RESESI EKONOMI MENINGKAT, HATGA MINYAK MEROSOT

Resesi Ekonomi Meningkat, Harga Minyak Merosot

Oleh : Drs.Simon Arnold Julian Jacob

Harga minyak merosot di bawah US$ 56 per barel, Senin (Selasa, 18/11 WIB) dan harga bensin berjangka anjlok ke tingkat terendah baru ketika Jepang bergabung dalam resesi negara-negara Eropa dan kian membuktikan memburuknya permintaan energi. Harga minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman Januari turun US$ 2,11 menjadi US$ 55,49 per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX). Harga bensin berjangka turun 5 persen atau 6,45 sen menjadi US$ 1,1746 per galon setelah awalnya sempat menyentuh terendah dalam 52 pekan terakhir di angka US$ 1,168. Di London, minyak mentah Brent turun US$ 1,93 menjadi US$ 52,31 per barel di bursa berjangka ICE.“

Ini hanya merupakan kelanjutan pelemahan permintaan energi,” kata Jim Ritterbusch, Presiden  Konsultan Energi Ritterbusch and Associates. Jepang, perekonomian terbesar kedua dunia, masuk ke dalam resesi untuk pertama kalinya sejak 2001 setelah produk domestik bruto (PDB) merosot 0,4 persen di kuartal III/2008. Jepang kini bergabung dengan resesi di 15 negara zona euro yang mengalami penurunan PDB berturut-turut dalam dua triwulan.

“Pasar sangat khawatir mengenai perkiraan ekonomi internasional ke depan, terutama tentang konsumsi minyak.

Data yang dikeluarkan Amerika Serikat (AS), Eropa dan negara lain, investor mendapat peringatan masalah-masalah ekonomi di negara maju,” kata David Moore, ahli strategi komoditas Bank Commonwealth Australia, di Sydney. Harga minyak sempat pulih dari kemerosotan Senin ketika cuaca dingin mengarah ke timur mendorong harga berjangka minyak dan gas alam serta laporan pemerintah menunjukkan naiknya secara mengejutkan produk industri AS. Bank Sentral AS, Federal Reserve, Senin, mengatakan produk industri naik 1,3 persen bulan lalu, mencerminkan kembalinya operasi normal di pabrik-pabrik kimia, kilang minyak dan anjungan pengeboran menyusul badai yang melanda Gulf Coast. Harga minyak sudah anjlok lebih dari 60 persen sejak harga puncaknya hampir US$ 150 per barel di pertengahan Juli lalu.

Pertemuan Darurat OPEC mengumumkan pertemuan darurat lagi di akhir bulan ini dalam upaya meningkatkan harga, namun pengumuman pengurangan produksi 1,5 juta barel per hari bulan lalu tidak menghentikan kemerosotan harga minyak. Chakib Khelil, Menteri Energi Aljazair dan Presiden OPEC, mengatakan kartel minyak itu belum sepenuhnya mengerahkan kuota sebelumnya atau masih mengumpulkan seluruh data produksi saat ini dan tidak realistis mengharapkan suatu keputusan dalam pertemuan puncak 29 November mendatang di Kairo, Mesir.

Sabtu lalu, Iran menyerukan agar OPEC mengurangi kuota hingga 1,5 juta barel per hari lagi di pertemuan Kairo. Namun, Khelil mengatakan permintaan itu adalah “harapan.”OPEC memasok sekitar 40 persen minyak mentah dunia. Sebagai tambahan pertemuan puncak itu, OPEC juga berencana bertemu di Oran,Aljazair pada 17 Desember.-(ap/ega-Internet)--Sioux-Falls