasi" baru di perairan sekitar gugus Pulau Pasir dan Pulau Barselan.
Akan tetapi, sejak tahun 1974 kapal-kapal penjaga pantai Australia mulai menyeret keluar perahu-perahu nelayan Papela dari batas koordinat perairan Australia. Lebih gawat lagi, sejak tahun 1982 perahu-perahu yang tertangkap itu malah dimusnahkan dengan dibakar, atau ditenggelamkan ke dasar laut.

BEBERAPA hal selalu muncul sebagai fakta dan juga pertanyaan dalam benak nelayan itu setelah mereka ditangkap petugas Australia. Misalnya, tidak ada rambu-rambu yang menandakan daerah perbatasan RI-Australia, mereka juga sengaja digiring ke perairan Australia, lalu dipaksa mengaku bersalah.
Tidak hanya itu, para nelayan yang beroperasi di Laut Timor, seperti dialami Sadli, merasa tidak pernah mendapat perlindungan dari Pemerintah Indonesia. Hal yang dilakukan pemerintah selama ini hanyalah menerima kenyataan bahwa nelayan "selalu salah" seperti diopinikan Australia.

Persoalan itu juga disorot West Timor Care Foundation (WTCF) di Kupang. Direktur WTCF Ferdi Tanoni mengatakan, hasil investigasi WTCF di Australia menyebutkan, penangkapan nelayan oleh otoritas Australia terjadi hampir setiap hari. Buktinya, sejak akhir April 2005 tercatat 27 perahu ditahan dan dimusnahkan.
Kata Ferdi, nelayan tradisional sebenarnya dibolehkan mencari ikan, lola, teripang, dan sirip ikan hiu sesuai kesepakatan (MoU) antara Australia-Indonesia sejak tahun 1974 (MoU Box). Dalam perjanjian itu, nelayan tradisional juga tidak boleh ditangkap, tetapi yang terjadi malah sebaliknya. (PASCAL SB SAJU) Internet.


Penulis : Drs.Simon Arnold Julian Jacob

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.