alamat email

YAHOO MAIL : saj_jacob1940@yahoo.co.id GOOGLE MAIL : saj.jacob1940@gmail.com

Minggu, 22 Februari 2015

SEJARAH KEJAYAAN BAHARI BANGSA-BANGSA BARAT DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR DAN HUBUNGAN RAJA-RAJA ROTE, DI NTT DENGAN VOC/BELANDA

Sejarah Kejayaan Bahari Bangsa-Bangsa Barat
Di Wilayah Nusa TenggaraTimur Dan
Hubungan Raja-Raja Rote, di NTT dengan VOC/Belanda

Keunggulan Penjajah Bangsa Barat karena menguasai Maritim
Sejarah kekalahan raja-raja di Jawa (Mataram) dialami juga oleh raja-raja di wilayah Nusa Tenggara Timur, di atas.

Sejarahnya  sebagai berikut:
Hubungan raja-raja Pulau Roti/Rote dengan Belanda terjadi pada tahun l653 yaitu setelah 131 tahun,  Antonio Pigafetta, pelaut Portugis menemukan Pulau Rote pada tanggal 30 April 1522
Pada waktu itu terdapat 5 (lima) orang raja yang telah mengadakan hubungan. Hubungan ini akhirnya diperkuat dengan “Perjanjian Kontrak-Kontrak Dagang” sejak tahun l691, l700, dan 1756
Jumlah raja yang mula-mula 5 (lima) orang  pada tahun l690 menjadi 12 ( dua belas) orang dan pada tahun l756 menjadi 14 (empat belas) orang raja  dan tahun l800 menjadi l8 (delapan belas) orang.
Belanda mengirim tentaranya menyerang ke Rote untuk memerangi raja-raja yang tidak mau tunduk,  dan yang telah berhubungan dengan Portugis.
Pada tahun l654 Raja Landu, O’Epao, Ringgo dan Bilba diserang dan ditundukkan Belanda. Dengan mempergunakan kerajaan-kerajaan yang telah tunduk, tentara Belanda menyerang dan menghancurkan kerajaan Korbafo.

Pada tahun l660 kerajaan Lole ditundukkan dan pada tahun l681 Lole dan Termanu diserang dan sebagian besar penduduknya ditangkap sebagai budak dan, sejumlah 1000 orang budak di buang ke Batavia (Jakarta sekarang) dan mereka inilah melahirkan keturunan etnik Betawi sekarang ini).
Sedang 1000 tawanan lainnya di buang ke Madagaskar, yang antara lain menurunkan keturunan bangsa Madagaskar sekarang ini. Disana orang buangan asal Pulau Rote ini terus mengembangkan alat musik tradisional asal pulau Rote yaitu “Sasando Rote”, yang kemudian dijadikan sebagai alat musik Madagaskar dengan sebutan lokalnya yakni “Valiha” Jadi sejarah “Sasando Rote” dengan alat musik “Valiha” (Madagaskar) masih ada hubungan sejarahnya.

Selanjutnya sejarah perang VOC  dengan Kerajaan-kerajaan di pulau Rote terus berkembang  dan berlangsung.
Namun demikian sebagai balasannya,  raja-raja Termanu, Dengka, O’Enale dan Korbafo melakukan penyerangan balasan  di Ba’A. Pusat kedudukan Belanda di Ba’A dibakar hingga musnah.
Bahkan pada tahun l746 di Termanu seorang opperhoofd  Belanda J.A.Meulenbeek  beserta 12 ( dua belas) orang Belanda dan sembilan belas orang Mardijkers berhasil dibunuh. Hanya seorang yang lolos yakni Goust dan melarikan diri ke Kupang tanggal 23 Oktober l746.
Pada masa-masa, jauh sebelum pelaut Portugis (Antonio Pigafetta)  pada tahun l522 menemukan pantai nelayan tradisional  di Papela-Rote Timur (NTT) dan sebelum  terjadinya kontak dagang antara kerajaan- kerajaan di pulau Rote dengan VOC/Belanda, tahun l683, ternyata Masyarakat Adat Suku Rote/Roti telah munguasai dan memanfaatkan seluruh pulau-pulau kecil di tenggara wilayah perairan laut  Pulau Rote, yaitu Pulau Pasir (Ashmore Reef dan Cartier Reef-Scott Reef) sebagai ladang perikanannya.

Bahkan  orang Rote telah lebih dahulu menemukan Benua Australia (sebelum tahun l400-an) dan disebut pulau “MAREGE” karena penghuninya semua berwarna kulit hitam pekat.
Setelah Belanda menang perang, maka Pulau Rote termasuk semua pulau-pulau kecil lainnya hingga pulau Pasir dikuasai sepenuhnya oleh VOC/Belanda terhitung tahun 1683.

Bagi nelayan yang hendak berlayar mencari hasil laut di sekitar pulau Pasir,  diwajibkan meminta Surat Izin Berlayar (atau Surat “Pas Berlayar sesuai istilah lokal) dari pemerintah Belanda yang berkedudukan di Kupang-Timor.

Hal ini untuk melindungi para nelayan tradisional asal pulau Rote, yang mungkin karena akibat sesuatu bencana alam (terbawa arus, atau angin topan atau keadaan yang tak terhindarkan), memasuki wilayah perairan Australia dapat dibantu seperlunya, karena mereka memiliki surat izin lengkap.
Pemberian surat izin ini berlaku hingga berakhirnya masa penjajahahn Belanda di Indonesia sekitar tahun 1945 – l950.

Semua hasil laut yang diperoleh para nelayan dari pulau Pasir, diwajibkan untuk membayar pajak retribusi  ke pada pemerintah Belanda.
Pada tahun l838 Belanda mengajukan permohonannya untuk menderikan lojinya (perwakilan dagang) di Ba’A, ibu kota Pulau Rote.
Dari l8 kerajaan di Rote waktu itu, terdapat l7  kerajaan yang menyetujui dengan alasan, bahwa dengan adanya hubungan dagang dengan Belanda, mereka akan menambah kemakmuran rakyat, terutama dalam hal perdagangan kopra.
(Sumber : Sejarah Daerah NTT, l978, hal.68-69).


Penulis : Drs.Simon Arnold Julian Jacob

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ORANMG PINTAR UNTUK TAMBAH PENGETAHUAN PASTI BACA BLOG 'ROTE PINTAR'. TERNYATA 15 NEGARA ASING JUGA SENANG MEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' TERIMA KASIG KEPADA SEMUA PEMBACA BLOG 'ROTE PINTAR' DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN OLEG SIAPA SAJA. NAMUN SAYA MOHON MAAF KARENA DALAM BEBERAPA HALAMAN DARI TIAP JUDUL TERDAPAT SAMBUNGAN KATA YANG KURANG SEMPURNA PADA SISI PALING KANAN DARI SETIAP HALAM TIDAK BERSAMBUNG BAIK SUKU KATANYA, OLEH KARENA ADA TERDAPAT EROR DI KOMPUTER SAAT MEMASUKKAN DATANYA KE BLOG SEHINGGA SEDIKIT TERGANGGU, DAN SAYA SENDIRI BELUM BISA MENGATASI EROR TERSEBUT, SEHINGGA PARA PEMBACA HARAP MAKLUM, NAMUN DIHARAPKAN BISA DAPAT MEMAHAMI PENGERTIANNYA SECARA UTUH. SEKALI LAGI MOHON MAAF DAN TERIMA KASIH BUAT SEMUA PEMBACA BLOG ROTE PINTAR, KIRANYA DATA-DATA BARU TERUS MENAMBAH ISI BLOG ROTE PINTAR SELANJUTNYA. DARI SAYA : Drs.Simon Arnold Julian Jacob-- Alamat : Jln.Jambon I/414J- Rt.10 - Rw.03 - KRICAK - JATIMULYO - JOGJAKARTA--INDONESIA-- HP.082135680644 - Email : saj_jacob1940@yahoo.co.id.com BLOG ROTE PINTAR : sajjacob.blogspot.com TERIMA KASIH BUAT SEMUA.